Laba BSDE di Semester I/2024 Lampaui Realisasi di 2023, Capai Rp2,33 Triliun
PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) meyakini industri properti kembali bangkit, setelah membukukan pencapaian positif selama 3 tahun terakhir. Bahkan pada paruh pertama 2024, BSDE meraih laba bersih tercatat Rp2,33 triliun.Raihan ini telah melampaui pencapaian laba bersih di tahun lalu sebesar Rp1,94 triliun.
Kinerja emiten properti dari Sinar Mas Land dan pengembang BSD City ini tidak lepas dari pertumbuhan pendapatan usaha, terutama pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk properti maupun pendapatan berulang (recurring income) seperti sewa.
Aset Perseroan yang tersebar di sembilan kota besar Indonesia membuat kinerja penjualan tidak tergantung dari satu proyek atau satu daerah. Proyek-proyek BSDE tersebar di Medan, Palembang, Jabodetabek, Semarang, Surabaya, Balikpapan, Samarinda, Makassar dan Manado.
Fagship project BSDE yakni BSD City yang kini sudah memasuki fase 3 yang seluas 2.450 hektare (ha) dan masih menjadi motor penjualan unit-unit residensial maupun komersial. Tidak ketinggalan, beberapa proyek lainnya seperti kawasan Grand Wisata, Bekasi seluas 1.100 ha, kawasan Kota Wisata, Cibubur seluas 700 ha.
Sepanjang enam bulan pertama tahun ini, BSDE berhasil mencatatkan peningkatan pendapatan usaha sebesar 46,99%, menjadi Rp7,35 triliun. Laba kotor sebesar Rp4,86 triliun, naik 53,07% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp3,18 triliun. Peningkatan laba kotor ini menunjukkan kemampuan BSDE meningkatkan kinerja margin laba.
Segmen penjualan tanah, bangunan dan strata title tercatat Rp6,44 triliun, berkontribusi sekitar 87,70% terhadap pendapatan usaha konsolidasian. Segmen ini tercatat tumbuh positif 54,90% dibandingkan posisi yang sama tahun lalu. Segmen sewa merupakan segmen dengan kontribusi terbesar kedua 6,38% sebesar Rp468,71 miliar, tumbuh 0,91% dibandingkan tahun lalu yang tercatat Rp464,49 miliar.
Adapun segmen terbesar ketiga berdasarkan kontribusi adalah segmen pengelola gedung, dengan kontribusi sebesar 2,58%. Segmen ini berhasil mengumpulkan kinerja sebesar Rp189,58 miliar tumbuh 4,57% dibandingkan tahun lalu senilai Rp181,30 miliar. Komposisi kinerja pendapatan pengembangan dan pendapatan berulang terhadap total pendapatan usaha konsolidasi berkisar masing-masing 88% dan 12%.
Solidnya kinerja keuangan juga berimbas dari hasil capaian pra penjualan lantaran di periode tersebut Rp4,84 triliun. Angka tersebut setara 51% dari target tahun 2024 yakni Rp9,50 triliun. Berdasarkan angka prapenjualan paruh pertama 2024, segmen residensial berkontribusi sebesar Rp2,61 triliun atau 54% dari total Prapenjualan. Sementara prapenjualan segmen komersial, termasuk lot komersial, apartemen dan ruko berkontribusi sebesar Rp1,67 triliun, mewakili 34% dari total Prapenjualan.
Peluncuran produk baru seperti Cascade Studio Loft, Akasa Promenade dan West Village di BSD City, Devant Business Loft di Kota Wisata Cibubur dan 7th Avenue Biztown di Grand City Balikpapan, beserta dengan penjualan produk-produk yang sudah berjalan, memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kinerja paruh pertama 2024. Adapun Penjualan unit apartemen terutama didorong oleh Southgate dan Aerium di Jakarta, serta Akasa dan Upper West di BSD City.
Sebagai pengembang properti yang berpengalaman lebih dari 40 tahun, manajemen BSDE menyadari pentingnya akses baik jalan umum, tol, maupun transportasi publik. "Begitu pula fasilitas umum dan sosial, seperti taman yang dapat menjadi ruang hijau serta tempat berolahraga para penghuninya. Kami percaya bahwa upaya-upaya tersebut membuat para pembeli mempercayakan pilihan propertinya kepada kami yang selama 4 dekade telah berkontribusi dalam pembangunan di Indonesia”, kata Hermawan Wijaya, Direktur BSDE di Jakarta, Rabu (28/8/2024).
Sebagai salah satu pengembang skala kota terbesar di Indonesia, BSDE tidak sekedar membangun hunian melainkan membangun kawasan terpadu, mixed-use yang memungkinkan penghuninya untuk melakukan segala aktivitas dari bermain, sekolah, hiburan hingga bekerja dalam satu kawasan yang terintegrasi. Pencapaian positif ini patut diapresiasi karena perekonomian global belum menunjukan kestabilan, terutama isu nilai tukar dan penurunan daya beli. (*)