Entrepreneur

Dari Bukalapak ke Venture Capital, Apa yang Dia Lakukan Sekarang?

Achmad Zaky Syaifudin ingin terus mencetak wirausahawan tangguh (Dok. Pribadi)

Ya, apa kabar Achmad Zaky Syaifudin?

Banyak orang yang penasaran, bisnis apa lagi yang digeluti Zaky setelah menjual sahamnya di Bukalapak dengan mengantongi dana segar triliunan rupiah. Muda, kaya raya, duitnya dipakai untuk apa saja?

Membesut Unicorn

Ya, pada Januari 2020, Zaky mengundurkan diri dari posisinya sebagai CEO Bukalapak setelah 10 tahun mengelola dan membesarkan perusahaan lokapasar (marketplace) lokal tersebut. Pria asal Sragen, Jawa Tengah, ini juga mengantarkan Bukalapak masuk kelompok perusahaan berstatus unicorn, dengan valuasi di atas US$ 1 miliar pada tahun 2017.

Merujuk prospektus Bukalapak saat melakukan initial public offering (IPO), disebutkan bahwa Zaky memiliki 4.452.515.674 saham (4,32%) setelah IPO pada Agustus 2021. Nah, pada 3 Juni 2022, harga saham Bukalapak ditutup diRp 304 per saham.

Dengan demikian, jika Zaky tidak menjual atau menambah saham di Bukalapak, saat itu aset sahamnya bernilai Rp1,35 triliun. Bahkan, jika mengacu pada harga IPO saham Bukalapak yang dipatok Rp850, dana yang dia raup sekitar Rp3,78 triliun. Amboiii....

Selain memiliki intuisi bisnis yang tajam, Zaky juga terbilang visioner. Dia menjual saham Bukalapak ketika bisnis marketplace tengah moncer-moncernya, sehingga harganya terbilang tinggi. Bandingkan jika dia menjual sahamnya sekarang, pada 9 Agustus 2024: harga penutupan saham berkode BUKA ini tercatat Rp119 per lembar atau anjlok 86% dari harga perdananya (Rp850 per lembar).

Sementara itu, Muhamad Fajrin Rasyid sebagai pendiri Bukalapak memiliki 2.725.322.633 saham (2,64%), dengan kisaran nilai Rp828 miliar. Adapun Nugroho Herucahyono memiliki saham dengan porsi lebih kecil, yakni 2.145.675.938 saham (2,08%), senilai kurang-lebih Rp652 miliar.

Seperti diketahui, Bukalapak merupakan perusahaan teknologi unicorn pertama yang mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saat IPO, cukup menghebohkan, lantaran harga sahamnya sempat melesat hingga 24,71% atau menyentuh batas atas auto rejection (ARA).

Di awal perdagangan, saham Bukalapak dibuka di Rp 850 dan ditutup menyentuh Rp1.060 per saham. IPO Bukalapak dilakukan pada 6 Agustus 2021 dan tercatat sebagai emiten dengan nilai IPO terbesar hingga saat ini dengan hasil bersih Rp21,3 triliun.

Cikal bakal Bukalapak didirikan oleh Zaky dan tiga temannya ─ saat kuliah di Institut Teknologi Bandung ─ di tempat kos pada 10 Januari 2010. Tujuannya, untuk membantu warung-warung yang mengalami kesulitan beradaptasi di era internet atau sebagai lokapasar guna memfasilitasi para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) menjual produknya. Waktu itu, modal awalnya hanya Rp80 ribu, yang dimanfaatkan untuk membeli alamat situs web yang dipakai Bukalapak hingga sekarang.

Awalnya, Zaky mengajak para pedagang di mal untuk bergabung di Bukalapak, tapi mereka menolak. Justru, klien pertama yang didapat adalah pedagang kecil dan selanjutnya diikuti para pedagang kecil lainnya.

Tahun 2012, dia sempat putus asa karena kehabisan modal. Walaupun begitu, dia tidak tega melihat ribuan pedagang yang bergantung pada platform tersebut. Akhirnya, dia pun menempuh berbagai cara untuk mengembangkan bisnis e-commerce Bukalapak di Indonesia. Dan siapa sangka, dia juga mengantarkan Bukalapak masuk kelompok perusahaan berstatus unicorn dengan valuasi di atas US$1 miliar pada tahun 2017.

Mengibarkan Bendera Init-6

Langkah pertama yang diayun Zaky setelah keluar dari Bukalapak adalah mendirikan venture capital (VC) atau modal ventura bernama Init-6 pada 2020. Dia menggandeng temannya yang juga sesama founder Bukalapak, Nugroho Herucahyono. Fokus investasi Init-6 memprioritaskan pada pendanaan tahap awal startup.

Mengapa dinamai Init-6? Zaky punya pertimbangan tersendiri. Setelah pandemi Covid-19 mendera, menurutnya, situasi harus “di-restart”. Nah, kalau di komputer, restart dilakukan dengan cara menekan Init-6, perintah UNIX yang berarti reboot atau mengatur ulang.

“Kehadiran Init-6 diharapkan bisa mengatur ulang masyarakat dengan gaya hidup baru (new normal),” ujar kelahiran 24 Agustus 1986 itu.

Startup pertama yang mendapat suntikan dana Init-6 ialah platform Educa. Aplikasi teknologi pendidikan ini diinisiasi oleh mahasiswa dan alumni ITB. Educa dibangun sebagai platform berlatih (try out) siswa menghadapi Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) dan Ujian Seleksi Mandiri calon mahasiswa di berbagai universitas.

Bagi Zaky, Educa mengingatkannya pada pengalaman 10 tahun lalu ketika membangun Bukalapak dari nol. Dengan bantuan teknologi, Init-6 berharap dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia lewat Educa.

Hingga sekarang, Init-6 sudah mengucurkan dana US$ 10 juta atau setara Rp 160 miliar (US$ 1/Rp 16.000) untuk pengembangan 38 startup. Semua dana bersal dari kantong pribadi founder Init-6. “Tujuan investasi Init-6 untuk jangka panjang, yakni 5-7 tahun,” Zaky menegaskan.

Dari 38 startup yang didanai Init-6, beberapa di antaranya dinilai memiliki performa memuaskan. Sebut saja, Qiscus, Monit, Dibimbing.id & Cakrawala University, Educa, dan Imajin.

Menurut Zaky, di tengah era digital yang semakin cepat, Qiscus hadir sebagai pionir dalam solusi komunikasi bisnis berbasis chat. Dengan produk unggulan Qiscus Multichannel Chat, perusahaan-perusahaan kini dapat mengintegrasikan platform komunikasi, seperti WhatsApp, Line, dan Facebook Messenger, dalam satu dashboard yang efisien.

Qiscus tidak hanya menawarkan teknologi mutakhir, tetapi juga memberdayakan bisnis untuk meningkatkan layanan pelanggan dengan responsivitas yang optimal dan interaksi yang personal. Saat ini Qiscus mencatat peningkatan produktivitas agen hingga 90%, didorong oleh penanganan lebih dari 2 miliar percakapan serta 100 juta pengguna, yang menunjukkan pertumbuhan tahunan sebesar 123%. Kesuksesan ini diperkuat dengan investasi sebesar US$2 juta dari Init6 untuk mendukung ekspansi mereka di Asia Tenggara.

Sementara itu, startup Monit berdiri di garis depan inovasi analisis data, menyediakan solusi monitoring yang memungkinkan bisnis mengubah data menjadi wawasan yang dapat diambil tindakan. Platform Monit mengumpulkan, menganalisis, dan memvisualisasi data dari berbagai sumber secara real time, membantu perusahaan membuat keputusan strategis yang lebih baik.

Monit berkomitmen memajukan operasional bisnis dengan memberikan alat yang kuat untuk memahami dan merespons dinamika pasar dengan cepat. Perusahaan ini mencapai tonggak sejarah yang signifikan dengan meraih pendanaan US$5,2 juta putaran pra-seri-pembiayaan.

Dana ini digunakan untuk memenuhi permintaan yang tinggi untuk layanan Monit di seluruh spektrum lembaga keuangan, dari bank komunitas kecil hingga bank-bank besar multinasional. Saat ini, Monit melayani lebih dari 5.000 bank dan serikat kredit, dengan puluhan juta UKM yang mendapat manfaat dari solusi inovatif.

Startup berikutnya yang didanai Init-6 ialah Dibimbing.id dan Cakrawala University yang membuka jalan baru dalam pendidikan dan pengembangan karier. Melalui program bimbingan belajar dan pelatihan karier yang komprehensif, mereka membekali generasi muda dengan keterampilan praktis yang relevan dengan industri.

Kolaborasi tersebut tidak hanya menghasilkan lulusan yang siap kerja, tetapi juga memupuk semangat inovasi dan kompetensi yang tinggi, menjawab kebutuhan pasar tenaga kerja yang terus berkembang. Hingga kini, Dibimbing.id telah membimbing lebih dari 2.000 peserta bootcamp dengan tingkat keberhasilan penyaluran kerja mencapai 94%.

Ada pula startup Imajin yang didanai Init-6. Platform ini membawa inovasi dalam industri manufaktur dengan teknologi digital dan pencetakan 3-D yang canggih. Mereka menyediakan layanan yang memungkinkan perusahaan memproduksi prototipe dan produk akhir dengan cepat dan efisien.

Imajin berdedikasi mengubah cara dunia memandang produksi. Tujuannya, mendemokratisasi teknologi manufaktur sehingga perusahaan dari berbagai ukuran dapat berinovasi dan mempercepat pengembangan produk mereka.

Dari awal berdirinya, Imajin telah mengalami pertumbuhan yang signifikan dengan peningkatan pendapatan tahunan 150%. Mereka telah melayani lebih dari 200 klien dari berbagai industri, di antaranya otomotif, kesehatan, dan konsumen elektronik, serta memiliki lebih dari 10.000 pengguna aktif di platform mereka.

“Imajin adalah masa depan manufaktur, membuka pintu bagi kreativitas dan efisiensi yang belum pernah ada sebelumnya, dengan komitmen untuk terus mendorong batas-batas inovasi teknologi,” Zaky menerangkan.

Selanjutnya, ada startup Educa sebagai revolusi dalam dunia pendidikan, yang menawarkan platform pembelajaran online yang interaktif dan mudah diakses. Dengan berbagai kursus yang dirancang untuk semua kalangan, Educa menyediakan materi pembelajaran berkualitas tinggi yang memadukan teori dan praktik.

Manajemen Educa percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk membuka peluang, dan melalui teknologi mutakhir, mereka bertekad meningkatkan keterlibatan dan hasil belajar siswa di seluruh dunia. Pertumbuhan perusahaan ini sangat mengesankan, dengan ekspansi mencapai lebih dari 200.000 pengguna dan kemitraan dengan lebih dari 500 institusi pendidikan secara global. Pencapaian ini menegaskan komitmen Educa untuk membuat pendidikan lebih mudah diakses dan berdampak, memperkuat posisinya sebagai pemimpin di industri edtech.

Kiprah bisnis Educa berfokus pada tiga lini bisnis utama: Educa Studio, Gamelab, dan Educa Academy. Educa Studio menitikberatkan pada pengembangan media belajar anak umur 2-12 tahun, Gamelab berfokus pada pendidikan vokasi dalam bentuk pendampingan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), sedangkan Educa Academy menekankan pada pelatihan guru dan tenaga pengajar.

Tahun 2024, Educa Group akan memfokuskan diri pada program peningkatan keterampilan siswa dan guru di bawah naungan Gamelab. Penekanannya pada sembilan program, yakni sinkronisasi kurikulum industri, dukungan teknologi (Gamified LMS Platform), pelatihan untuk guru, praktisi mengajar untuk guru tamu, praktik kerja lapangan (PKL) untuk magang siswa, PKL untuk magang guru, teaching factory, uji keahlian kompetensi untuk sertifikasi siswa, serta job matching untuk memaksimalkan penyerapan lulusan SMK.

Andi Taru, CEO & Founder Educa Group, mengatakan, pihaknya antusias menyambut pendanaan dari perusahaan venture capital Init-6. Menurutnya, ada kesamaan visi untuk menciptakan pemerataan kualitas dan akses pembelajaran di SMK dengan platform teknologi.

Sesuai dengan core value-nya: Fast, Feasible, dan Fun, perusahaan berbasis pendidikan ini berfokus pada penciptaan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan industri, dengan teknologi yang dapat diakses dari mana saja, yang digabungkan dengan gamifikasi, yang akan membuat proses pembelajaran menjadi interaktif dan menyenangkan. Sejauh ini, Gamelab sudah bekerjasama dengan lebih dari 500 SMK dan sudah diikuti lebih dari 100.000 siswa dengan 270 kelas pembelajaran di seluruh Indonesia, dari Aceh hingga Papua.

Lebih Agresif Ekspansi

Menjadi salah satu “The Most Active Venture Capital” tahun 2023, Init-6 cukup puas dengan performa tahun 2023. Beberapa portofolionya menunjukkan kinerja bisnis yang sehat dan berpotensi menarik investor, baik dari regional maupun global.

“Init-6 tumbuh begitu cepat, dalam waktu tiga tahun lebih kami telah memiliki lebih dari 38 portofolio investasi lintas sektor dan bekerjasama dengan lebih dari 50 founders di ekosistem kami. Hingga akhir tahun 2024, kami menargetkan portofolio akan tumbuh hingga lebih dari 40 startup,” ungkap Zaky.

Ia menambahkan, “Mimpi kami untuk Init-6 begitu besar, karena kami ingin Init-6 dapat menjadi partner yang membawa startup-startup ini dapat berekspansi lebih luas dan tumbuh signifikan. Kami ingin industri teknologi Indonesia tetap diperhitungkan di kancah regional dan global.”

Menyambut hal yang sama, Rexi Christopher, Venture Partner Init-6, menyebutkan bahwa jumlah investasi Init-6 pada tahun 2024 akan bertambah, seiring dengan pertumbuhan industri dan pasar. “Portofolio kami dikurasi dengan sangat selektif, dengan mengedepankan kriteria pertumbuhan bisnis yang tidak semata bergantung pada ekspansi kapital yang besar saja. Dengan pengalaman kami, Init-6 jeli dalam melihat peluang yang ada,” tutur Rexi.

Yang jelas, tahun 2024 Init-6 aktif berekspansi dengan menyasar startup di industri kesehatan, edukasi, business to business (B2B), climate tech, dan konsumer. Salah satu kriteria bisnis yang disasar: adanya model bisnis yang kuat dan menunjukkan potensi pertumbuhan yang substansial di masa depan.

Zaky tidak menampik bahwa akhir-akhir ini dunia industri juga dihadapkan pada fenomena adanya startup yang tidak berhasil dan faktor risiko itu akan selalu ada. Menurutnya, memiliki riset yang mendalam dan mengetahui kesiapan pasar juga sangat krusial. Founders harus tahu kapan keputusan diambil untuk meluncurkan produk/layanan, pengaturan harga yang tepat, serta kapan melakukan investasi, ekspansi, dan belanja. Selain itu, daya saing bisnis juga tidak kalah penting.

Trial and error dan beta testing tetap sangat diperlukan. Sering startup yang belum mencapai profitabilitas, dan sangat bergantung pada suntikan investasi investor, tergoda dengan ekspansi dan belanja yang mungkin saja belum terlalu dibutuhkan, alhasil berdampak pada kesehatan bisnis startup. Pada akhirnya, startup dengan model bisnis yang kuat yang akan bertahan,” Zaky menegaskan.

Dana yang dikucurkan Init-6 untuk setiap startup, yang terendah Rp4 miliar dan tertinggi Rp35 miliar. Dari 38 startup yang didanai, Zaky mengaku tidak semua menguntungkan. Namun, Init-6 masih tetap untung karena disokong oleh keberhasilan sebuah startup dengan kinerja jempolan. Kinerja startup tersebut mampu menutup kerugian atas investasi di beberapa perusahaan rintisan lainnya.

Namun, bagi Zaky, keuntungan tentu saja bukanlah satu-satunya tujuan. Baginya, investasi adalah tentang mendukung inovasi dan membantu menciptakan masa depan yang lebih baik. Di bawah bendera Init-6, Zaky tidak hanya mengejar pertumbuhan angka-angka, tetapi juga ingin menciptakan dampak positif yang lebih besar bagi masyarakat.

Dengan tekad dan visi yang jelas, dia tampak siap melangkah lebih jauh, membawa semangat kewirausahaan Indonesia ke panggung dunia. Dan mungkin, ini baru permulaan dari perjalanan panjang dan petualangan baru yang penuh kejutan dari sosok bernama Achmad Zaky Syaifudin. (*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved