Perum Bulog Mendorong Inovasi dan Kolaborasi Boga untuk Wirausaha Perempuan
Dalam lanskap usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia, perempuan memegang peranan penting. Data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menunjukkan bahwa 65% dari usaha UMKM dan 54% usaha kreatif dimiliki oleh perempuan. Namun, sebagian besar dari usaha ini masih beroperasi dalam skala mikro.
Untuk mendukung pengembangan usaha kuliner yang lebih besar dan inovatif, Perum Bulog berperan aktif dalam Indonesia Womenpreneur Conference (IWC) 2024 dengan tema Business Level Up.
Acara ini dirancang sebagai platform strategis bagi pengusaha perempuan untuk memperluas potensi mereka, terutama dalam inovasi produk boga yang sesuai dengan tren konsumen muda. Perum Bulog, sebagai pelopor rantai pasok pangan di Indonesia, berkomitmen mendukung para pelaku usaha kuliner melalui berbagai program transformasi dan kolaborasi kreatif.
Sonya Mamoriska Harahap, Direktur Transformasi dan Hubungan Kelembagaan Perum Bulog, menjelaskan tantangan berwirausaha saat ini. Ia menyebutkan bahwa selain kompetisi yang ketat, faktor ekonomi dan geopolitik juga mempengaruhi daya beli masyarakat.
Sonya menekankan pentingnya kreativitas dan inovasi dalam menghadapi tantangan ini, terutama untuk menyesuaikan produk dengan tren konsumen muda.
“Perum Bulog siap berkolaborasi dan bahkan menjadi mitra demi terciptanya ketahanan pangan. Dengan kepiawaian dan pengalaman kami dalam rantai pasok pangan, kami berharap dapat membantu peningkatan usaha para wanita wirausaha,” ujar Sonya.
Hal serupa juga dikemukakan oleh Topan Ruspayandi selaku General Manager Perum Bulog, ketika mengawali diskusinya bertema Tren Inovasi Produk Boga untuk Konsumen Muda pada salah satu kelas bisnis IWC.
Ia mengatakan, “Bahwa konsumen muda saat ini lebih menyukai produk boga yang inovatif, sehat, mudah dan memiliki nilai tambah. Inovasi ini tidak hanya terbatas pada produk itu sendiri, tetapi juga mencakup cara penyajian dan pemasaran melalui platform digital. Milenial dan Gen Z lebih responsif terhadap produk yang otentik, namun mereka juga menuntut transparansi dalam proses produksi serta keberlanjutan lingkungan,” jelasnya.
Dengan demikian, pelaku usaha kini dituntut untuk terus berinovasi dalam bahan baku, proses produksi, dan pemasaran produk. Perum Bulog, dengan jaringan luas dan pengalaman yang mendalam, siap berperan sebagai fasilitator untuk pengusaha perempuan dalam memenuhi tuntutan pasar.
Perum Bulog juga telah memperluas jangkauannya ke ritel modern dan e-marketplace, selain jalur distribusi tradisional, melalui inisiatif Rumah Pangan Kita (RPK). Program ini tidak hanya mempermudah akses masyarakat terhadap bahan pangan berkualitas, tetapi juga memberdayakan mereka untuk memulai usaha dengan modal rendah.
“Rumah Pangan Kita adalah inisiatif penting dalam memperkuat distribusi pangan di Indonesia. Program ini juga menciptakan peluang usaha baru bagi masyarakat,” ujar Bowo Kristiyono, Kepala Divisi Pemasaran dan Pengembangan Bisnis Direktorat Bisnis Perum Bulog.
Sejak diluncurkan pada 2016, RPK telah menjaring sekitar 20.000 individu atau rumah tangga yang menjadi RPK dengan+/- 5.000 SKU yang terdistribusi ke RPK baik pelayanan melalui Bossfood, Kanwil/Kancap.
Program ini berhasil menjangkau daerah-daerah dengan keterbatasan akses pangan dan memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat.
“Kolaborasi antara pengusaha boga dengan pemasok rantai pasok pangan seperti Perum Bulog dapat menciptakan peluang baru di berbagai aspek, termasuk produk, distribusi, dan konsumsi. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan nilai tambah bagi konsumen,” tutup Bowo.
Melalui Indonesia Womenpreneur Conference 2024, Perum Bulog mengajak para pengusaha perempuan untuk terus mengembangkan kapasitas usaha mereka dan memberikan dampak positif bagi masyarakat melalui inovasi dan kolaborasi. (*)