Management

Dari 500 ke 5.000: Perkembangan Pesat Sepeda Listrik Beam di Indonesia

Ricky Sjofyan, Country Lead Beam Mobility Indonesia (Foto: Wisnu Tri Rahardjo/SWA)

Jika kita mengamati sejumlah perumahan di Jabodetabek atau kampus, terlihat deretan sepeda listrik berwarna ungu diparkir di tepi jalan atau berlalu lalang di kawasan tersebut. Sepeda listrik tersebut adalah armada Beam Mobility. Waktu awal hadir di Indonesia tahun 2022, armada Beam hanya 500 unit, kini meningkat jadi 5.000 sepeda listrik.

Beam Mobility berhasil membuat tren gaya hidup baru dalam menggunakan sarana transportasi umum. Beam memperkenalkan sistem mikromobilitas sebagai sarana alternatif yang dapat dipilih masyarakat untuk mengurangi kemacetan, juga mengurangi emisi karbon (CO2) dan nitrogen dioksida (NO2). Sepeda listrik ini dapat digunakan untuk jalur pendek yang biasanya titik lokasinya dekat dengan stasiun kereta api atau halte bus.

Sebelum di Indonesia, Beam Mobility yang berasal Singapura ini telah berkembang di Malaysia, Turki, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru. Kehadirannya di Tanah Air tidak lepas dari sosok Ricky Sjofyan, Country Lead Beam Mobility Indonesia. Sejak awal, Ricky terlibat dalam men-set up perusahaan.

“Saya tertarik bergabung dengan Beam Mobility karena menyukai hal-hal baru. Beam adalah inovasi baru dan dapat menjadi salah satu solusi dalam transportasi yang menjadi problem kebanyakan warga di Jakarta dan sekitarnya,” kata pria kelahiran Padang, 15 Februari 1991, ini.

Eksekutif muda lulusan Sistem Informasi Universitas Kristen Maranatha, Bandung, dan S-2 Strategic Management Universitas Indonesia ini menjelaskan langkah awal yang dilakukannya. Dia memetakan wilayah di Jabodetabek dan meningkatkan teknologi layanan sepeda listrik Beam yang disebut Beam Rover.

Ada dua target wilayah yang dibidik untuk operasional Beam. Pertama, perumahan dengan pertimbangan untuk memfasilitasi warga melakukan mobilitas.

“Jika jarak perjalanan dekat, warga perumahan tidak perlu mengeluarkan mobil atau motor, tapi gunakan alat transportasi umum sepeda listrik Beam Rover. Beberapa perumahan juga terhubung dengan stasiun kereta api, seperti di Bintaro, Tangerang Selatan,” kata Ricky yang juga pernah bekerja di cloud kitchen ini.

Di kawasan perumahan, Beam bekerjasama dengan sejumlah pengembang, yang kini ada di 13 titik, antara lain Citra Raya, Bintaro, Alam Sutra, Gading Serpong, BSD City, Cakung, Harapan Indah, dan Pantai Indah Kapuk. Keputusannya memilih kawasan perumahan karena infrastruktur sudah tertata dan jalannya lebar-lebar.

“Sebenarnya awal Beam masuk itu di Bogor, tapi karena terbentur regulasi dan crowded, kami hanya bertahan beberapa bulan dan sekarang sudah tidak ada,” Ricky menegaskan.

Sementara itu, pertimbangan memilih kampus dengan alasan area kampus sangat luas, bisa ratusan hektare, banyak mahasiswa yang perantauan yang tidak punya motor/mobil, untuk membantu kampus mengurangi polusi sehingga lebih green & eco-friendly. Saat ini Beam Rover sudah hadir di kampus Universitas Indonesia, Universitas Padjadjaran Bandung, dan Telkom University Bandung.

Sepeda listrik Beam Rover didesain dan diproduksi secara customized. Di Indonesia, Beam bekerjasama dengan produsen sepeda Sellis untuk merakit, dengan suku cadang yang diimpor dari China.

“Di Indonesia, model sepeda listrik Beam cuma ada satu dan tipe tersebut telah teruji di China yang jumlahnya mencapai jutaan unit dan cocok dengan kontur infrastruktur di Indonesia,” kata Ricky.

“Cara penggunaan Beam Rover cukup mudah, yaitu dengan mengunduh aplikasi Beam Mobility dari App Store atau Google Play. Setelah registrasi, lakukan pembayaran, bisa pakai e-wallet atau kartu kredit, lalu scan QR Code dan Beam Rover pun bisa digunakan,” Ricky menambahkan.

Tarifnya berbeda-beda tiap kota, disesuaikan dengan kondisi dan lingkungan. Tarif warga dan mahasiswa juga beda. Tarif di daerah wisata dan permukiman pun beda. Tarif Beam di kampus unlock mulai Rp 1.750 dan per menit dihitung Rp 700, daerah wisata Rp 1.500 per menit, dan perumahan Rp 1.000 per menit.

Seluruh armada Beam Rover sudah dilengkapi dengan teknologi Internet of Things yang canggih, disebut Geofence. Teknologi ini memungkinkan Beam Mobility memonitor kondisi kendaraan secara real time, memberi batasan untuk wilayah ataupun area yang bisa dilewati setiap pengendara e-bike Beam, serta secara otomatis dapat mendeteksi jika terdapat permasalahan pada kendaraan Beam. Teknologi Geofence juga digunakan untuk mendeteksi ketika armada membutuhkan pergantian baterai.

Armada Beam Rover memiliki kecepatan yang dibatasi maksimal 25 km/jam. Beam Mobility memastikan armadanya dapat diakses oleh penggunanya, dan setiap armada dilengkapi dengan petunjuk penggunaan serta petunjuk keselamatan dalam berkendara. Selain itu, sebagai upaya untuk pengenalan armada Beam Mobility kepada masyarakat lebih dalam, ada program pelatihan armada secara cuma-cuma yang disebut Beam Safe Academy.

Ricky mengaku keunggulan perusahaan Beam Mobility terletak pada teknologi sebagai ujung tombak, mulai dari sensor hingga armada. Juga jam terbang; Beam telah menjalani bisnis mikromobilitas ini selama enam tahun di banyak negara. Ini bukan hal yang mudah untuk ditiru oleh pihak lain.

Di internal Beam Mobilty Indonesia, Ricky pun menguatkan soliditas tim. “Gaya leadership saya ya kerjasama. Spiritnya, kami ini tim yang kolaboratif. Perusahaan yang umurnya masih muda butuh setiap orang yang bergabung untuk memberikan ide-ide segar, semangat baru untuk mengembangkan perusahaan atau bisnis bersama,” tutur bos dari delapan karyawan kantor dan 100-an petugas lapangan yang melakukan isi ulang baterai sepeda listrik, memonitor armada, dan menangani keluhan pengguna.

Rencana pengembangan bisnis Beam Mobility Indonesia ialah melanjutkan ekspansi ke wilayah-wilayah yang dianggap cocok oleh Beam. Sebagai perusahaan mikromobilitas terbesar di Asia Pasifik, Beam mencatat kenaikan pengguna khusus layanan Beam Subscriber yang baru dikenalkan pada kuartal II/2024 sebanyak 200% dari jumlah pelanggan di fase awal peluncuran.

Beam Subscriber merupakan layanan mikromobilitas dengan skema yang fleksibel yang memungkinkan pengguna menyewa armada Beam secara bulanan dan mingguan. Layanan ini dirancang untuk memberikan kenyamanan dan fleksibilitas maksimal bagi pengguna, sehingga mereka dapat dengan mudah memilih opsi yang paling sesuai dengan kebutuhan mobilitas mereka sehari-hari.

Salah seorang pengguna layanan Beam Subscriber, Fairuz Puspita, menceritakan pengalamannya setelah satu tahun menggunakan layanan Beam di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan.

“Saya bekerja di perusahaan swasta di Jakarta dan tiap hari naik kereta dari kawasan rumah di Bintaro. Jadi, saya lebih mudah dan hemat ongkos menggunakan armada Beam Rover. Dengan hadirnya layanan terbaru, Beam Subscriber, saya langsung beralih karena manfaat tambahan yang ditawarkan. Biaya perjalanan menjadi lebih efisien dan akses ke armada Beam kian mudah, ungkap Fairuz. (*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved