Trends

Hilirisasi Rumput Laut Seluas 50 Hektare di NTT

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KPP) berupaya meningkatkan produksi rumput laut lokal sebagai bentuk hilirisasi komoditas tersebut. KPP berancang-ancang membangun modeling budidaya rumput laut di lahan seluas 50 hektare di Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur. Kabupaten yang terkenal dengan julukan Nusa Lontar itu, usut punya usut menjadi wilayah dengan total produksi rumput laut terbesar di Nusa Tenggara Timur.

Tak hanya itu, rumput yang tumbuh di Rote Ndao tersebut adalah salah satu yang terbaik di pasar global. Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya KKP, Tb Haeru Rahayu,, mengatakan ada potensi besar dari modeling budidaya rumput laut di Rote Ndao. Potensi itu berupa 4.615 pembudidaya rumput berada di sana. Sebab, mata pencarian masyarakat pesisir Rote Ndao percaya budidaya rumput laut sangat cocok untuk kebutuhan sehari-hari.

Kegiatan budidaya rumput laut ini akan dikembangkan pada lahan seluas 32 ribu hektare. Hal ini lantaran 6,9% persen lahan baru untuk budidaya rumput laut. Nantinya, pemanfaatan lahan baru yang kian luas itu mengimplementasikan konsep ekonomi biru demi terwujudnya kemandirian dan keberlanjutan. “Kami sangat berharap Pemerintah Daerah Rote Ndao dapat mengelola, memanfaatkan dan mengoperasionalkan modeling budidaya rumput laut ini dengan baik dan berkelanjutan. Terutama untuk penyediaan SDM yang bisa menangani produksi bibit rumput laut kultur jaringan di UPBRL nantinya,” tutur Haeru pada siaran pers di Jakarta, Senin (2/9/2024).

Unit produksi bibit rumput laut (UPBRL) di Rote Ndao memiliki keunggulan tersendiri yakni sifatnya sebagai kultur jaringan mampu bertumbuh cepat dan tahan perubahan cuaca serta penyakit. (*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved