Economic Issues

Riset Sawit Kian Atraktif dan Menyokong Kualitas SDM Sawit Nasional

Ilustrasi foto : Istimewa.

Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit ( BPDPKS ) mengemban mandat untuk memberikan pendanaan guna meningkatkan sumber daya manusia (SDM) sawit di Indonesia. Program pengembangan SDM ini mencakup pelatihan maupun riset dengan bekerja sama dengan lembaga pelatihan dan perguruan tinggi. Hal itu disampaikan oleh Kepala Divisi Program Pelayanan BPDPKS, Arfie Thahar, yang menyampaikan perihal pendanaan untuk mengadakan riset kelapa sawit telah dijalankan sejak tahun 2015 dan jumlah dana riset terus meningkat.

“BPDPKS ada penugasan untuk pendanaan riset dan jumlah risetnya juga naik dalam beberapa periode sejak tahun 2015. Hasil-hasil riset ini yang kami inginkan ini bisa dimanfaatkan oleh seluruh stakeholders yang bisa memanfaatkan hasil-hasil tersebut, mulai dari industri pemerintah maupun masyarakat yang nantinya bisa menggunakan hasil-hasil riset tersebut,” ungkap Arfie pada jumpa pers virtual di Jakarta, Selasa (2/9/2024).

Arfie mengungkapkan beberapa riset yang telah dilakukan sudah mulai diaplikasikan. Untuk beberapa riset terkait dengan satu produk itu sudah mulai pada tahap komersial, walaupun belum banyak jumlahnya. Sedangkan sejumlah riset yang terkait dengan aplikasi di lahan sawit pun sudah mulai dicoba. ‘’Misalnya kegiatan riset yang terkait dengan sistem pola kultur dengan menambahkan tanaman sela di perkebunan sawit raya untuk menambah pendapatan petani rakyat ketika tanaman sawitr belum menghasilkan,” katanya.

Menurutnya, beberapa jenis tanaman sudah direkomendasikan seperti tanaman jagung, semangka, timun, yang mana dari hasil riset sudah mulai didapatkan itu bisa mendukung dan positif dari pendapatan para perkebunan. Beberapa riset juga sudah mendapatkan hasilnya. “Contoh, dari hasil dari batang yang sudah tua itu dicacah kemudian ditanam kembali. Sekarang sudah bisa dimanfaatkan dan ada nilai jualnya dari bisa dimanfaatkan untuk furniture, menjadi kayu lapis sebagai bahan baku kulit furniture dan sebagainya. Beberapa juga sudah dimanfaatkan diambil tetesnya sebagai bahan baku berbagai industri untuk dijadikan glukosa,” ungkap Arfie.

Terkait dengan pelatihan, Arfie menyampaikan beberapa pelatihan yang sedang dilaksanakan memang masih berdasarkan yang diatur di dalam rekomendasi atau SK Dirjen Perkebunan. Dan pelatihan itu masih terbatas dengan pelatihan yang ada.

“Kami nanti akan sampaikan pada Dirjen Perkebunan untuk menambah jenis-jenis pelatihan sehingga akan menambah manfaat hasil riset. Misalnya pelatihan tentang pengomposan dari kandang kosong ataupun pengomposan dari pelepah, yang ternyata sangat membantu dari para perkebunan dalam pemupukan. Jadi, tidak bergantung lagi kepada pupuk kimia, tetapi menggunakan pupuk alami yang berasal dari kebunnya sendiri,” dia menambahkan.

Perihal pelatihan SDM, SEVP Operation LPP Agro Nusantara, Pugar Indriawan, menjelaskan LPP Agro Nusantara menjadi 1 dari 15 penyelenggara pelatihan yang bekerja sama dengan BPDPKS. Hingga kini, BPDPKS telah menyelenggarakan 43 kelas pelatihan bagi 1.339 peserta yang berasal dari 7 provinsi penghasil sawit di Indonesia. Jumlah ini setara dengan 21% dari total data rekomtek peserta pelatihan. “Kontribusi LPP Agro Nusantara untuk program ini terus meningkat setiap tahunnya. Tahun lalu BPDPKS mempercayakan 876 peserta dan tahun 2024 meningkat di angka 1.339 peserta,” ujarnya.

Secara data, penyelenggaraan pelatihan LPP Agro Nusantara terus meningkat setiap tahunnya. Selain jumlah peserta, peningkatan juga terlihat di jumlah kelas dan lokasi pelaksanaan pelatihan. Tahun 2023, kelas yang berjalan sebanyak 28 kelas di 4 provinsi, sedangkan tahun 2024 pelatihan dilaksanakan di 7 provinsi. Dengan kelas terbanyak di Provinsi Riau sejumlah 23 kelas berjalan.

“Selain pengetahuan teknis, pengembangan bisnis harus menjadi mindset baru pekebun. Bisnis yang dikelola dengan baik dan meningkat skalanya tentu harus segera dimulai,” Pugar menguraikan. Hal ini tentu menjadi tujuan bersama dalam lanskap bisnis kelapa sawit di Indonesia. Peran petani kebun swadaya harus meningkat baik secara kuantitas dan kualitas. Tidak hanya mampu memproduksi hasil yang lebih baik, tapi juga memiliki daya saing dan mampu menghadapi tantangan bisnis.

Dengan pengalaman di bidang Perkebunan sejak tahun 1950, LPP Agro Nusantara turut berkontribusi mengembangkan bisnis perkebunan di Indonesia. Melalui program strategis pemerintah yang dijalankan BPDPKS ini, LPP Agro Nusantara berharap semakin banyak pekebun yang memiliki akses pada praktik baik perkebunan yang meningkatkan kualitas perkebunan Indonesia. Karena tidak dipungkiri, SDM yang berkualitas memiliki peran penting dalam keberlanjutan industri kelapa sawit di Indonesia. (*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved