Trends

Industri Kelapa Sawit Berlandaskan Prinsip Berkelanjutan

(Tengah) Joko Supriyono penulis buku Masih Berjayakah Sawit Indonesia Menghadapi Tantangan Sustainability Global di Jakarta, Rabu (4/9/2024). (Foto : Istimewa).

Industri kelapa sawit nasional telah memenuhi aspek keberlanjutan (sustainability), semisal RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) dan ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil). Perusahaan kelapa sawit mengimplementasikan praktik berkelanjutan sehingga produk ini diminati pasar global sehingga ekspor kelapa sawit sebanyak 32,2 juta ton di 2023 atau melampaui tahun sebelumnya sebanyak 31,9 juta ton.

Kendati demikian, aspek keberlanjutan menjadi tantangan utama dalam memenangkan persaingan minyak nabati dunia. Untuk itu, kolaboarasi dan sinergi antar para pemangku kepentingan diperkuat untuk menyokong industri kelapa sawit di masa mendatang. Demikian rangkuman diskusi buku berjudul Masih Berjayakah Sawit Indonesia Menghadapi Tantangan Sustainability Global di Jakarta, Rabu (4/9/2024) kemarin.

Buku yang ditulis oleh Joko Supriyono merangkum sejumlah tantangan dan solusi yang melingkupi industri kelapa sawit beberapa tahun terakhir. Selain soal sustainability, industri yang menjadi andalan Indonesia tersebut hingga kini memiliki risiko stagnansi produktivitas.

Joko, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) periode 2015-2023, menyampaikan kelapa sawit telah menjadi bagian integral dari lanskap sumber energi global sehingga Indonesia dirasa perlu fokus pada strategi global maupun regional untuk menentukan masa depan kelapa sawit.

Pria kelahiran Nganjuk, 20 Mei 1962 itu, menyebutkan kelapa sawit sedang berada di persimpangan jalan menuju kembali masa jayanya atau stagnansi.Oleh sebab itu dukungan dari segenap stakeholders seperti pemerintah dan pelaku usaha diperlukan untuk menopang pertumbuhan komoditas andalan ini. “Kejayaan kelapa sawit perlu komitmen yang besar dari pemerintah dan pelaku usaha untuk menjaga produksi dan produktivitas. Pemerintah juga perlu aktif melakukan diplomasi yang luas, advokasi, litigasi dan retaliasi. Perlu ada proteksionisme yang serupa dilakukan oleh negara-negara lain,” ucap Joko.

Sustainability, lanjut Joko, menjadi tantangan utama dalam memenangkan persaingan minyak nabati dunia. Pasalnya, label sustainability kerap dijadikan alat untuk melakukan kampanye negatif oleh para pesaing. Kelapa sawit dapat menjadi solusi bagi penggunaan bahan bakar fosil yang tidak bisa diperbarukan.

Sebab, minyak kelapa sawit dapat digunakan untuk memproduksi bio diesel secara massal. “Harapan saya dengan buku ini bisa membuka mata banyak pihak agar komoditas ini bisa kembali berjaya. Jangan sampai seperti komoditas lain yang nasibnya meredup seperti kakao, kapas dan karet dan gula dulu pernah menjadi andalan ekspor Indonesia namun kini kita malah harus impor,” katanya.

Menurutnya, kelapa sawit memiliki pesaing minyak nabati lain seperti biji bunga matahari atau rapeseed. Setiap negara produsen minyak-minyak nabati tersebut melakukan proteksi khusus untuk menjaga keberlangsungan industrinya masing-masing.

Pada kesempatan ini, Ketua Umum Gapki, Eddy Martono, mengatakan segudang tantangan dan solusi yang diperlukan oleh segenap stakeholders telah terangkum dalam buku tersebut. “Buku ini memperjelas bahwa sustainability adalah memang tuntutan pasar. Sustainability adalah hal yang wajar maka itu Indonesia perlu memperkuat komitmen terkait sustainability melalui sertifikasi ISPO dan kami sudah menjalankannya,” ucap Eddy.

Dia berharap hambatan-hambatan seperti masalah biaya dan kebijakan seperti kebun masyarakat masuk dalam kawasan dapat terselesaikan. Selain itu penguatan sertifikasi ISPO juga bisa segera digalakkan agar dapat diterima di pasar global.

Pada sisi lain, Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Lampung Bustanul Arifin Bustanul menambahkan karya perdana Joko Supriyono adalah buku yang apik. "Bukunya bagus, jelas, dan inspiratif. Pendekatan yang ditempuh adalah kombinasi antara analisis ekonomi, analisis kebijakan dan story telling," ungkapnya.

Menurutnya, kepiawaian Joko menjabarkan industri kelapa sawit telah mencakup berbagai aspek. Dia menilai buku ini juga berisi tinjauan historis tentang perkembangan kelapa sawit di Indonesia dari waktu ke waktu. "Proses warning (memberi peringatan) tentang masa depan sawit yang diusung buku ini menurut saya sangat baik," jelasnya.

Pentingnya peluncuran buku ini pun mendapatkan perhatian oleh Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) yang menjadi salah satu penerbit terbesar di Indonesia yang berada di bawah payung Kelompok Kompas Gramedia. Penerbitan buku Joko Supriyono berjudul Masih Berjayakah Sawit Indonesia Menghadapi Tantangan Sustainability Global pun didukung oleh PT Astra Agro Lestari Tbk., BPDP-KS, Sinarmas, First Resources, Musim Mas, Wilmar, Asian Agri dan PT Unggul Widya Teknologi, PT Triputra Agro Persada Tbk., dan PT Bahruny. (*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved