IFC Investasi US$60 Juta di Gunung Raja Paksi
IFC mengumumkan pemberian pendanaan kepada PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP), salah satu produsen baja terbesar di Indonesia. Dana ini akan digunakan untuk meningkatkan produksi baja rendah karbon, mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK), dan mendukung pencapaian target iklim Indonesia.
IFC, anggota dari Grup Bank Dunia dan lembaga pembangunan global yang fokus pada sektor swasta di pasar negara berkembang, menyediakan pinjaman setara dengan US$60 juta kepada GRP. Dana ini akan digunakan perusahaan untuk meningkatkan kapasitas produksi baja lembaran rendah karbon menggunakan teknologi Tanur Busur Listrik atau Electric Arc Furnace (EAF).
Teknologi ini memungkinkan GRP mendaur ulang berbagai jenis besi tua untuk menghasilkan baja berkualitas tinggi dengan emisi yang jauh lebih rendah, mengurangi emisi lebih dari setengah rata-rata global untuk produksi baja. Kerja sama ini juga diharapkan dapat membantu Indonesia memenuhi permintaan baja yang terus meningkat dan mengurangi ketergantungan pada impor baja beremisi tinggi.
Baja menyumbang sekitar delapan persen dari total emisi gas rumah kaca global. Dengan permintaan baja global yang diperkirakan akan melebihi dua miliar ton pada tahun 2040, yang didorong pertumbuhan di Asia, ada kebutuhan mendesak untuk mengembangkan pendekatan inovatif yang mampu mengurangi jejak karbon dari sektor ini.
"Melalui kerja sama dengan IFC, GRP akan terus menetapkan standar baru dalam upaya dekarbonisasi produksi baja di Asia. Investasi ini menegaskan peran GRP sebagai salah satu pelopor operator pabrik baja rendah karbon di Asia," ujar Kimin Tanoto, Ketua Komite Eksekutif GRP.
Selain pinjaman ini, IFC juga telah menandatangani Advisory Engagement Letter dengan GRP untuk membantu mengembangkan dan menerapkan strategi dekarbonisasi serta mendukung upaya GRP mengurangi emisi gas rumah kaca yang sejalan dengan standar internasional.
Dukungan ini mencakup menjajaki berbagai opsi pendanaan untuk mendukung keputusan GRP menonaktifkan Blast Furnace yang baru dibangun namun belum pernah dioperasikan, serta meningkatkan efisiensi energi teknologi EAF dan menilai opsi dan teknologi proses hilir yang baru.
IFC juga akan membantu GRP mengidentifikasi peluang pasar baru dan mengeksplorasi produk baja bernilai tinggi yang sesuai dengan ketentuan produksi EAF, memperkuat posisi GRP sebagai pemimpin dalam upaya dekarbonisasi nasional. Langkah ini juga akan mendukung Indonesia dalam mencapai target Nol Emisi Karbon pada tahun 2060.
"Kerja sama dengan GRP merupakan langkah penting dalam komitmen kami untuk mendukung dekarbonisasi industri baja di Indonesia, dan menandai investasi baja pertama IFC di Asia dalam lebih dari satu dekade terakhir," ujar Euan Marshall, Country Manager IFC untuk Indonesia dan Timor-Leste.
Indonesia adalah salah satu produsen baja terbesar di Asia Tenggara dan menduduki peringkat kelima belas di dunia. Tahun 2021, Indonesia mengimpor sekitar 6,6 juta ton baja, yang sebagian besar di antaranya diproduksi dengan menggunakan Blast Furnace yang menghasilkan emisi karbon tinggi.
Produksi baja tahunan di Indonesia diperkirakan akan meningkat dari 16 juta ton pada tahun 2023 menjadi 33-35 juta ton pada tahun 2030, didorong oleh meningkatnya permintaan dari sektor infrastruktur, perumahan, dan otomotif. Oleh karena itu, upaya untuk mendekarbonisasi sektor ini menjadi sangat penting untuk mencapai masa depan yang rendah karbon. (*)