Management

Dari Impian Kecil Hingga Imperium Global: Kisah Elie Saab

Elie Saab (Dok. whitewall.art)

Di Beirut, orang mengatakan bahwa masa lalu dan masa depan berdansa bersama. Kota yang terletak di pesisir Laut Mediterania ini memang tempat di mana pesona masa lalu dan dinamika masa kini bertemu dalam harmoni yang memikat.

Sungguh, kota ini menyimpan jejak-jejak sejarah yang begitu dalam, dari zaman kuno hingga era modern, menjadikannya sebuah mozaik penuh warna. Setiap sudut kota seperti menyimpan cerita, dari bangunan tua yang anggun hingga jalan-jalan sempit yang berbisik tentang masa lalu yang kaya.

Berkarya di Tengah Perang

Perjalanan Elie Saab dimulai di jantung Beirut. Namun, lelaki kelahiran tahun 1964 ini tak tertarik dengan dunia pariwisata, keuangan, atau konstruksi dan properti yang menjadi wajah Beirut. Sejak belia Saab telah terpikat dunia desain. Pada usia 9 tahun, dengan tangan mungilnya, dia mulai merajut impian menjadi fashion designer melalui potongan-potongan kain yang ditemukannya di rumah, menyulapnya menjadi busana untuk keluarganya.

Ketika usianya menginjak 18 tahun, di tahun 1982, anak remaja ini membuat langkah besar. Dia membuka studio pertamanya. Kala itu, Lebanon tengah diganggu perang sipil. Namun di tengah badai kehancuran, langkahnya tetap teguh. Dia menggelar fashion show.

"Belum pernah ada peragaan busana di Lebanon," kenangnya dengan nada lirih. "Model pun tidak ada. Aku mengumpulkan gadis-gadis dari iklan dan mahasiswa, kebanyakan dari mereka, seperti diriku, bahkan belum pernah menyaksikan sebuah fashion show."

Fashion show pertama Saab berlangsung di Casino du Liban. Dia mengatakan tidak akan pernah melupakan bahwa keesokan harinya ada artikel tentang koleksi gaunnya di surat kabar yang disertai gambar-gambar Perang Lebanon.

Meski berada dalam situasi yang penuh keterbatasan, Saab tak pernah membiarkan bara kreativitasnya padam. Selama lebih dari dua dekade, dia meniti jalannya dengan penuh ketekunan. Karya-karyanya mulai dikenal karena dia membuat gaun pengantin yang penuh detail, menjalin keindahan dekoratif Timur dengan siluet Barat yang anggun.

"Aku mencintai keanggunan feminin, bukan kemewahan yang berlebihan. Selera yang baik adalah tujuanku," ucapnya, seakan menegaskan bahwa kemurnian estetika selalu menjadi nyala di tengah gemerlap dunia fesyen.

Perlahan tapi pasti, namanya terus menanjak. Dari kota, ke negeri, lalu ke jazirah Arab. Dan kegigihan Saab mulai menuai buahnya pada tahun 1997, ketika undangan dari Camera Nazionale della Moda Italiana di Roma menghantarkannya ke panggung mode yang lebih luas. Tiga tahun berselang, pada tahun 2000, dia mendapatkan kehormatan untuk memamerkan koleksinya di Paris, memperkukuh namanya sebagai salah seorang maestro mode yang siap menaklukkan dunia internasional.

Malam Halle Berry

Titik lompatan perjalanan karier Saab terjadi pada tahun 2002, ketika takdir membawanya pada momen gemilang. Malam itu, Halle Berry melangkah anggun di ajang Oscar, mengenakan gaun semi-transparan rancangan Saab — korset jala yang dihiasi detail bunga halus, berpadu dengan rok taffeta merah tua yang mengalun mewah. Taffeta, kain yang ditenun rapat dengan kelembutan dan kilau memikat, membawa gaun itu seakan hidup dalam setiap gerakan, menghasilkan suara lembut bak simfoni keanggunan.

Malam itu, Berry mencatat sejarah dengan memenangkan Academy Award sebagai Aktris Terbaik, menjadi wanita Afrika-Amerika pertama yang menerima penghargaan tertinggi dalam dunia perfilman. Peran Leticia Musgrove dalam "Monster’s Ball" (2001), karakter penuh luka yang menghadapi dunia yang tak adil, menjadi cermin dari keanggunan yang sama yang dia tunjukkan di panggung Oscar.

Seiring tersebarnya citra Berry yang anggun di seluruh dunia, nama Elie Saab pun terukir dalam sejarah mode. “Dia memilih gaun itu karena cinta, bukan karena penata gaya memintanya. Itulah kekuatan sejati dari desain saya,” ujar Saab dengan rendah hati, seolah gaun itu hanya perantara takdir yang lebih besar.

Gaun Oscar itu menjadi lebih dari sekadar karya — ia menjadi simbol awal dari keberhasilan Saab menaklukkan dunia mode global. Sejak saat itu, gaun-gaunnya menjadi incaran para bintang, menghiasi karpet merah Cannes hingga pesta-pesta termewah di dunia.

Dunia memang baru mulai mencatat nama Elie Saab pada tahun 2002, ketika gaun rancangan tangannya menjadi sorotan di ajang Oscar. Namun, sejatinya, pengakuan dari Timur Tengah telah lama menghampiri Saab. Pada tahun 1999, Ratu Rania dari Yordania mengenakan salah satu karya indahnya dalam upacara penobatan sang suami, Raja Abdullah II. Momen bersejarah itu, di mana takhta berpindah dari Raja Hussein yang mangkat, menjadi panggung istimewa bagi Saab untuk memantapkan reputasinya di mata para bangsawan dan tokoh berpengaruh di kawasan tersebut.

Gaun Ratu Rania karya Elie Saab saat penobatan menjadi Ratu Yordania, 1999 (Dok. jaynithinun)

Jauh sebelum panggung Roma tahun 1997 dan gemilang Oscar 2002, gaun-gaun Saab telah menghiasi tubuh para selebriti kaya di Timur Tengah. Karyanya yang menawan, sering kali terinspirasi oleh keindahan budaya Timur, memancarkan kemewahan yang tidak hanya dirasakan tetapi juga dilihat, menjadikannya simbol elegansi bagi orang-orang berduit. Popularitasnya kemudian terus membumbung di antara kalangan aristokrat, membentuk fondasi kuat reputasi Saab sebagai desainer papan atas yang lahir di Lebanon.

Haute Couture

Setelah kejayaan Oscar, langkah Saab tak lagi terbatas pada kawasan Timur Tengah. Paris, kota yang tak pernah tidur dari hingar-bingar mode, menyambutnya dengan tangan terbuka. Dia membuka butik di sana, dan segera setelah itu bergabung dengan Chambre Syndicale de la Haute Couture, sebuah pengakuan yang hanya diperuntukkan bagi mereka yang memiliki keterampilan dan visi di atas standar biasa. Langkah ini memungkinkan Saab untuk menggelar koleksi haute couture di Paris Fashion Week, menjadikannya salah satu dari segelintir desainer non-Eropa yang menaklukkan panggung mode couture Eropa.

Salah satu butik Elie Saab, di Doha, Qatar (Dok. alibinali.com)

Dalam dunia mode, haute couture bukan sekadar istilah, tetapi sebuah mahakarya. Setiap potongan adalah manifestasi dari keindahan tertinggi, diciptakan dengan bahan-bahan yang seakan berbisik, dengan tangan-tangan terampil yang menyulap benang menjadi karya seni. Haute couture, lebih dari sekadar busana, adalah dedikasi yang tertuang dalam setiap jahitan, sebuah simfoni keahlian yang merangkai tradisi dengan keunikan, menciptakan sesuatu yang tak bisa digantikan.

Ada beberapa syarat ketat untuk menyandang gelar rumah mode haute couture. Pertama, setiap pakaian dibuat dengan teknik bespoke, di mana setiap potongan diciptakan secara eksklusif sesuai dengan keinginan dan ukuran pribadi klien. Tidak ada dua pakaian yang serupa, menjadikannya simbol keunikan yang tak tertandingi.

Kedua, rumah mode haute couture diwajibkan merilis koleksi dua kali setahun, memamerkan desain mereka di Paris, pusat haute couture dunia.

Ketiga, kualitas bahan yang digunakan tidak bisa dipertanyakan — hanya yang terbaik, yang dirajut dengan tangan pengrajin terampil, melibatkan ratusan jam kerja yang penuh dedikasi.

Dengan demikian, haute couture, dengan segala kemewahannya, bukan hanya tentang busana, tetapi juga tentang karya seni yang melampaui batas imajinasi. Setiap helai, setiap detail ornamen, adalah bukti nyata dari waktu dan cinta yang diinvestasikan untuk menciptakan sesuatu yang benar-benar luar biasa.

Setelah momen bersejarah di Oscar dan pengakuan sebagai rumah mode haute couture, nama Elie Saab semakin berkilau di dunia mode internasional. Selebriti kelas dunia seperti Angelina Jolie, Beyoncé, dan Taylor Swift jatuh hati pada keanggunan desainnya, memilih mengenakan gaun-gaunnya di berbagai acara red carpet. Kehadiran karyanya di tubuh para bintang ini memperkuat status Saab sebagai desainer haute couture yang tak tergoyahkan.

Elie Saab dalam fashion show di Paris 2017 (Dok. thechicicon.com)

Apa yang bermula dari impian kecil di tahun 1982 itu pun kini telah menjelma menjadi sesuatu yang jauh melampaui angan-angannya. Saab berhasil menempatkan dirinya sebagai salah satu pilar adibusana dan mode mewah global.

Rumah modenya melebarkan sayap hingga ke kota-kota mode utama dunia seperti Paris, London, New York, dan Milan, serta kota-kota glamor nan eksotis seperti Dubai, Abu Dhabi, Riyadh, Doha, Monaco, Saint-Tropez, dan St. Barts. Setiap lokasi dipilih dengan cermat, mencerminkan komitmennya untuk memenuhi selera beragam dari pasar internasional yang prestisius.

Saab memang dikenal sebagai desainer yang memadukan glamor dan keanggunan dalam harmoni yang sempurna. Karyanya tidak hanya menjadi idaman selebriti karpet merah, tetapi juga para bangsawan dan klien eksklusif lainnya. “Kode koleksi saya akan selalu tetap sama,” tegasnya dengan penuh keyakinan. Saab setia pada misinya, membawa keindahan yang bersumber dari hati, membalut tubuh dengan kemewahan yang terjaga.

Pada Juni 2023, sejarah pun kembali mencatat nama Saab saat Putri Rajwa Al Hussein mengenakan gaun indah kreasinya dalam pernikahan megahnya dengan Putra Mahkota Al Hussein dari Yordania. Gaun tersebut bukan hanya simbol cinta, tetapi juga lambang prestise yang diakui dunia.

Tak hanya itu, Putri Kate Middleton dari Inggris juga memilih gaun Saab untuk menghadiri acara tersebut, semakin menegaskan daya pikat tak terbantahkan dari desainnya. Dengan nama-nama besar seperti Jennifer Lopez, Jessica Chastain, Rita Ora, dan Jessica Biel yang turut terpikat oleh keindahan rancangannya, Saab telah menjadi pilihan utama di kalangan elite internasional, menjadikan setiap gaunnya lebih dari sekadar busana — melainkan pernyataan akan kemewahan, keanggunan, serta keabadian.

Berbicara tentang ekspansi, Saab menuturkan bahwa sejak 2020, perusahaannya telah membuka 12 butik di 12 negara berbeda. Namun, langkahnya tak berhenti di situ. Dalam lima tahun ke depan, dia merancang rencana besar: membuka hingga 30 butik baru di seluruh dunia. Visi ini melibatkan pembukaan lima butik dalam dua tahun mendatang di lokasi-lokasi strategis seperti Miami, Kuwait, Arab Saudi (NEOM), serta dua lokasi tambahan di Amerika Serikat. Asia, dengan segala potensinya, turut menjadi incaran dalam rencana besar ekspansi ini.

Di luar gemerlap butik fisiknya yang tersebar di berbagai penjuru dunia, Saab juga merasakan angin segar dari penjualan daring. Laporan terbaru mengungkapkan bahwa e-commerce menyumbang 10% dari penjualan ritel Saab pada tahun 2023. Pandemi global, meski penuh tantangan, menjadi katalis bagi pertumbuhan penjualan daring.

Namun demikian lelaki ini tetap meyakini bahwa pengalaman pelanggan (customer experience) di butik fisik adalah esensi yang tak tergantikan. Di sanalah setiap pelanggan dapat merasakan langsung keajaiban busana yang dia ciptakan, menyentuh keanggunan yang tertuang dalam setiap detail.

Di tengah dinamika industri mode yang terus berubah oleh tren dan selera konsumen, segmen mewah memang menunjukkan stabilitas yang luar biasa. Menurut McKinsey & Company, industri fashion global diproyeksikan tumbuh hingga 4% pada tahun 2024. Di balik angka ini, segmen mewah menyumbang sebagian besar pertumbuhan, dengan prediksi kenaikan 3-5% untuk tahun ini, meskipun sedikit lebih rendah dibandingkan 5-7% pada 2023.

Di lanskap persaingan ketat yang dihuni oleh raksasa-raksasa mode seperti CHANEL, Dior, dan Givenchy, brand ELIE SAAB tetap memijakkan kakinya dengan kokoh. Alessandro Maria Ferreri, CEO The StyleGate, menjelaskan bahwa pandemi global mempercepat polarisasi kekayaan yang berimbas langsung pada industri mewah.

"Tak heran jika salah satu konsekuensi terbesar pandemi adalah semakin terpolarisasinya kekayaan di berbagai negara,” ujar Ferreri. "Mereka yang sudah kaya kini semakin kaya, dan permintaan akan barang-barang mewah yang eksklusif pun melonjak. Dalam memilih barang mewah, konsumen kini lebih memilih 'barang investasi' — sesuatu yang tak terikat musim, tetapi memiliki keanggunan abadi.”

Di tengah persaingan yang ketat, dengan intuisi tajam terhadap perubahan pasar dan kebutuhan pelanggan, Saab terus berupaya menempatkan dirinya sebagai salah satu pemain industri mode mewah. Rencana ekspansi global yang ambisius dan pendekatan cerdas dalam menggabungkan penjualan daring dan luring menunjukkan strateginya untuk tetap relevan di tengah perubahan zaman.

Yang menariknya, di balik hasratnya untuk menciptakan busana yang abadi dan menembus lintas generasi, Saab bukan hanya seorang perancang mode ulung, tetapi juga seorang entrepreneur visioner. Apa yang terjadi?

Membangun Imperium

Saab tidak berhenti pada gaun-gaun megah yang menawan hati para selebritas dunia; impiannya menjangkau lebih jauh, membangun sebuah imperium yang mencakup beragam kategori produk. Mulai dari aksesori elegan, furnitur interior yang mewah, pakaian anak-anak, semuanya hadir dalam sentuhan eksklusif yang mengusung estetika Saab. Bahkan mereka telah masuk ke properti mewah.

Setelah meraih kesuksesan melalui kolaborasi dengan Gulf Islamic Investments (GII) dalam mengembangkan hunian mewah di kawasan elit Hyde Park, London, Saab kini melangkahkan kaki ke padang pasir Arab Saudi dengan proyek terbarunya, Etoile by Elie Saab.

Etoile by Elie Saab akan mempesona mata di jantung kota wisata Riyadh, Arab Saudi, dengan desain yang menyatukan keindahan arsitektur tradisional Arab Saudi dengan sentuhan kontemporer.

Terletak di distrik Sedra yang baru, proyek ini mencakup hunian mewah di area seluas dua puluh juta meter persegi di utara Riyadh. Unit-unit yang akan tersedia, dengan tiga atau empat kamar tidur, dirancang dengan penuh elegansi dan diperkirakan akan siap pada tahun 2024. Dengan harga yang memulai dari €645.000 (sekitar Rp13 miliar) untuk vila tiga kamar tidur dan €775.000 (Rp17,7 miliar) untuk vila empat kamar tidur, Etoile by Elie Saab berjanji menjadi oase eksklusif baru bagi kalangan elit Riyadh.

Langkah monumental ini sejalan dengan visi 'Vision 2030' Arab Saudi yang diprakarsai Pangeran Mohammed bin Salman, yang bertujuan menarik seratus juta pengunjung setiap tahun pada 2030. Proyek Etoile by Elie Saab ini tidak hanya mencerminkan ambisi Saab untuk mengukir namanya dalam dunia properti, tetapi juga mendukung inisiatif pariwisata dan pembangunan berkelanjutan yang digagas oleh negara gurun ini.

Sementara itu, di Abu Dhabi, Saab mengibarkan proyek Elie Saab Waterfront yang diusung oleh Ohana Development. Proyek ini adalah residensi bermerek pertama di Pulau Al Reem, yang akan menandai kehadirannya dengan menara setinggi 39 lantai yang direncanakan selesai pada kuartal pertama 2027. Menara ini akan menawarkan 174 apartemen mewah dengan harga mulai dari Dh2 juta (Rp8,2 miliar) hingga Dh45 juta (Rp184,5 miliar), serta 300 ruang parkir. Proyek ini mencatatkan penjualan off-market tercepat di UAE untuk pengembangan vila, dengan nilai lebih dari Dh1 miliar (Rp4,1 triliun).

Elie Saab Waterfront (Dok: cbnme.com)

Elie Saab Waterfront dirancang untuk menghidupkan esensi haute couture dalam kehidupan mewah. Setiap apartemen memancarkan garis-garis anggun, tekstur canggih, dan keanggunan abadi yang menjadi ciri khas Saab. Menara ini akan menyuguhkan beragam fasilitas, termasuk pusat kebugaran canggih, spa mewah, lapangan paddle (paduan tenis dan squash), stasiun pengisian kendaraan listrik, dan kolam renang infinity yang menawarkan panorama kota yang indah. Layanan concierge yang disesuaikan dan fasilitas mewah lainnya akan memberikan pengalaman tinggal yang benar-benar dirancang super mewah.

Sejatinya, Saab bukanlah satu-satunya desainer yang melangkah ke dunia properti mewah. Merek-merek prestisius lainnya, seperti Fendi dan Dolce & Gabbana, juga memanfaatkan nama besar mereka untuk mengembangkan proyek-proyek mewah. Fendi, misalnya, telah bekerja sama dengan pengembang Spanyol Sierra Blanca Estates untuk menciptakan Epic Marbella di Costa del Sol, Spanyol. Sementara Dolce & Gabbana telah memulai proyek di Miami, Marbella, Milan, dan Maladewa, masing-masing menampilkan sentuhan khas Italia.

Toh, apa yang dicapai Saab merupakan prestasi besar buat seorang anak Beirut yang tumbuh di tengah kecamuk perang. Dengan langkah-langkah ini, Saab tidak hanya memperluas cakupan mereknya tetapi juga menetapkan standar baru dalam industri properti mewah global.

Dalam membangun kerajaan ini, Saab menempatkan putranya, Saab Jr., sebagai pendamping dan penerus yang siap melanjutkan visi besar sang ayah. Di bawah kendali Saab Jr., imperium ini terus dipompan untuk tumbuh elegan, membawa nama Elie Saab ke panggung global dengan pijakan yang lebih kokoh.

Saab Jr. sendiri dalam beberapa kesempatan menekankan posisi unik bisnis keluarganya yang meskipun berakar kuat pada adibusana, namun berani untuk berekspansi ke bidang-bidang lain, yang memperlihatkan kekuatan serta fleksibilitas merek Saab. Intinya, setiap langkah ekspansi yang dibuat seakan membuktikan bahwa merek Saab, sejatinya bukan hanya tentang kemewahan busana, melainkan juga tentang kepekaan artistik yang meluas ke berbagai aspek kehidupan, dari mode hingga interior.

Saab Jr. (kiri) bersama ayahnya, Elie Saab (Dok. New York Times)

Catatan yang kemudian tak kalah menariknya adalah sebagai satu-satunya desainer dari Timur Tengah yang mampu menjangkau pasar dunia secara mendalam, Saab tak pernah melupakan akarnya. Dengan langkah ambisius, dia merencanakan pembangunan pusat episentrum baru di Beirut, tanah kelahirannya yang sarat sejarah dan budaya.

Di atas lahan yang direklamasi dari laut, tepat berseberangan dengan gedung yang dirancang oleh almarhum Zaha Hadid, seorang arsitek legendaris yang juga mewariskan karya-karya monumental bagi dunia, episentrum ini akan dibuat. Episentrum ini diharapkan bukan hanya akan menjadi pusat mode, tetapi juga simbol keberanian Saab dalam mengubah lanskap fesyen dunia, sekaligus merayakan kekayaan budaya yang telah mengilhami perjalanannya, yang melampaui waktu dan batas geografis. (*)

Dari berbagai sumber


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved