Bank DBS Perkuat Komitmen Dukung Asia Rendah Karbon
Dalam acara Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024, DBS Bank Ltd. memperkuat komitmennya terhadap keberlanjutan. Tan Su Shan, Deputy CEO & Group Head of Institutional Banking DBS Bank, menyampaikan peran penting perbankan dalam mendukung transisi Asia menuju masa depan rendah karbon. Dia menggarisbawahi krisis iklim semakin mendesak dan berdampak langsung pada ekonomi dan masyarakat, khususnya di wilayah Asia yang sangat rentan.
Berdasarkan data ilmiah, dunia telah melepaskan lebih dari 2.600 giga ton karbon ke atmosfer, mendekati batas total 'anggaran karbon' sebesar 2.900 giga ton untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5°C. Jika tidak ada tindakan signifikan, dunia hanya memiliki waktu sekitar 5 tahun untuk menghindari dampak iklim yang lebih parah. "Meskipun target global untuk membatasi kenaikan suhu hingga 1,5°C tampaknya sulit dicapai, setiap upaya untuk mengurangi emisi tetap penting. "Setiap desimal itu penting," ucapnya,
Asia, sebagai wilayah dengan populasi besar dan pertumbuhan ekonomi yang pesat, kini menyumbang sekitar 50% emisi dunia. Meskipun kontribusi historis emisi Asia masih moderat dibandingkan wilayah lain, Tan menegaskan bahwa tantangan transisi energi di Asia perlu mendapat perhatian khusus. Banyak negara di Asia masih bergantung pada bahan bakar fosil, dengan lebih dari 5.000 pembangkit listrik tenaga batu bara yang sebagian besar relatif muda.
Namun, Tan optimis dengan arah positif dari upaya dekarbonisasi global, terutama di Asia. Ia mencatat kemajuan signifikan di Tiongkok yang pada tahun 2023 memasang lebih dari setengah kapasitas pembangkit listrik terbarukan dunia. Selain itu, India dan negara-negara di Asia Tenggara juga menunjukkan peningkatan dalam adopsi energi bersih.
DBS Bank berkomitmen untuk menjadi lembaga keuangan yang mendukung transisi Asia menuju masa depan rendah karbon. Hingga akhir 2023, DBS telah menyalurkan pembiayaan berkelanjutan hingga US$ 0 miliar untuk membantu nasabah dalam perjalanan dekarbonisasi mereka. Bank ini berpartisipasi aktif mendukung inovasi keuangan, bekerja sama dengan berbagai mitra global dan regional untuk menciptakan instrumen pembiayaan baru, seperti kredit transisi, yang membantu penghentian penggunaan pembangkit listrik tenaga batu bara secara dini.
DBS juga meluncurkan berbagai inisiatif, termasuk penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam proses penilaian risiko ESG (Environmental, Social, and Governance) serta pengembangan alat analitik iklim yang membantu nasabah meramalkan kinerja perubahan iklim mereka di masa depan.
Tan menekankan pentingnya kolaborasi dalam menghadapi tantangan keberlanjutan. "Tidak ada yang bisa mengatasi tantangan ini sendirian," ujarnya. Ia menekankan perlunya ekosistem yang lebih luas, termasuk pemerintah, sektor swasta, lembaga keuangan, dan masyarakat, untuk bekerja sama dalam mempercepat transisi ke ekonomi rendah karbon.
DBS Bank juga berperan aktif dalam membangun kemitraan ekosistem dengan berkolaborasi dengan pelaku industri, penyedia data ESG, penasihat teknis, dan perusahaan verifikasi. Melalui program seperti ESG Ready Programme, DBS membantu usaha kecil dan menengah (UKM) agar lebih siap menghadapi masa depan dengan membangun kapabilitas keberlanjutan. (*)