Pekerja Sektor Jasa Berketerampilan Rendah Masih Dominan, Ini Rekomendasi INDEF untuk Pemerintah dan Ekosistem Pemberi Kerja
Lembaga riset independen sejak 1995, Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) memaparkan adanya penurunan kelas menengah di Indonesia. Penurunan ini salah satunya ditandai dengan meningkatnya pekerja di bidang jasa berketerampilan rendah dan adanya deindustrialisasi prematur.
Dosen Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM-ITB), Muhammad Yorga Permana menjelaskan, fenomena tersebut hadir karena pekerja di sektor pertanian pindah ke sektor jasa berketerampilan rendah (seperti logistik, pariwisata, hingga perdagangan eceran) dibanding jasa berketerampilan tinggi (seperti TIK, jasa perusahaan dan finansial). Sementara, tenaga kerja di sektor manufaktur masih stagnan.
“Ke depannya, alternatif selain manufaktur, yang harus kita dorong adalah sektor jasa berketerampilan tinggi,” jelas Yorga dalam acara Diskusi Publik INDEF secara daring pada Senin (9/9/2024).
Yorga menambahkan, jenis pekerjaan di sektor ini adalah desainer grafis, pengembang atau developer, desainer perangkat lunak (software designer), dan lain-lain. Tenaga kerja di bidang tersebut didominasi tenaga kerja asing, misalnya dari India.
“Tentu harus lulusan perguruan tinggi yang menjadi lokomotif perubahan,” tambah Yorga.
Yorga memberi rekomendasi agar pemerintah dan ekosistem pemberi kerja dapat menciptakan kerja layak. Adapun rekomendasi tersebut antara lain kebijakan bersifat sektoral, khususnya di sektor manufaktur dan tradable service (ekonomi digital, jasa perusahaan, dan keuangan), kebijakan kewirausahaan yang ditargetkan untuk usaha skala menengah, dan kebijakan berbasis lokasi.
Ekonom Senior INDEF sekaligus Guru Besar Universitas Lampung, Bustanul Arifin mengakui bahwa kelas menengah merupakan kelompok penggerak ekonomi di Indonesia. Dia mencatat, kelompok ini didominasi penduduk usia muda, bekerja di sektor formal, peduli terhadap politik dan demokrasi, serta berpendidikan menengah ke atas atau telah lulus perguruan tinggi. Pola konsumsi pengeluaran untuk kendaraan, barang tahan lama, travel, dan hiburan juga signifikan. “Daya beli dan antusiasme politik kelas menengah perlu dijaga, intinya, dan dipantau,” pungkas Bustanul. (*)