Peter Shearer: dari Mimpi Pribadi ke Misi Sosial Lewat Wahyoo
Peter Shearer memulai perjalanannya dengan mendirikan Wahyoo pada tahun 2018, sebuah startup yang terinspirasi oleh keinginannya untuk membawa dampak positif bagi pelaku UMKM, terutama di bidang kuliner.
Keberadaan Wahyoo mencerminkan perubahan mendasar dalam cara Peter memandang bisnis. "Selama ini fokus saya adalah memperkaya diri sendiri. Sampai saya berpikir, kenapa tidak membuat bisnis yang berdampak untuk banyak orang?" ujarnya dalam acara BizzComm Podcast, siniar kerja sama SWA dengan LSPR Faculty of Business (10/9/2024).
Misi Mulia
Nama "Wahyoo" yang berarti "ilham" dipilih bukan tanpa alasan. Bagi Peter, ini merupakan simbol dari transformasi pribadinya, dari seorang pengusaha yang berfokus pada keuntungan pribadi menjadi seorang pelaku bisnis yang ingin memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat luas. Dengan nama ini, ia berharap Wahyoo dapat menjadi kendaraan yang mengangkat kehidupan banyak orang, khususnya pelaku usaha kecil.
Misi mulia Wahyoo adalah memberdayakan warung makan dan rumah makan kecil melalui digitalisasi. Namun, perjalanan awal Wahyoo tidaklah mudah. Salah satu tantangan utama yang dihadapi Peter adalah menemukan model bisnis yang dapat bertahan lama dan berkelanjutan.
Pada mulanya, Wahyoo mengandalkan pendapatan dari iklan yang dipasang di ruang-ruang warung makan. Meski terdengar menjanjikan, model ini tidak mampu bertahan lama. "Kami harus mengubah model bisnis karena yang pertama tidak bisa berskala besar," ungkap Peter.
Perubahan besar terjadi ketika Wahyoo beralih ke model supply chain, di mana mereka menyediakan kebutuhan warung makan melalui aplikasi. Pendekatan ini memudahkan pemilik warung untuk berbelanja tanpa harus repot-repot pergi ke pasar. Dengan solusi yang lebih praktis, Wahyoo mulai mendapatkan tempat di hati para pelaku usaha kecil.
Transformasi ini menjadi titik balik yang membantu Wahyoo bertahan di tengah berbagai tantangan, termasuk pandemi Covid-19 yang menghantam industri kuliner. Wahyoo bahkan memanfaatkan dapur dan karyawan yang idle di warung makan untuk beralih ke bisnis cloud kitchen.
Visi Peter untuk Wahyoo sangat ambisius, yaitu membawa kuliner Indonesia dikenal hingga ke mancanegara. Menurutnya, Indonesia tidak hanya dikenal karena keindahan alamnya, tetapi juga cita rasa kuliner yang kaya.
"Kami ingin ketika orang mendengar Indonesia, mereka tidak hanya berpikir tentang Bali, tetapi juga tentang makanan Indonesia yang lezat," ujarnya dengan penuh semangat. Ini menjadi motivasi utama bagi Peter untuk terus mengembangkan Wahyoo.
Naik Kelas
Obsesi Peter adalah mengangkat UMKM kuliner Indonesia agar bisa naik kelas. Ia berharap Wahyoo dapat membantu banyak warung makan kecil berkembang dan bersaing di pasar yang lebih luas.
Namun, dia menyadari bahwa perjalanan ini penuh tantangan. Salah satu hambatan terbesar yang dihadapi Wahyoo adalah mengubah mindset para pelaku usaha kecil, agar mereka lebih terbuka pada inovasi dan pertumbuhan.
Wahyoo kini mengadopsi model bisnis yang lebih matang, dengan fokus utama pada digitalisasi dan pemberian akses pembiayaan. Mereka menawarkan fasilitas kredit bagi pemilik warung makan untuk membeli barang-barang kebutuhan mereka.
"Kami memberikan akses financing, beli dulu, bayarnya nanti," jelas Peter. Inovasi ini memungkinkan warung makan tetap beroperasi meskipun kondisi ekonomi sedang sulit, seperti yang terjadi selama pandemi.
Tidak hanya itu, Wahyoo juga berhasil menggalang kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Kolaborasi ini bertujuan untuk memperkenalkan kuliner Indonesia di luar negeri, sehingga Wahyoo tidak hanya berdampak di dalam negeri, tetapi juga di panggung internasional. Peter berharap, upaya ini akan membuat kuliner Indonesia lebih dihargai dan berdampak positif bagi sektor-sektor lain seperti logistik dan pertanian.
Wahyoo Ventures
Untuk memperkuat langkahnya, Wahyoo meluncurkan Wahyoo Ventures, sebuah program yang tidak hanya memberikan pendanaan tetapi juga mentoring dan akses pasar bagi UMKM kuliner yang ingin berkembang. Peter menegaskan bahwa Wahyoo Ventures bukan sekadar investor. "Kami ingin lebih dari sekadar investor, kami ingin membangun bisnis bersama," ujar Peter, menegaskan pentingnya sinergi dalam setiap kemitraan yang dibangun Wahyoo Ventures.
Wahyoo Ventures kini berfokus pada UMKM kuliner yang memiliki omzet minimal Rp500 juta per bulan. Peter percaya bahwa dengan dukungan yang tepat, warung makan kecil bisa menjadi bisnis besar yang sukses. Oleh karena itu, mereka sangat selektif dalam memilih mitra karena ingin memastikan setiap mitra memiliki potensi untuk berkembang dan bersaing di pasar yang lebih luas.
Ke depan, Peter memiliki impian besar untuk Wahyoo dan Wahyoo Ventures. Ia bercita-cita membawa makanan Indonesia dikenal di seluruh dunia dan membangun ekosistem kuliner yang mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. "Kuliner adalah gerbong besar yang bisa menarik sektor lain seperti pertanian, logistik, dan industri," katanya, menggambarkan visinya tentang dampak besar yang bisa dihasilkan Wahyoo bagi perekonomian Indonesia.
Dengan segala tantangan yang ada, Peter tetap berpegang teguh pada mimpinya. Wahyoo telah menjadi bagian penting dalam transformasi industri kuliner Indonesia, dan Peter yakin bahwa ini baru permulaan. “Perjalanan ini baru dimulai, dan kami tidak akan berhenti sampai mimpi kami tercapai,” tutup Peter dengan penuh optimisme. (*)