Trends

Ini Tiga Kunci Pertumbuhan Ekonomi Bali: Pariwisata, Pertanian, dan Digitalisasi

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja (Foto : Silawati/SWA).

Bali, pulau wisata yang dikenal dunia, mencatat pertumbuhan ekonomi yang signifikan pada triwulan II 2024, tumbuh sebesar 5,36 persen secara year on year (yoy), melebihi rata-rata nasional yang mencapai 5,05 persen.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja, menjelaskan bahwa ada tiga faktor utama yang menjadi kunci keberhasilan tersebut: memperkuat sektor pariwisata, mendorong pertanian berkelanjutan, dan mempercepat digitalisasi.

Menurut Erwin, pariwisata tetap menjadi tulang punggung ekonomi Bali, dengan kontribusi mencapai 45 persen. Namun, ia menekankan bahwa yang harus dikejar adalah mendatangkan turis berkualitas.

"Mendatangkan turis berkualitas tentu di Bali, maka pariwisata sebagai penggerak ekonomi Bali akan bertumbuh sangat cepat," ujarnya dalam acara Ngeraos Sareng Media dan Capacity Building di Nusa Lembongan, Klungkung (12/9).

Untuk mewujudkan hal tersebut, Erwin menekankan pentingnya moratorium pembangunan infrastruktur pariwisata baru. Ia berpendapat bahwa Bali perlu meningkatkan kualitas infrastruktur yang ada terlebih dahulu sebelum memperluasnya.

Ini juga akan membantu mendatangkan wisatawan berkelas yang menghabiskan lebih banyak waktu dan uang di Bali. “Length of stay berdampak linier dengan spending-nya, dan itu jadi salah satu indikator pariwisata berkualitas,” tambah Erwin.

Tidak hanya sektor pariwisata, BI juga memberikan perhatian besar pada pertanian berkelanjutan di Bali. Pertanian di Bali menghadapi tantangan serius, terutama terkait alih fungsi lahan. Penurunan luas lahan mencapai 108.500 hektare pada tahun 2023, namun menariknya, produktivitas pertanian justru meningkat. Erwin mencatat bahwa produktivitas padi di Bali melonjak dari 0,1 ton per hektare di tahun 2018 menjadi 0,21 ton per hektare pada tahun 2023.

“Kita terus mendorong sektor pertanian, baik dari pertanian pangan, hortikultura, maupun perikanan. Saya rasa ini merupakan potensi besar Bali yang perlu digarap dan bisa menjadi pendorong untuk sektor pariwisata,” jelas Erwin.

Nusa Lembongan menjadi contoh nyata dari potensi ini. Selain menarik wisatawan, pulau ini juga menjadi pusat produksi rumput laut, yang dapat dikembangkan menjadi produk dengan nilai ekonomi tinggi. Hal ini sejalan dengan visi BI untuk memperkuat sektor pertanian yang tidak hanya menopang kebutuhan pangan, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.

Selain pariwisata dan pertanian, digitalisasi menjadi pilar ketiga dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Bali. Hingga saat ini, terdapat satu juta pengguna QRIS dan 850.000 merchant yang menggunakan sistem tersebut, dengan total transaksi mencapai Rp 1,1 triliun.

“Bali sudah menjadi digital island yang siap menjadi contoh bagi daerah lain di Indonesia,” kata Erwin dengan bangga. Digitalisasi ini mencakup seluruh kabupaten dan kota di Bali, mendorong kemudahan transaksi elektronik dan memperkuat ekonomi lokal.

Komitmen BI dalam mendorong digitalisasi terlihat jelas dengan terus memperluas penggunaan QRIS standar di seluruh provinsi. Dengan sinergi antara pariwisata, pertanian, dan digitalisasi, Bali diharapkan akan terus berkembang sebagai pusat ekonomi yang tidak hanya bergantung pada pariwisata, tetapi juga memiliki fondasi yang kuat dalam sektor-sektor lainnya. Bali kini siap menghadapi tantangan masa depan dengan pendekatan yang lebih terintegrasi dan berkelanjutan. (*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved