Produsen Mobil Jepang Kena Gempur! BYD dan Hyundai Rebutan Talenta Terbaik
Produsen mobil Jepang yang telah lama mendominasi pasar Indonesia kini menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan karyawan terbaik mereka dari gempuran pesaing asal Asia, khususnya produsen mobil listrik asal China dan Korea Selatan.
Persaingan untuk mendapatkan talenta lokal berkualitas semakin intens, terutama dengan kehadiran perusahaan seperti BYD dan Hyundai, yang menawarkan kompensasi dan peluang karier yang lebih menarik.
BYD: Pemain Baru dengan Ambisi Besar
Salah satu ancaman terbesar bagi perusahaan otomotif Jepang di Indonesia saat ini adalah BYD, produsen mobil listrik asal Tiongkok yang tengah membangun pabrik senilai US$1 miliar di Jawa Barat. Pabrik ini dirancang untuk memproduksi 150.000 kendaraan per tahun, dan BYD tidak segan-segan "merekrut" talenta dari perusahaan Jepang yang sudah lama mapan di Indonesia.
Bagi BYD dan produsen Tiongkok lainnya, perusahaan Jepang yang telah beroperasi sejak 1970-an seperti Toyota Motor menjadi "harta karun" talenta. Mereka melihat peluang besar dalam merekrut tenaga ahli yang telah lama berpengalaman di industri otomotif, baik dalam produksi maupun penjualan, untuk langsung berkontribusi pada pertumbuhan bisnis mereka.
BYD sangat agresif dalam usahanya merekrut tenaga kerja, menawarkan paket kompensasi yang lebih tinggi dan kesempatan karier yang menarik. Ini mirip dengan pendekatan yang dilakukan Hyundai saat memulai ekspansi besarnya di Indonesia pada 2022.
Hyundai: Sukses dengan Strategi Serupa
Hyundai, produsen mobil asal Korea Selatan, juga memberikan tantangan serius bagi perusahaan Jepang. Pada tahun 2022, Hyundai mulai beroperasi di pabrik berkapasitas 150.000 unit di Indonesia, dan salah satu kunci keberhasilan mereka adalah strategi merekrut eksekutif dan talenta tingkat atas dari perusahaan mobil Jepang.
Beberapa eksekutif dari perusahaan Jepang melaporkan bahwa ada karyawan yang ditawari gaji dua hingga tiga kali lipat dari gaji mereka saat ini, ditambah dengan jabatan manajerial. Bahkan ada petinggi Hyundai di anak perusahaannya di Indonesia sebelumnya bekerja di divisi penjualan Toyota di Indonesia, seperti dituliskan Nikkei, 15/9/2024.
Hyundai telah berhasil memperluas pangsa pasarnya di Indonesia menjadi lebih dari 3% pada tahun lalu, menempatkan perusahaan ini di posisi keenam dalam pasar otomotif Indonesia. Langkah ini sangat didorong oleh inisiatif Hyundai dalam produksi kendaraan listrik dan baterai lokal, yang memperlihatkan dampak dari strategi perekrutan mereka.
Penyusutan Daya Tarik Perusahaan Jepang
Catatan yang menarik, survei yang dilakukan Deloitte Tohmatsu menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan Jepang menghadapi risiko terbesar dalam hal perpindahan karyawan di Asia Tenggara, China, dan pasar serupa. Pada tahun 2022, sebanyak 35% responden mencatat masalah kekurangan tenaga kerja sebagai faktor risiko utama, meningkat 10 poin dari survei pada 2019.
Keberhasilan Hyundai dan BYD dalam merekrut talenta dari perusahaan Jepang juga menunjukkan bahwa perusahaan Jepang kini ditengarai kurang diminati sebagai tempat bekerja. Dalam survei tahun 2022 oleh Persol Research and Consulting, ditemukan bahwa di banyak negara Asia Tenggara, jumlah pebisnis yang ingin bekerja di perusahaan Jepang turun sekitar 10 poin persentase dibandingkan tahun 2019.
Ryotaro Inoue, peneliti utama di Persol Research, mengatakan, “Alasan utamanya adalah karena adanya persepsi bahwa karyawan lokal memiliki peluang karier yang terbatas, serta fakta bahwa tingkat gaji lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan asing lainnya.”
Tantangan Gaji Kompetitif
Selain di Indonesia, fenomena ini juga terlihat di negara-negara lain seperti India, di mana daya tarik bekerja di perusahaan Jepang semakin menurun. Pada satu waktu, insinyur teknologi informasi di India bisa mendapatkan gaji 50% hingga 100% lebih tinggi jika bekerja di Jepang. Namun, kini "gaji di tingkat teratas hampir sama di Jepang dan India," kata seorang eksekutif dari sebuah startup di Tokyo yang menjembatani perusahaan Jepang dengan insinyur di Asia. “Daya tarik untuk bekerja di perusahaan Jepang telah menurun secara signifikan.”
Melihat hal ini, perusahaan mobil Jepang di Indonesia dan kawasan Asia Tenggara lainnya tampaknya harus menyadari bahwa persaingan tidak hanya terjadi pada produk, tetapi juga pada sumber daya manusia.
Keberhasilan Hyundai dan BYD dalam merekrut talenta berbakat dari perusahaan Jepang menunjukkan bahwa tawaran gaji dan peluang karier yang kompetitif menjadi kunci dalam memenangkan persaingan ini.
Jika perusahaan Jepang ingin tetap kompetitif, mereka perlu beradaptasi dengan perubahan ini, menawarkan kompensasi yang lebih menarik, dan membuka peluang karier yang lebih besar bagi karyawan lokal.
Intinya: strategi untuk mempertahankan talenta berkualitas menjadi semakin penting dalam memastikan keberlanjutan dan pertumbuhan bisnis di pasar yang semakin dinamis. (*)