Pengkhianatan dan Kebangkitan: Perjalanan Penuh Liku Sang Penemu Kutus Kutus
Dari sebuah ketidaksengajaan, lahirlah sebuah perjalanan luar biasa.
Tahun 2011, Servasius Bambang Pranoto, atau yang lebih akrab disapa Babe, terperosok di jalan yang hampir setiap hari dilaluinya. Kecelakaan ini mengakibatkan kedua kakinya lumpuh.
Inspirasi di Tengah Hening
Di tengah kebuntuan, Babe menemukan jalan melalui meditasi, sebuah kebiasaan yang telah ia tekuni sejak lama. Dalam hening itu, ia mendapatkan jawaban: "Kenapa kamu nggak bikin minyak sendiri?"
Dengan tekad dan keyakinan, Babe mulai meramu minyak balur dari minyak kelapa murni yang dicampur dengan 69 jenis tanaman herbal. Ramuan ini ia balurkan ke sekujur tubuh, terutama di tulang belakang dan telapak kaki. Dalam waktu tiga bulan, keajaiban terjadi — kelumpuhan yang sempat membelenggunya hilang.
“Itulah cikal bakalnya,” ungkap Babe.
Keluarga dan kerabat yang ikut merasakan manfaat dari minyak sederhana hasil racikan dapur rumahnya mendesak Babe untuk memproduksi lebih banyak. Namun, hampir dua tahun Babe bergulat dengan keraguan.
Hingga pada suatu malam saat melakukan ritual “melukat” di Pura Tirta Empul, Tampaksiring, Gianyar, sosok misterius muncul dan membisikkan nama untuk minyaknya: “Kutus Kutus.”
“Semua berawal dari ketidaksengajaan... Dari proses pembuatan hingga pemberian nama Kutus Kutus,” kenangnya.
Kutus Kutus, sebuah nama dalam bahasa Bali yang berarti 88, adalah simbol infinity—tak terbatas. Dalam dunia penyembuhan, angka ini melambangkan penyembuhan yang tanpa batas; sebuah kekuatan pemulihan yang luar biasa.
Pada tahun 2013, akhirnya Babe memulai bisnis minyak balur racikannya dan mengibarkan bendera Kutus Kutus.
Namun, perjalanannya tidak semulus yang dibayangkan. Babe, seorang sarjana teknik elektro dengan karier gemilang selama 15 tahun di Philips Electronics, harus berhadapan dengan kegagalan. Bersama seorang teman, Babe akhirnya mulai memasarkan perdana 500 botol kemasan 250 ml.
“Dan, tidak ada yang laku,” ujar Babe, tertawa lepas mengingat peristiwa tersebut.
Dari sana, ia belajar bahwa kemasan adalah kunci. Produk akhirnya dikemas ulang dalam botol plastik 100 ml dan langsung laku di pasaran. “Ternyata, packaging is very important,” tambahnya.
Melalui media sosial, terutama Facebook, Babe mulai memperkenalkan minyak Kutus Kutus pada Desember 2013. Hanya dalam satu bulan, pesanan mulai berdatangan dan terus meningkat.
Pengkhianatan
Namun, di tengah keberhasilannya, Babe harus menghadapi tantangan besar: pengkhianatan dari mitra bisnis yang berlaku curang: memalsukan dan menjual minyaknya dengan harga lebih murah.
Belum genap dua minggu setelah memutus kerjasama, mantan mitranya sudah meluncurkan minyak serupa dan menyebar berita bohong. Babe pun memutuskan untuk mematenkan merek Kutus Kutus. Dengan tetap hanya menggunakan kekuatan media sosial FB, penjualan terus meningkat.
Pada Desember 2018, Babe resmi mengoperasikan pabrik sekaligus kantor tiga lantai di atas tanah 2.800 m2 di Desa Bitra, Gianyar, Bali. Dari tempat inilah, puluhan ribu botol minyak diproduksi setiap hari, menyebar ke ribuan reseller di seluruh Indonesia dan berbagai negara.
Babe juga membuka kesempatan bagi reseller untuk mendapatkan keuntungan melalui sistem bagi hasil dan reward, sementara karyawan pabriknya diberi bonus produksi hingga bisa membawa pulang gaji dua kali UMR setiap bulan.
Untuk bahan baku, Babe tidak sekadar membeli, tetapi memilih langsung dari tangan petani dan pedagang di pasar tradisional. Ia memberikan harga premium, seolah ingin menebarkan harapan dan keadilan kepada setiap orang yang terlibat dalam rantai panjang pembuatan minyak Kutus Kutus.
Dengan keyakinan yang teguh, ia berharap semakin banyak orang bisa merasakan manfaat dari keberadaan minyak yang telah menyembuhkan banyak luka, baik fisik maupun batin.
“Kami tumbuh secara alami. Mari kita besar bersama,” ujarnya, penuh semangat. Bagi Babe, kesuksesan perusahaan tak hanya diukur dari laba, tetapi dari dukungan yang solid antara pemegang saham, pegawai, pembeli, dan penjual.
Namun, di tengah kesuksesan yang perlahan ia raih, bayang-bayang tantangan masih setia mengikutinya. Berita hoaks dan pemalsuan menjadi duri yang harus ia hadapi setiap hari. Meski demikian, Babe justru melihatnya sebagai promosi gratis.
“Tapi, berita-berita hoaks itu malah menjadi promosi gratis. Nyaris setiap hari minyak Kutus Kutus menjadi viral,” katanya sambil tersenyum tipis.
Minyak Tanpa Mistik
Minyak Kutus Kutus, menurutnya, bukanlah minyak sakti yang bisa menyembuhkan segala penyakit. Tidak ada mistik, tidak ada mantra, hanya kepercayaan pada kekuatan alami tubuh untuk memulihkan dirinya sendiri.
“Baluran minyak memang bisa membantu merangsang kekuatan tubuh menyembuhkan dirinya. Tidak ada mistik atau magic dalam proses pembuatan,” tegasnya.
Minyak ini bukanlah obat, melainkan katalis untuk memunculkan kekuatan penyembuhan dalam diri seseorang. Tidak ada batasan usia — siapa pun, dari bayi hingga lansia, bisa menggunakannya. Dan sebagai jamu, minyak Kutus Kutus juga telah lolos uji Badan Pengawasan Obat dan Makanan, menegaskan bahwa ini bukan sekadar ramuan tanpa dasar.
Tidak berhenti pada Kutus Kutus, Babe juga menciptakan minyak Tanamu Tanami, khusus untuk penyembuhan luka ringan dan gatal-gatal. Lagi-lagi, minyak ini lahir dari pengalaman pribadinya. Babe sembuh dari herpes dalam waktu tiga hari, dan dari situ ia terinspirasi untuk berbagi penyembuhan dengan dunia.
“Sukses selalu menjadi target saya. Dan baru bisa dikatakan sukses bila sudah berguna untuk orang banyak,” ungkapnya. Babe selalu berusaha untuk memberi manfaat, menjadikan Kutus Kutus bukan sekadar produk, tapi sebuah solusi bagi kesehatan manusia modern.
Dari memulai dengan hanya memproduksi minyak balur Kutus Kutus hingga kini merambah ke berbagai produk lainnya, perjalanan Babe tentu bukanlah sesuatu yang mudah atau singkat. Setiap langkah penuh dengan tantangan dan proses pembelajaran.
Babe, yang lebih memilih fokus pada pengembangan produk dan inovasi, lalu menyerahkan operasional perusahaan kepada orang-orang terdekat yang ia percayai sepenuhnya. Mereka diberi kepercayaan penuh untuk menjaga ritme bisnis, sementara Babe terus menggali potensi baru untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat modern.
Ditelikung Lagi
Ternyata kepercayaan Babe disalahgunakan. Anak sambung yang pernah ia besarkan, diberi posisi direktur, justru mencantumkan namanya sendiri saat diminta mematenkan merek Kutus Kutus.
"Salah saya terlalu percaya dan tidak teliti membaca. Ungkapan air susu dibalas air tiba ternyata saya alami," ujar Babe saat ditemui di salah satu studio radio yang merangkap spa dan kantor pemasaran Kutus Kutus di Jl. Gatot Subroto Denpasar. Dengan getir, dia mengenang pengkhianatan yang dialami.
Seperti bom waktu, kematian istri, yang merupakan ibu kadung si anak sambung di Agustus 2021 berlanjut dengan tuntutan untuk Babe, membayar Rp200 Milyar agar bisa melanjutkan memakai merk dagang Kutus Kutus.
Lalu, apa yang dilakukan Babe?
Melawan!
Babe memilih untuk tidak memenuhi tuntutan anak sambungnya, yang telah menggalang kekuatan dengan merekrut orang-orang yang sebelumnya diputus kontrak karena kecurangan. Sebagai penemu dan pemilik Kutus Kutus, Babe menempuh jalur hukum meski harus menerima kekalahan. Ia tak lagi berhak menggunakan merek yang ia ciptakan dengan tangannya sendiri.
"Sedih sebetulnya karena trade mark yang saya buat sendiri harus bermigrasi hanya karena masalah administrasi," ungkapnya dengan getir.
Namun, hidup selalu menawarkan jalan baru. Pada Februari 2022, seiring dengan pernikahannya dengan Riva Effrianti, pegawai salah satu bank pemerintah di Medan, Babe mulai menata kembali langkahnya.
Riva, yang memutuskan untuk resign setelah 25 tahun berkecimpung di dunia perbankan, total mendukung Babe sebagai CEO Kutus Kutus Group. Bersama, mereka membenahi manajemen, keuangan, hingga strategi pemasaran.
Kekalahan yang Babe alami dari anak sambungnya tidak mematahkan semangatnya. Sebaliknya, hal ini memaksanya untuk mentransformasi Kutus Kutus menjadi Kutus Kutus Aksara Bali, sekaligus meluncurkan merek premium baru, Sanga Sanga Ultimate, pada 14 Mei 2024.
"Tidak ada yang berubah, hanya baju yang berganti," ujarnya tentang perubahan Kutus Kutus Aksara Bali.
Sanga Sanga, menurut Babe, adalah versi lebih kuat dari Kutus Kutus, diramu dari 140 jenis bahan herbal, yang diharapkan memberikan khasiat penyembuhan lebih cepat. Ia pun merencanakan agar Kutus Kutus Aksara Bali nantinya menjadi Sanga Sanga Classic, sebuah transformasi yang tetap memegang prinsip penyembuhan alami.
Pengkhianatan yang ia alami justru memberikan peluang untuk tumbuh dan berubah. Babe, yang sejak awal hidup sederhana, telah mengalokasikan 30% dari pendapatannya untuk tabungan, dan memilih menginvestasikan kembali dengan membeli properti yang menghasilkan.
Kutus Kutus Hospitality kini menaungi berbagai properti, termasuk hotel RV Gianyar, Sunari Lovina di Singaraja, Clemmei Huis dan Omah Siliran Heritage di Jogja, serta beberapa vila di Bali. Bahkan, untuk mewujudkan mimpinya agar minyak balurnya semakin dikenal di Eropa, Babe membeli sebuah kastil yang dibangun pada abad ke-16 di Amsterdam, Belanda.
Tak hanya itu, Babe juga memiliki 9 stasiun radio yang tersebar di Jogja, Bali, Banda Aceh, Bandung, Medan, dan Surabaya, di bawah bendera Voks Radio. "Dengan memiliki radio sendiri, kami bisa menghemat biaya promosi hingga Rp600 juta per bulan," ujar Babe.
Sebelumnya, Kutus Kutus menghabiskan sekitar Rp900 juta per bulan untuk promosi, sedangkan biaya operasional radio hanya Rp300 juta. Selain itu, studio radio juga dimanfaatkan sebagai outlet, spa, hingga coffee shop.
Kini, lebih dari 1.100 orang menggantungkan hidup mereka pada bisnis Babe, sebuah kerajaan yang berawal dari lumpang dan alu sederhana, yang terus berkembang dengan semangat ketekunan dan keyakinan tanpa batas, setelah ditelikung beberapa kali. (*)