Investor Cermati Sentimen Suku Bunga, Saham TLKM, BBRI & ASRI Dijagokan IPOT
Pada perdagangan satu pekan terakhir jelang libur long weekend Maulid Nabi Muhammad SAW, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat sebesar 1,17% atau menjadi ke level 7.812 poin dengan total inflow sebesar Rp2,5 triliun. Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Imam Gunadi, menegaskan penguatan IHSG minggu lalu tertopang 3 sentimen yang memengaruhi pasar selama satu pekan terakhir, yakni naiknya inflasi tahunan China, data Indonesia Consumer Confidence dan data inflasi AS.
Terkait sentimen naiknya inflasi tahunan China namun masih di bawah konsensus lantaran tingkat inflasi China di Agustus 2024 sebesar 0,6% secara tahunanatau lebih tinggi dari Juli 2024 sebesar 0,5% dan merupakan yang tertinggi dari sejak Februari 2024. Walaupun mengalami kenaikan namun tingkat inflasi tahunan China masih di bawah konsensus di 0,7% dan masih jauh dari target People's Bank of China (PBOC) sebesar 2-3%.
Selanjutnya sentimen solidnya data Indonesia Consumer Confidence yang naik ke level tertinggi dalam tiga bulan sebesar 124,4 pada Agustus 2024 dari 123,4 di bulan sebelumnya. "Hampir semua dari enam sub-indeks mengalami penguatan, yaitu: kondisi ekonomi saat ini (naik 0,5 poin menjadi 114), prospek ekonomi (naik 1,6 poin menjadi 134,9), ketersediaan lapangan kerja (naik 0,5 poin menjadi 132,2), ekspektasi pendapatan saat ini (naik 1,5 poin menjadi 122,9), dan ekspektasi pendapatan untuk enam bulan ke depan (naik 2,3 poin menjadi 140)," tutur Iman pada risetnya di Jakarta, Selasa (17/9/2024). Sedangkan, data ketersediaan lapangan kerja dibandingkan enam bulan lalu sedikit melemah (turun 0,1 poin menjadi 107,6).
Sementara itu terkait sentimen data inflasi AS, tingkat inflasi AS pada Agustus 2024 turun ke 2,5% secara tahunan. Raihan ini lebih rendah dari inflasi di Juli 2024 sebesar 2,9% dan lebih rendah dari konsensus 2,6%, penurunan ini tentunya sesuai dengan target The Fed di 2%. Walaupun begitu, dari Tingkat Inflasi Inti bulanan atau Core Inflation Rate bulanan pada Agustus 2024 naik ke 0,3% dari Juli 2024 di 0,2% , dan lebih tinggi dari konsensus di 0,2%.
Berbicara tentang potensi market pada 17-20 September 2024, Imam mengimbau para investor memantau 2 sentimen, yakni pemangkasan tingkat suku bunga atau Fed Fund Rate dan BI yang akan kembali mempertahankan BI7DRR. "Terkait sentimen pemangkasan tingkat suku bunga atau Fed Fund Rate pada pekan 18 September 2024, The Fed akan menentukan kebijakan moneternya untuk menentukan tingkat suku bunga atau Fed Fund Rate. Mengacu pada konsensus, The Fed akan memangkas suku bunganya sebesar 25 basis poin, menjadi 5,25%," ujar Iman menjabarkan.
Sebelumnya, Jerome Powell pada pidatonya di Simposium Ekonomi Jackson Hole itu memberikan sinyal yang jelas bahwa bank sentral Amerika Serikat ini berencana menurunkan suku bunganya pada pertemuan di September. Powell mencatat bahwa pasar tenaga kerja AS sedang mendingin dengan cepat setelah laporan pekerjaan yang lebih lemah semakin yakin bahwa inflasi melambat menuju target 2%.
Sementara itu terkait sentimen BI yang akan kembali mempertahankan BI7DRR, terang Imam, Bank Indonesia diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan di level 6,25% pada pertemuan September 2024, sesuai dengan konsensus pasar."Pendekatan ini bertujuan untuk mendukung stabilitas nilai tukar Rupiah di tengah kondisi inflasi yang relatif stabil. Namun, ada ekspektasi bahwa BI mungkin mulai melonggarkan kebijakan moneternya pada akhir tahun ini," ucap Imam
Berikut rekomendasi saham yang dijabarkan IPOT pada perdagangan pekan ini
1. Buy saham TLKM (support Rp3.000, resist Rp3.280).
Walaupun proyeksi pemangkasan suku bunga BI kemungkinan akan dilakukan pada kuartal IV/2024, namun harga saham biasanya akan terefleksi lebih dulu. Pemangkasan suku bunga oleh bank sentral dapat berdampak signifikan pada industri telekomunikasi. Dengan suku bunga yang lebih rendah, perusahaan telekomunikasi dapat meminjam dengan biaya yang lebih murah. Ini bisa mendorong perusahaan untuk meningkatkan investasi dalam infrastruktur seperti jaringan 5G, meningkatkan kapasitas, atau memperluas layanan mereka ke area yang belum terjangkau.
Selain itu, biaya utang yang lebih rendah akan mengurangi beban bunga yang harus dibayar perusahaan, sehingga dapat meningkatkan margin keuntungan. "Suku bunga yang lebih rendah juga dapat mendorong konsumen untuk mengeluarkan uang lebih banyak, yang bisa berarti peningkatan permintaan untuk layanan telekomunikasi seperti data seluler, langganan streaming, dan paket telekomunikasi lainnya. Salah satu emiten telekomunikasi yang mendapat sentimen positif ini adalah TLKM," terang Imam.
2. Buy saham BBRI (support Rp5.175, resist Rp5.550).
Ekspektasi suku bunga yang lebih rendah dapat mendorong peningkatan permintaan kredit, baik dari konsumen maupun pelaku usaha, karena biaya pinjaman menjadi lebih murah. Hal ini dapat memberikan peluang bagi bank untuk memperluas portofolio pinjamannya dan meningkatkan pendapatan dari kredit.
Selain itu, penurunan suku bunga dapat merangsang aktivitas ekonomi. Ketika ekonomi tumbuh, risiko gagal bayar pada pinjaman cenderung berkurang karena debitur lebih mampu membayar kembali pinjamannya. Ini bisa menurunkan tingkat kredit bermasalah (non performing loan/NPL) dan meningkatkan kualitas aset perbankan, seperti BBRI.
3. Buy saham ASRI (support Rp242, resist Rp282).
Suku bunga yang lebih rendah menurunkan biaya KPR, sehingga lebih banyak konsumen mampu membeli properti. Hal ini dapat meningkatkan marketing sales atau profitabilitas perusahaan properti. Salah satu perusahaan yang mendapat sentimen ini adalah ASRI.
4. Buy on Breakout Reksa Dana Premier ETF PEFINDO i-Grade (XIPI) (support Rp242, resist Rp282). Penurunan suku bunga dapat mempengaruhi credit rating perusahaan. Dengan penurunan suku bunga, perusahaan dapat meminjam dengan biaya yang lebih rendah. Ini dapat meningkatkan arus kas dan profitabilitas, yang berpotensi memperbaiki credit rating perusahaan. Dengan begitu, Power Fund Series (PFS) XIPI layak buy. (*)