Dukung SAF, Indonesia Siap Hadapi Tantangan Emisi Penerbangan
Pada sesi panel bertajuk "Global and Regional Collaboration Potential on Sustainable Aviation Fuel" yang digelar dalam rangkaian acara Bali International Air Show 2024 di Bandara Internasional Ngurah Rai, Rabu (18/9), Menko Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menegaskan komitmen Indonesia dalam mempercepat pengembangan Bahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan (SAF).
“Melalui roadmap ini, Indonesia berkomitmen untuk mempercepat adopsi teknologi berkelanjutan di sektor penerbangan dan menarik investasi guna mengurangi emisi karbon,” ujar Luhut.
Ia menambahkan, langkah ini selaras dengan target global, di mana sebanyak 148 negara telah menyerahkan aksi nyata pengurangan emisi CO2 di sektor penerbangan kepada Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO), mendukung ambisi mencapai emisi net-zero pada tahun 2050.
Dari sisi industri energi, Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha PT Pertamina, Salyadi Saputra, menekankan pentingnya SAF sebagai solusi utama dalam proses dekarbonisasi penerbangan.
“Permintaan SAF secara global akan terus meningkat, dan Pertamina sudah giat mengeksplorasi feedstock yang dapat diolah untuk dijadikan bahan dasar SAF. Kami percaya SAF akan memiliki performa baik di pasar global sehingga menjadikannya economically feasible,” jelas Salyadi.
Daniel Putut Kuncoro, perwakilan dari Lion Air Group, juga menyuarakan dukungan penuh terhadap inisiatif ini. “Lion Air siap untuk bergerak bersama pemerintah Indonesia untuk menggunakan SAF demi menyanggah proses perubahan iklim dan memajukan lingkungan hidup yang lebih sehat,” katanya.
Presiden Airbus Asia Pasifik, Anand Stanley, menyoroti potensi besar Indonesia dalam mendukung dekarbonisasi sektor aviasi global. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara industri penerbangan dan pemerintah dengan produsen energi.
"Kita perlu bekerja sama dengan produsen energi untuk menciptakan rantai pasokan SAF, mengeksplorasi dan mengelola bahan baku feedstock SAF, serta menyediakan studi tekno-ekonomi untuk mendukung produksi SAF," ujar Anand.
Diskusi ini menjadi momentum penting untuk memperkuat kemitraan global dan regional, sekaligus menunjukkan komitmen Indonesia dalam mendukung penerbangan yang lebih ramah lingkungan melalui pengembangan SAF.
Dengan roadmap yang jelas dan dukungan sektor swasta, Indonesia berpotensi menjadi pemain kunci dalam transformasi industri penerbangan global serta menciptakan ekosistem SAF yang berkelanjutan.
Sebagai moderator sesi, Managing Director Tony Blair Institute for Global Change Asia Pasifik, Jalil Rasheed, menutup diskusi dengan optimisme. “Merupakan kehormatan bagi TBI untuk mendukung dan berpartisipasi dalam BIAS 2024, karena acara ini menyediakan platform penting untuk mempertemukan para pemangku kepentingan utama. Kami percaya bahwa melalui dialog dan kerja sama, kami dapat berkontribusi dalam membentuk masa depan yang lebih berkelanjutan dan sejahtera bagi semua orang,” ungkap Jalil. (*)