Sajian Utama

BFI Finance (BFIN): Lima Strategi Membuat Investor Senyum

Sutadi, Direktur Bisnis dan Manajemen Aset BFI Finance (Dok. BFI Finance)

Lima tahun terakhir menjadi ujian berat bagi PT BFI Finance Indonesia Tbk. Dinamika ekonomi global dan nasional, ditambah pandemi Covid-19, menciptakan tantangan yang tak mudah bagi industri pembiayaan.

Sutadi, Direktur Bisnis dan Manajemen Aset BFI Finance, mengakui adanya dampak perlambatan ekonomi dan inflasi tinggi terhadap portofolio risiko perusahaan. Namun, BFI Finance tidak menyerah. Mereka merespons dengan langkah-langkah strategis, termasuk restrukturisasi dan efisiensi operasional, untuk menjaga kinerja perusahaan.

Hasilnya, BFI Finance menutup tahun 2023 dengan catatan gemilang. Pertumbuhan aset mencapai Rp 24,0 triliun, naik 9,4% dari tahun sebelumnya, didorong oleh peningkatan total piutang pembiayaan yang dikelola sebesar 7,4%, dari Rp 20,5 triliun menjadi Rp 22,0 triliun.

Berdasarkan piutang pembiayaan yang dikelola, bisnis perseroan didominasi pembiayaan beragun kendaraan roda empat dan roda dua (62,7%), pembiayaan alat berat dan mesin (14,9%), pembiayaan untuk pembelian unit kendaraan roda empat bekas dan baru (14,0%), pembiayaan beragun sertifikat properti (4,4%), serta pembiayaan berbasis syariah (4,0%).

Lalu, rasio pembiayaan bermasalah ditekan hingga level 1,36% (bruto) dan 0,15% (neto) per 31 Desember 2023, jauh di bawah rata-rata industri yang berada di level 2,44% (bruto). Adapun total pendapatan mencapai Rp 6,4 triliun, naik 18,0% dibandingkan 2022, sementara laba bersih mencapai Rp 1,6 triliun. Meski laba bersih turun 9% dari tahun 2022 yang merupakan rekor tertinggi, pencapaian ini tetap mengesankan.

Performa positif lainnya ialah Imbal Hasil Rata-Rata atas Aset (Return on Average Assets) dan Imbal Hasil Rata-Rata atas Ekuitas (Return on Average Equity) yang masing-masing berada di level 8,4% dan 17,7% per Desember 2023, lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri pembiayaan yang berada di level 5,6% dan 15,0%.

Melalui berbagai capaian ini, BFI Finance menunjukkan ketahanan dan kemampuan beradaptasi menghadapi berbagai tantangan, sembari terus mengukir pertumbuhan yang berkelanjutan di tengah dinamika ekonomi yang tidak menentu.

Pertanyaannya: apa fondasi yang membuat kinerja ini tercapai?

Lima Strategi

Performa ini tak bisa dilepaskan dari beberapa langkah. Pertama, investasi strategis yang berdampak signifikan terhadap kinerja. Investasi ini meliputi pengembangan kapabilitas teknologi digital, terutama pengelolaan pembiayaan serta manajemen risiko.

Sutadi menekankan bahwa langkah ini memungkinkan perusahaan mengotomasi proses persetujuan pembiayaan, meningkatkan alokasi sumber daya, dan memperbaiki kualitas portofolio pembiayaan, yang pada akhirnya berkontribusi pada peningkatan profitabilitas perusahaan.

Kedua, corporate action yang penting. Di antaranya, penerbitan obligasi secara rutin. Perusahaan secara konsisten membagikan dividen dengan imbal hasil yang menarik bagi investor, serta berhasil melunasi obligasi yang jatuh tempo senilai Rp 1,86 triliun pada tahun 2024. Langkah-langkah ini memperkuat reputasi perusahaan di industri pembiayaan dan menjaga kepercayaan dari para pemegang saham.

Ketiga, fokus pada pengelolaan modal kerja yang optimal. Menurut Sutadi, Per Juni 2024, sumber pendanaan paling besar berasal dari pinjaman bank, baik dalam mata uang rupiah (52%) maupun USD (24%). Selain itu, pendanaan juga berasal dari surat utang atau bonds (20%) dan joint financing (4%).

“Dengan rekam jejak positif dari kalangan perbankan dan para investor, serta manajemen risiko yang prudent, pendanaan kami berjalan baik,” katanya.

Yang keempat, inovasi. Sejak 2020, BFI Finance memperkenalkan berbagai pembaruan dalam model operasional dan layanan, termasuk penggunaan teknologi mutakhir dalam sistem penagihan dan evaluasi kredit. Inovasi ini tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga mempercepat proses pengambilan keputusan dan mengurangi potensi kesalahan, yang pada gilirannya meningkatkan kepuasan pelanggan dan kinerja perusahaan secara keseluruhan.

Selanjutnya, yang kelima, diversifikasi produk dan penyaluran pembiayaan yang selektif. BFI Finance tidak hanya memperkuat layanan digitalnya, tetapi juga mengeksplorasi produk baru. “Salah satunya, produk Property-Backed Financing yang saat ini sudah melayani kredit pembelian rumah untuk area layanan terbatas, lewat kerjasama dengan salah satu situs penjualan rumah terkemuka,” ungkap Sutadi.

Untuk mengetahui bagaimana inovasi dan diversifikasi produk ini diterima konsumen, BFI Finance secara rutin mengukur kepuasan pelanggan setiap tahun menggunakan Customer Satisfaction Index (CSI) dan Net Promoter Score (NPS). Pada Desember 2023, hasilnya menunjukkan: skor CSI sebesar 4,84 (nilai maksimal 5) dan NPS mencapai 95%, menunjukkan tingkat kepuasan yang sangat tinggi.

Mereka juga aktif menangani keluhan pelanggan, dengan 8.063 keluhan yang diterima pada 2023. “100% dari jumlah tersebut telah terselesaikan per akhir tahun,” Sutadi menjelaskan.

Ditopang GCG

Kelima langkah ini berjalan dengan ditopang tata-kelola perusahaan yang baik. BFI Finance secara konsisten menjalankan praktik GCG (Good Corporate Governance) sesuai dengan standar terbaik dan regulasi yang berlaku. Sutadi menyebutkan, pihaknya menerima sejumlah penghargaan dalam bidang kepatuhan dan tata kelola, yang mencerminkan komitmen perusahaan dalam menjalankan bisnis secara sehat dan transparan.

Hingga semester I/2024, BFI melaporkan penurunan laba bersih sebesar 19,16%, menjadi Rp 685,79 miliar dibandingkan Rp 848,39 miliar pada semester I/2023. Penurunan ini dipicu merosotnya pendapatan menjadi Rp 3,10 triliun dari Rp 3,19 triliun pada semester yang sama tahun lalu.

Selama semester I/2024, perusahaan ini mencatat pembiayaan baru sebesar Rp 9 triliun, dengan piutang pembiayaan yang dikelola mencapai Rp 22,4 triliun, 57,5% di antaranya berupa pembiayaan produktif untuk modal kerja. Pembiayaan kendaraan bermotor mendominasi dengan porsi 76,3%, diikuti pembiayaan alat berat dan mesin (14,9%), serta pembiayaan beragun sertifikat properti (4,4%). Adapun pembiayaan syariah tumbuh signifikan sebesar 39,2% secara tahunan.

Faktor-faktor seperti pemilu, Ramadan, hari-hari besar, dan kondisi geopolitik disebut turut memengaruhi daya beli serta kinerja perusahaan selama periode ini.

Namun, dengan berbagai langkah strategis yang telah dijalankan, BFI Finance optimistis dapat terus memberikan nilai tambah bagi pemegang saham sehingga mereka pun tetap tersenyum. (*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved