Bank Rakyat Indonesia (BBRI): Kinerja Solid Berkat Transformasi Berkelanjutan dan Inovasi yang Konsisten
Bank Rakyat Indonesia (BRI) tahun ini kembali masuk dalam daftar value/wealth creator dalam peringkat SWA100 setelah berhasil mencetak Wealth Added Index (WAI) positif dengan menduduki posisi ke-7. Tahun 2023, WAI bank BUMN ini masih negatif dan berada di peringkat 91.
Agustya Hendy Bernadi, Corporate Secretary PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., mengatakan, selama tahun terakhir BRI telah menghadapi berbagai dinamika, baik di eksternal maupun internal perusahaan.
Di sisi eksternal, tantangan yang dihadapi ialah ketidakspastian kondisi perekonomian global dan domestik, terutama pada saat pandemi Covid-19 dan pascapandemi Covid-19.
Tantangan tersebut, antara lain, tren inflasi global yang tinggi akibat disrupsi rantai pasok, tingginya harga komoditas, dan dampak El Nino terhadap harga pangan; serta pengetatan kebijakan moneter di domestik dan global dengan menaikkan suku bunga acuan.
Selain itu, juga persaingan industri keuangan yang semakin kompleks dengan munculnya financial technology (fintech), yang menuntut BRI untuk adaptif serta responsif dalam memperkuat pengembangan produk dan layanan keuangan yang customer-oriented.
Lima Terobosan
Berbagai dinamika kondisi eksternal ini menjadi tantangan di internal BRI, terutama dalam mengoptimalkan pencapaian kinerja, khususnya kapabilitas dalam mengakselerasi bisnis bank, perusahaan anak, serta pengendalian biaya.
Kinerja BRI secara umum masih didukung oleh aktivitas kredit, sehingga kemampuan untuk meningkatkan pendapatan nonbunga menjadi challenge dan fokus yang perlu terus ditingkatkan.
Menyikapi kondisi tersebut, Agustya menyampaikan, BRI telah menyusun strategi sebagai langkah terobosan menjaga sustainability pertumbuhan perusahaan. Yaitu, melalui penerapan health & safety protocol sebagai bentuk pentingnya keselamatan pekerja, penerapan kebijakan work from home, dan digitalisasi proses bisnis.
“Beberapa strategi inovasi dilakukan oleh BRI, yaitu melakukan optimalisasi digital ecosystem untuk menawarkan produk dan layanan bank melalui platform digital untuk transaksi bisnis, mengembangkan bisnis model baru, dan menjalin partnership/kolaborasi dengan fintech dan e-commerce,” katanya.
BRI juga tetap akan mengoptimalkan pencapaian kinerja melalui optimalisasi jaringan kerja konvensional dan branchless banking, integrated digitized operation seperti digital loan underwriting (BRISPOT), serta simplifikasi dan standardisasi sistem (advanced mobile banking: BRIMO)
Sebagai bentuk respons atas challenge yang dihadapi, BRI pun telah menetapkan sejumlah terobosan strategi. Yaitu, (1) memperluas jangkauan bisnis di segmen mikro dan ultramikro sebagai sumber pertumbuhan baru, selaras dengan aspirasi perusahaan menjadi champion of financial inclusion; (2) mengimplementasi hybrid bank yang mengombinasikan layanan digital dan physical (layanan perbankan konvensional) untuk memperluas jangkauan; (3) mengoptimalisasi layanan branchless banking (Agen Brilink) untuk mendorong inklusi dan layanan yang lebih dekat dengan masyarakat; (4) melakukan transformasi digital untuk memberikan kemudahan layanan keuangan melalui layanan SuperApps BRIMO dan Qlola by BRI; (5) menerapkan prinsip-prinsip Environmental, Social, & Governance (ESG) untuk mendukung strategi keuangan berkelanjutan.
Strategi Inovasi
Sementara itu, strategi inovasi BRI difokuskan pada aspek product & services yang berorientasi pada kebutuhan pelanggan. Berbagai inovasi produk dan layanan yang dilakukan oleh BRI dikembangkan sesuai dengan roadmap dan arah strategi jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang untuk mendorong pertumbuhan perusahaan secara sustain.
Agustya menerangkan, strategi inovasi yang dilakukan oleh BRI dibagi dalam dua kategori. Pertama, inovasi eksploitatif, bertujuan untuk meningkatkan efektivitas proses bisnis perusahaan, menciptakan sumber pendapatan baru, serta memberikan manfaat lain bagi stakeholders BRI dengan menggunakan kapabilitas internal untuk menghasilkan inovasi yang memperkuat pencapaian produk existing.
Kedua, inovasi eksploratif, bertujuan untuk meningkatkan efektivitas proses bisnis perusahaan, menciptakan mesin pertumbuhan bisnis baru, serta memberikan manfaat lain bagi stakeholders BRI dengan menggunakan kapabilitas internal perusahaan ataupun kapabilitas baru yang belum dimiliki perusahaan untuk menghasilkan inovasi yang bersifat breakthrough atau disruptif/transformasional.
“Kemampuan menghadapi berbagai tantangan, inovatif, strategi jitu yang ditempuh BRI membuahkan hasil dengan kinerja keuangan yang jempolan. Secara umum, BRI berhasil menunjukkan kinerja keuangan positif selama kurun waktu 2018-2023. Kinerja tersebut tidak terlepas dari komitmen BRI untuk terus menjalankan Transformasi Berkelanjutan, sehingga dapat terus berkontribusi terhadap penciptaan economic & social values dalam mendukung pertumbuhan perekonomian nasional yang inklusif,” papar Agustya.
Kinerja keuangan positif itu, menurutnya, terlihat dari empat indikator keuangan utama yang menunjukkan tren pertumbuhan meningkat. Secara konsolidasi selama 2018-2023, compounded annual growth rate (CAGR) aset mencapai 7,17%, CAGR kredit 7,19%, CAGR simpanan sebesar 6,25%, dan CAGR laba bersih mencapai 10,94% walaupun profitabilitas sempat terkontraksi pada periode pandemi Covid-19.
Hal itu tidak terlepas dari kemampuan BRI menghasilkan profitabilitas dari bisnis utama yang digambarkan dari rata-rata enam tahun terakhir rasio net interest margin (NIM) mencapai 7,60%. Juga, kemampuan bank dalam melakukan efisiensi, yang digambarkan dari rata-rata enam tahun terakhir rasio efisiensi, seperti beban operasional pendapatan operasional (BOPO) yang berada pada level 72,75%, cost efficiency ratio (CER) di level 45,72%, serta cost intensity ratio (CIR) di level 41,89%.
“Khusus untuk periode tahun 2023, BRI mencatatkan kinerja yang solid dengan aset konsolidasian mencapai Rp 1.965 triliun, atau tumbuh 5,3% YOY. Kredit dan pembiayaan BRI mampu tumbuh 11,2% sebesar Rp 1.266 triliun dengan kualitas yang cukup terjaga sehingga non performing loan (NPL) gross tercatat hanya 2,95%,” katanya.
Proporsi kredit UMKM BRI pun terus merangkak naik, sebesar 83,86% dari total penyaluran kredit BRI disalurkan ke segmen UMKM. Angka ini meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dan BRI akan terus meningkatkan proporsi tersebut hingga mencapai 85%.
Selain itu, simpanan mencapai Rp 1.358 triliun atau tumbuh 3,86% YOY, dengan rasio biaya dana (cost of fund/COF) 3,00% dan rasio CASA 64,35%. Loan to deposit ratio (LDR) BRI berada pada level 93,23% secara konsolidasi. Peningkatan profitabilitas dengan manajemen risiko yang baik mampu membuat BRI mencatatkan laba bersih konsolidasi sebesar Rp 60,4 triliun (meningkat 17,5% YOY) di pengujung 2023.
Menurut Agustya, terdapat beberapa indikator keuangan yang perlu diperhatikan dalam kurun waktu 2018-2023 dan berpotensi menjadi tantangan di tahun 2024. Yaitu, COF serta pertumbuhan dan kualitas kredit UMKM.
Postur COF sebelum periode pandemi, levelnya berada di atas 3%. Pencapaian ini justru membaik pada periode pandemi Covid-19: CoF di bawah 3%. Ini karena adanya tren simpanan yang flight to quality, sehingga masyarakat cenderung menempatkan dananya pada bank KBMI (Kelompok Bank berdasarkan Modal Inti) 4, seperti BRI.
Namun, tahun 2023 COF kembali menyentuh angka 3% dan diperkirakan akan berada pada level di atas 3% tahun 2024. Hal ini disebabkan banyak hal, antara lain kenaikan suku bunga acuan, hadirnya instrumen moneter seperti SRBI (Sekuritas Rupiah Bank Indonesia) dan SVBI (Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia).
Di samping itu, perubahan pola perilaku nasabah simpanan kelas menengah-bawah yang menjadi sumber utama simpanan BRI, akibat kondisi makroekonomi dan dampak lanjutan pandemi Covid-19, akan memengaruhi kemampuan menabung masyarakat menengah-bawah, sehingga berdampak pada pertumbuhan simpanan BRI.
Adanya tantangan tersebut membuat BRI terus melakukan transformasi dari sisi liabilities untuk meningkatkan pangsa pasar simpanan ritel. Di antaranya, mengoptimalisasi unit kerja khusus untuk mendorong peningkatan current account saving account (CASA) di daerah urban, mendorong peningkatan produktivitas EDC dan QRIS merchant, serta berfokus pada peningkatan user experience BRImo Super Apps.
Langkah Antisipasi
Bagaimana dengan pertumbuhan dan kualitas kredit UMKM?
Agustya menyebutkan, pada masa pascapandemi, tekanan yang tinggi pada UMKM membuat pertumbuhan kredit sektor ini melambat, serta menurunkan kualitas kredit dari tahun 2022 sampai 2023. Kualitas kredit yang digambarkan dengan rasio NPL dan cost of capital (COC) relatif mengalami kenaikan, terutama dari segmen mikro dan SME. Hal ini ditunjukkan dengan kenaikan NPL menjadi 2,95%.
Dibandingkan dengan segmen usaha menengah dan besar, ekspansi bisnis UMKM cenderung tertinggal. Ini mengindikasikan prospek usaha menengah dan besar lebih baik dan potensial dibandingkan UMKM.
Karena itulah, kata Agustya, BRI telah menyiapkan beberapa langkah antisipasi. Antara lain, pertama, shifting pertumbuhan dari UMKM ke wholesale di tahun 2024 sebagai strategic response untuk mengejar pertumbuhan kredit dan pengendalian kualitas kredit mikro.
Ekspansi bisnis segmen wholesale difokuskan pada potensi bisnis dan penyediaan pipeline value chain (ecosystem business) yang mendukung penguasaan ekosistem bisnis mikro, SME, dan consumer, sehingga mikro dapat fokus pada perbaikan kualitas.
Kedua, penguatan sistem pipeline management di segmen mikro & small. Dan ketiga, pengembangan Early Warning System.
Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan BRI akan tumbuh secara berkelanjutan dan makin solid, sehingga terus mampu menjadi value creator bagi pemegang saham/investor dan stakeholders lainnya. (*)