Riset Zebra: 25% Manufaktur di Asia Pasifik Mencapai Visibilitas Produksi secara Real Time
Zebra Technologies Corporation,penyedia solusi digital yang memungkinkan perusahaan untuk secara cerdas menghubungkan data, aset dan manusia, mengumumkan riset bertajuk 2024 Manufacturing Vision Study. Studi ini menunjukkan bahwa secara global 61% perusahaan manufaktur berharap artificial intelligence (AI) mendorong pertumbuhan tahun 2029, naik dari 41% di tahun 2024.
Di Asia Pasifik, sebanyak 68% perusahaan manufaktur berharap AI mendorong pertumbuhan tahun 2029, naik dari 46% di tahun 2024. Lonjakan dalam pengadopsian AI ini, digabungkan dengan 92% responden survei global dan 87% di Asia Pasifik yang memprioritaskan transformasi digital, menegaskan keinginan perusahaan manufaktur untuk meningkatkan manajemen data dan memanfaatkan teknologi baru yang meningkatkan visibilitas dan kualitas dalam proses manufaktur.
Meskipun transformasi digital adalah prioritas bagi perusahaan manufaktur, sekitar 30 - 40% dari responden di dunia dan Asia Pasifik mengakui bahwa mencapai hal tersebut penuh dengan hambatan, termasuk biaya dan ketersediaan tenaga kerja, meningkatkan solusi teknologi, dan konvergensi teknologi informasi dan teknologi operasional (IT/OT)
Visibilitas adalah langkah pertama menuju transformasi, melalui pengadopsian AI dan teknologi-teknologi baru lainnya. Ini memungkinkan perusahaan manufaktur memanfaatkan data dengan lebih efektif untuk mengidentifikasi, merespons, memprioritaskan masalah dan proyek-proyek untuk memberikan efisiensi tambahan di seluruh proses manufaktur, serta memastikan dampak terbaik ke depannya.
“Sebuah studi menyatakan bahwa ada potensi besar pemanfaatan AI dalam industri manufaktur Indonesia. Namun, salah satu tantangan utama untuk maju adalah kurangnya tata kelola data internal yang efektif. Sangat penting untuk memiliki strategi manajemen data yang efektif dan algoritma AI yang secara efisien bisa memproses dan menganalisa data dalam jumlah besar untuk menciptakan lingkungan manufaktur yang lincah dan efisien,” kata Eric Ananda, Country Lead Indonesia, Zebra Technologies secara virtual di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Zebra membantu manufaktur bekerja dengan teknologi dalam cara-cara yang baru untuk mengotomatisasi dan mengembangkan alur kerja, untuk mencapai area produksi pabrik yang terhubung dengan baik di mana manusia dan teknologi berkolaborasi dalam skala besar. Selain itu, Zebra memberdayakan perusahaan manufaktur dengan berbagai insight yang strategis dan menyediakan teknologi untuk memajukan pabrik yang terhubung dengan mendorong visibilitas, mengoptimalkan kualitas, dan meningkatkan tenaga kerja mereka. Untuk mempelajari lebih lanjut mengenai tantangan-tantangan utama terkait digital dan otomatisasi dari Herrara dan pakar lainnya, kunjungi tautan ini.
Meskipun perusahaan manufaktur mengatakan transformasi digital adalah prioritas yang strategis, namun untuk mencapai pabrik yang serba terhubung sepenuhnya tetap sulit. Visibilitas adalah kunci untuk mengoptimalkan efisiensi, produktivitas, dan kualitas di area operasional pabrik, namun kesenjangan visibilitas yang besar tetap ada. Hanya 16% dari pemimpin manufaktur di dunia melaporkan bahwa mereka memiliki pengawasan real-time, work-in-progress (WIP) di seluruh proses manufaktur, sementara di Asia Pasifik lebih banyak lagi, yaitu 25%.
Studi Zebra mengungkapkan bahwa perusahaan manufaktur mengubah strategi pertumbuhan mereka dengan mengintegrasikan dan meningkatkan kapasitas tenaga kerja dengan AI dan teknologi lain untuk mentransformasi manufaktur dan mengembangkan tenaga kerja yang terampil dalam lima tahun mendatang. Hampir tiga perempat (73%) pemimpin manufaktur global berencana untuk melatih tenaga kerja mereka kembali untuk meningkatkan keterampilan mereka dalam pemanfaatan data dan teknologi, dengan 7 dari 10 berharap untuk memperkuat tenaga kerja dengan teknologi mobile. Sentimen ini juga dirasakan oleh masing-masing 76% dan 75% pemimpin manufaktur Asia Pasifik.
Pemimpin manufaktur di level C-Suite, Information Technology (IT), dan Operational Technology (OT) memahami bagaimana inisiatif terkait tenaga kerja harus lebih dari sekadar meningkatkan efisiensi dan produktivitas tenaga kerja dengan teknologi. Sejumlah 6 dari 10 pemimpin di dunia dan Asia Pasifik menempatkan pengembangan berkelanjutan, pelatihan kembali/peningkatan keterampilan, dan pengembangan jenjang karier untuk menarik talenta di masa depan sebagai prioritas utama bagi perusahaan mereka.
Rencana penerapan teknologi para pemimpin manufaktur akan menjawab tantangan-tantangan tersebut. Dalam lima tahun mendatang, banyak yang berencana untuk menerapkan robot (65% di dunia, 72% di Asia Pasifik), machine vision (66% di dunia dan di Asia Pasifik), radio frequency identification (RFID) (66% di dunia, 72% di Asia Pasifik), dan scanner fixed industri (57% di dunia, 62% di Asia Pasifik). (*)