Dari Ide ke Rak Toko: Bagaimana Nose Herbalindo Mewujudkan Mimpi Beautypreneur
Sejak didirikan pada 2016, PT Nose Herbalindo telah memantapkan posisinya sebagai pionir dalam industri kecantikan Indonesia, terutama dalam pemberdayaan beautypreneur lokal. Saat itu, tren kecantikan global sangat dipengaruhi oleh budaya Korea, yang membentuk preferensi konsumen Indonesia.
Di tengah dominasi produk impor dan meningkatnya permintaan pasar, Nose Herbalindo hadir bukan hanya sebagai produsen kosmetik, tetapi juga sebagai katalisator yang mendukung lahirnya banyak beautypreneur lokal.
"Kami melihat peluang besar di pasar ini, terutama dengan meningkatnya influencer lokal yang mempopulerkan produk skincare Korea. Beautypreneur lokal memiliki potensi besar, tetapi banyak yang kesulitan menemukan tempat produksi dan sumber bahan baku berkualitas," ujar Ariffinisa Lintang Widyaningtyas, Marketing & Business Development PT Nose Herbalindo dalam acara BizzComm Podcast, 17 September 2024. BizzComm Podcast adalah siniar kerjasama SWA Media Group dengan LSPR Faculty of Business.
Data terbaru memperkuat optimisme ini. Pada tahun 2024, pendapatan di pasar kosmetik Indonesia mencapai US$1,94 miliar, dengan pertumbuhan tahunan yang diproyeksikan sebesar 5,35% dari 2024 hingga 2028. Angka ini mencerminkan peningkatan signifikan dalam permintaan produk kecantikan, terutama yang terkait dengan produk halal dan inovasi dalam bahan-bahan lokal.
"Pasar kosmetik Indonesia sedang berkembang pesat, didorong oleh meningkatnya kelas menengah dan permintaan terhadap produk kecantikan halal," jelas perempuan yang akrab disapa Tyas ini.
Memanfaatkan Celah
Keputusan strategis Nose Herbalindo untuk fokus pada layanan Original Equipment Manufacturer (OEM) terbilang tepat di tengah kondisi pasar yang semakin dinamis. Perusahaan melihat celah di industri kecantikan, di mana banyak pengusaha kecil dan menengah memiliki ide brilian namun terkendala oleh proses manufaktur dan distribusi.
Dengan menyediakan fasilitas produksi yang lengkap, Nose Herbalindo memberdayakan beautypreneur lokal untuk menghadirkan produk inovatif dan berkualitas. "Kami memilih segmen ini karena kami percaya bahwa beautypreneur lokal memiliki kreativitas tinggi dan daya saing yang unik. Mereka hanya membutuhkan dukungan yang tepat untuk mewujudkan ide-ide mereka," tambah Tyas.
Perusahaan ini menawarkan lebih dari sekadar produksi. Mereka memberikan layanan menyeluruh—dari konsultasi bahan baku, pengembangan formula, hingga pengemasan. "Kami memiliki tim farmasi dan ahli sains yang tidak hanya membantu dalam pemilihan bahan, tetapi juga memastikan bahwa setiap produk memenuhi standar kualitas tertinggi," lanjut Tyas. Konsultasi yang komprehensif ini menjadi kunci diferensiasi Nose Herbalindo di tengah pasar yang penuh dengan kompetitor.
Tantangan terbesar dalam industri kecantikan, terutama bagi beautypreneur pemula, adalah membangun brand yang dapat bersaing di pasar yang sangat kompetitif. Meskipun Amerika Serikat masih memimpin dengan pendapatan tertinggi di pasar kosmetik global, mencapai US$20,130 juta pada 2024, Indonesia memperlihatkan pertumbuhan yang signifikan dalam segmen Non-Mewah. Pada 2024, sekitar 83% penjualan kosmetik di Indonesia akan diatribusikan kepada produk Non-Mewah.
"Banyak beautypreneur yang kesulitan menemukan ciri khas produk yang membuat mereka menonjol di antara merek-merek besar," jelas Tyas. Inilah tantangan yang diatasi oleh Nose Herbalindo dengan memberikan bimbingan strategis kepada klien tentang dinamika pasar dan cara menonjolkan produk mereka.
Kualitas produk adalah elemen penting dalam memastikan keberhasilan beautypreneur di pasar yang kompetitif. Nose Herbalindo memastikan bahwa setiap produk melewati serangkaian uji ketat, termasuk stabilitas formula dan sertifikasi halal serta BPOM.
"Kami mengawal setiap tahap produksi untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan memenuhi standar tertinggi dan layak bersaing di pasar," kata Tyas. Pendekatan ini tidak hanya membangun kepercayaan beautypreneur, tetapi juga meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk lokal.
Dalam tujuh tahun terakhir, Nose Herbalindo telah membantu lebih dari 1.000 brand lokal dengan memproduksi lebih dari 3.000 jenis produk. Angka ini mencerminkan keberhasilan strategi Nose Herbalindo dalam memanfaatkan potensi lokal di industri kecantikan yang terus berkembang.
"Kami bangga bisa menjadi bagian dari perjalanan banyak beautypreneur dalam mewujudkan impian mereka," tambah Tyas. Keberhasilan ini tidak lepas dari sentuhan inovasi yang dikembangkan melalui riset dan pengembangan (R&D) berkelanjutan.
Mengutamakan Inovasi
Untuk mempertahankan relevansi di pasar yang selalu berubah, Nose Herbalindo menempatkan R&D sebagai fondasi utama strategi mereka. Tim R&D tidak hanya melakukan inovasi produk, tetapi juga secara aktif mengikuti tren pasar yang berkembang.
"Kami mengadakan diskusi rutin antara tim product development dan riset untuk menghasilkan ide-ide baru yang sesuai dengan tren kecantikan terkini," jelas Tyas. Inovasi yang konsisten menjadi kunci bagi Nose Herbalindo untuk mempertahankan posisi kompetitif mereka di industri.
Tren kecantikan di Indonesia memang banyak dipengaruhi oleh budaya Korea, namun produk Non-Mewah yang berharga lebih terjangkau terus mendominasi. Dalam hal pendapatan per orang, setiap individu di Indonesia diharapkan menghasilkan US$6,95 dari pasar kosmetik pada 2024.
Meskipun angka ini lebih kecil dibandingkan negara maju, pertumbuhan yang stabil mencerminkan peningkatan minat terhadap produk kecantikan, terutama dari kalangan kelas menengah yang terus berkembang.
Namun, Nose Herbalindo tidak hanya berfokus pada mengikuti tren global. Mereka juga mengeksplorasi potensi bahan-bahan lokal seperti daun pegagan yang digunakan dalam produk N Pure Centella Asiatica Toner. Ini adalah contoh konkret bagaimana bahan-bahan lokal dapat diolah untuk menciptakan produk yang kompetitif di pasar lokal maupun global.
Selain produk skincare, Nose Herbalindo juga merambah ke segmen babycare, yang menunjukkan potensi besar di pasar. "Sejak 2023, kami mulai melihat peningkatan dalam permintaan produk babycare," ungkap Tyas. Salah satu langkah inovatif perusahaan adalah menggandeng dokter dan influencer yang fokus pada produk perawatan bayi untuk memperkuat kepercayaan konsumen.
"Babycare menjadi salah satu produk yang mulai mendominasi portofolio kami, dan kolaborasi dengan influencer serta dokter memberikan nilai tambah dalam membangun kepercayaan terhadap produk kami," lanjutnya. Segmen ini menawarkan potensi pertumbuhan yang signifikan, terutama karena kebutuhan akan produk perawatan bayi yang aman dan berkualitas terus meningkat.
Berapa Modal yang Diperlukan untuk Memulai Bisnis Kosmetik?
Salah satu pertanyaan terbesar bagi beautypreneur pemula adalah mengenai modal yang diperlukan untuk memulai. Nose Herbalindo menyediakan opsi yang relatif terjangkau bagi mereka yang ingin terjun ke bisnis kosmetik.
"Untuk memulai produksi, calon beautypreneur bisa memulai dengan 500 pcs produk dengan biaya sekitar Rp20 juta," ungkap Tyas. Modal ini sudah mencakup semua aspek dari proses produksi, termasuk pengujian BPOM dan pengemasan. "Ini adalah opsi yang sangat menarik, terutama bagi mereka yang baru ingin mencoba peruntungan di industri kecantikan," tambahnya.
Dalam upaya membantu beautypreneur go global, Nose Herbalindo juga mulai menjajaki pasar internasional, terutama di Asia dan Eropa. "Kami melihat peluang besar bagi brand lokal Indonesia untuk dikenal secara global, dan kami ingin menjadi jembatan bagi mereka," ujar Tyas. Langkah ini merupakan bagian dari strategi ekspansi jangka panjang Nose Herbalindo untuk memperkuat posisi merek lokal di panggung dunia.
Diferensiasi Produk
Namun, sukses di industri kecantikan membutuhkan lebih dari sekadar tren. "Beautypreneur harus berani berinovasi dan tidak hanya mengikuti arus," kata Tyas. Fokus pada diferensiasi produk menjadi krusial di tengah persaingan yang semakin ketat. Setiap produk harus memiliki keunikan yang membuatnya menonjol di pasar.
Dalam hal pemasaran, Nose Herbalindo menawarkan panduan strategis bagi klien mereka, meskipun sistem jual beli putus tetap diterapkan. "Kami memberikan insight tentang tren pasar dan cara memasarkan produk dengan lebih baik, meskipun pemasaran keseluruhan menjadi tanggung jawab klien," kata Tyas. Ke depan, Nose Herbalindo berencana untuk memperluas layanan ini agar beautypreneur dapat menembus pasar yang lebih luas dan memiliki strategi pemasaran yang lebih kuat.
Dengan pendekatan komprehensif dan dukungan penuh, PT Nose Herbalindo menjadi mitra strategis bagi banyak beautypreneur yang ingin berkembang di industri kecantikan. "Kami melihat diri kami sebagai mitra yang siap mendukung beautypreneur dari awal hingga akhir," jelas Tyas. Ini adalah pendekatan yang memungkinkan klien untuk lebih percaya diri dalam menjalani bisnis mereka, karena mereka didukung oleh tim yang berpengalaman dan berdedikasi.
Sebagai penutup, Tyas menegaskan bahwa industri kecantikan di Indonesia masih memiliki potensi besar, baik di pasar lokal maupun global. "Industri ini masih terus berkembang, dan dengan inovasi serta dukungan yang tepat, beautypreneur lokal bisa menjadi pemain utama di kancah internasional," katanya penuh optimisme. (*)