Vinfast Masih Bakar Duit, Dibekap Kerugian Rp11,5 Triliun di Kuartal II/2024
Produsen kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) asal Vietnam, Vinfast, membukukan kerugian bersih sebesar VND18,76 triliun atau sekitar Rp11,5 triliun (kurs VND1 = Rp0,62) pada kuartal II/2024. Kerugian ini disebabkan penurunan nilai aset (impairment charge).
Mengutip dari laman Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (SEC), rugi bersih Vinfast tersebut membengkak hingga 39,7% dari kuartal II/2023 sebesar VND13,4 triliun (Rp8,28 triliun). Rugi kotor perusahaan di kuartal II/2024 menjadi VND5,43 triliun (Rp3,35 triliun), meningkat 61,1% dibandingkan dengan kuartal II/2023 sebesar VND3,37 triliun (Rp2,08 triliun).
Namun, pendapatan perusahaan justru meningkat 9,1% menjadi VND8,67 triliun (Rp5,34 triliun) dibanding dengan periode sebelumnya sebesar VND6,52 triliun (Rp4,02 triliun). Pendapatan ini utamanya berasal dari penjualan mobil listrik perusahaan di pasar domestik Vietnam dan luar negeri.
“Kuartal kedua tahun 2024 sejalan dengan perkiraan kami, sebagian besar didorong oleh meningkatnya permintaan EV Vinfast di Vietnam,” kata Chief Financial Officer Vinfast, Lan Anh Nguyen dalam keterangan tertulis yang dikutip swa.co.id pada Senin (23/9/2024). Nguyen menyampaikan pasar domestik berperan penting dalam adopsi kendaraan listrik dan mobilitas ramah lingkungan.
Vinfast menargetkan untuk mendistribusikan 80.000 unit EV pada tahun buku 2024. Sebelumnya, perusahaan telah mendistribusikan 13.172 unit di kuartal II/2024. Di Indonesia, pabrik Vinfast beroperasi secara completely knock down (CKD).
Di Vietnam, perusahaan telah mendistribusikan mobil seri VF 5, dan menjadi pemimpin performa penjualan EV di negara tersebut. perusahaan akan mendistribusikan seri VF 3, mobil SUV elektrik mini pada kuartal III/2024.
“Suksesnya model VF 5, bersamaan dengan infrastruktur pengisian daya Vinfast, program langganan baterai yang fleksibel, dan layanan purna jual yang kuat, diharapkan dapat memperkuat posisi kepemimpinannya di pasar EV Vietnam,” tutup manajemen dalam keterangan resminya.
Vinfast di Indonesia
Pada kesempatan terpisah, VinFastmemasuki pasar Indonesia pada awal tahun ini. Usai mendirikan dealer baru di Depok, Jawa Barat, VinFast mengumumkan akan segera menginvestasikan US$1,2 miliar untuk membangun pabrik perakitan lokal dengan kapasitas mencapai 60 ribu mobil per tahun.
Tran Quoc Huy, CEO VinFast Indonesia mengatakan bahwa VinFast bertujuan untuk memberikan penawaran transportasi yang lebih ramah lingkungan kepada pelanggan lokal, serta komitmen untuk menemani mereka. sepanjang perjalanan kepemilikan kendaraan listrik. “Kami berharap dapat menginspirasi pasar untuk mengeksplorasi potensi tak terbatas dari masa depan mobilitas yang modern dan berkelanjutan,” jelasnya dalam keterangan resmi (6/2/2024).
Indonesia merupakan negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara dan salah satu pasar otomotif terbesar di kawasan. Dengan meningkatnya fokus pada transportasi elektrifikasi dan serangkaian kebijakan dukungan pemerintah terhadap industri kendaraan listrik, Indonesia akan menjadi salah satu pasar utama dalam strategi pengembangan VinFast.
Indonesia mewakili pasar utama berikutnya bagi perusahaan sekaligus menjadi penghubung strategis dalam rantai pasokan kendaraan listrik global. Perusahaan sebelumnya mengumumkan investasi dalam pembangunan pabrik dengan kapasitas tahunan hingga 50.000 kendaraan listrik. Setelah beroperasi, pabrik di Indonesia tidak hanya akan memproduksi kendaraan untuk pasar tetapi juga memperkuat rantai pasokan dan daya saing VinFast secara global.
Didukung oleh perusahaan modal ventura terkemuka di kawasan Asia Tenggara, AC Ventures, startup layanan dan perbaikan otomotif lokal, Otokli menandatangani kesepakatan dengan VinFast untuk menjadi penyedia layanan resmi bagi pelanggan merek tersebut di seluruh negeri.
Co-Founder dan CEO Otoklix, Martin Reyhan Suryohusodo, mengatakan investor global seharusnya memikirkan masa depan pengisian baterai versus pertukaran baterai di Indonesia. Salah satu masalah krusial bagi investor global yang tertarik pada pasar kendaraan listrik di Indonesia adalah kejelasan regulasi tentang penjualan listrik komersial. Saat ini, semua penjualan listrik komersial harus melalui PLN, perusahaan listrik negara Indonesia yang dapat menjadi tantangan bagi penyedia stasiun pengisian pihak ketiga,” ujar Martin, Senin (8/7/2024).
Stasiun pertukaran baterai memerlukan investasi modal yang besar dalam infrastruktur. Saat ini, NIO di China adalah contoh nyata di mana investasi besar telah dilakukan dalam teknologi ini. Awalnya, Tesla mempertimbangkan pendekatan ini tetapi mengurungkan niat karena biaya yang tinggi. (*)