Dari Limbah Jadi Berkah: Kisah Ibu-Ibu Desa Abang Ubah Batok Kelapa Jadi Kerajinan Unik
Kelompok wanita Desa Abang di Kabupaten Karangasem, Bali, telah berhasil membuktikan bahwa kreativitas dan kegigihan mampu mengubah sesuatu yang dianggap sampah menjadi produk bernilai ekonomi tinggi.
Batok kelapa, yang sebelumnya hanya dibuang begitu saja, kini diolah menjadi kerajinan yang diminati pasar, bahkan hingga ke luar negeri. Berkat kreativitas dan kegigihan, mereka berhasil memperoleh juara I atas kompetisi pemberdayaan perempuan se-Indonesia yang digelar BRI.
Dipimpin oleh Anak Agung Ayu Mahesarani Karang, kelompok wanita bernama Sinar Mulya Abadi ini mulai beroperasi sejak tahun 2008. Mahesarani berusaha menggali potensi ekonomi desanya, melihat banyaknya ibu rumah tangga yang tidak memiliki pekerjaan dan hidup dalam kemiskinan.
"Kami menggali potensi ibu-ibu yang tidak bekerja, ibu rumah tangga dengan kondisi miskin, yang tidak mampu, agar dapat berdaya meningkatkan ekonomi keluarganya," ungkap Mahesarani.
Desa Abang dikenal memiliki banyak pohon kelapa, namun warga hanya memanfaatkannya untuk membuat minyak kelapa. Sementara itu, batok kelapa seringkali hanya menjadi limbah.
Melihat potensi ini, Mahesarani terinspirasi dari pengrajin di Kabupaten Klungkung yang berhasil mengubah batok kelapa menjadi keben dan bokor. Ia pun mengajak ibu-ibu di desanya untuk mencoba hal serupa.
Inisiatif ini semakin berkembang setelah kelompoknya bertemu dengan Bank BRI yang memberikan bantuan pelatihan. Produk yang dihasilkan semakin bervariasi, mulai dari tas, tempat tisu, hingga dulang. Dengan berbagai strategi promosi yang dilakukan, produk mereka kini dipasarkan tidak hanya di Bali, tetapi juga hingga luar negeri.
"Pelatihan yang diberikan Bank BRI sangat bermanfaat bagi kelompok kami, makanya kami ingin mengajukan pelatihan lagi untuk anggota baru dan pelatihan membuat produk baru," tambah Mahesarani, yang kini memimpin 30 anggota.
Tidak hanya pelatihan, kelompok ini juga menerima bantuan alat produksi dan etalase senilai Rp70 juta dari BRI, serta memanfaatkan fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI.
Regional CEO BRI Denpasar, Hery Noercahya, menyatakan, "Bantuan alat produksi dan etalase kepada kelompok Sinar Mulya Abadi merupakan salah satu upaya BRI dalam mendukung program pemberdayaan perempuan yang diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dan memunculkan embrio-embrio UMKM baru."
Dia menambahkan, "Kami berharap akan muncul lebih banyak lagi kelompok-kelompok pemberdayaan perempuan yang menjadi wadah dan memberikan dampak ekonomi positif bagi kaum perempuan dan keluarganya."
Melalui pemberdayaan ini, kelompok Sinar Mulya Abadi telah membuka jalan bagi ibu-ibu di Desa Abang untuk tidak hanya meningkatkan kesejahteraan keluarga mereka, tetapi juga berkontribusi terhadap perekonomian desa dengan menciptakan produk-produk yang ramah lingkungan dan bernilai tinggi. (*)