Dari Desain ke Migran: Perjalanan Radityo Membawa Tenaga Kerja Indonesia Menembus Dunia
Dalam dunia bisnis dan kewirausahaan, visi besar kerap kali berakar pada pengalaman personal dan tantangan nyata yang dihadapi masyarakat. Hal ini juga terjadi pada Radityo Susilo, pendiri Gapai.id, sebuah platform inovatif yang bertujuan memberdayakan pekerja migran Indonesia untuk mendapatkan pekerjaan di luar negeri.
Latar belakang Radityo yang sebelumnya berkecimpung dalam dunia desain berubah drastis ketika ia menyadari adanya peluang besar untuk membantu jutaan tenaga kerja Indonesia bertransformasi dan meningkatkan taraf hidup mereka melalui pengalaman kerja di luar negeri.
Radityo memulai Gapai.id pada tahun 2022 di bawah naungan inkubasi dari Antler, sebuah pemodal ventura. Awalnya, Gapai.id adalah platform pendidikan untuk pekerja blue-collar dengan sistem learning management. Namun, di tengah pandemi, kebutuhan untuk beralih (pivot) muncul karena permintaan untuk pelatihan menurun.
Radityo melihat peluang lebih besar dalam membantu tenaga kerja Indonesia menemukan pekerjaan di luar negeri, terutama di negara-negara yang kekurangan tenaga kerja akibat populasi yang menua, seperti Jerman dan Jepang. Sejak pivot pada 2022, Gapai.id mulai menempatkan tenaga kerja ke negara-negara seperti Hungaria, Romania, Arab Saudi, Qatar, dan Kuwait.
Motivasi kuat Radityo untuk mendirikan Gapai.id muncul dari pengamatannya terhadap ketidakseimbangan antara kebutuhan tenaga kerja di negara maju dan besarnya populasi produktif di Indonesia.
“Kami melihat negara-negara seperti Jerman dan Jepang membutuhkan jutaan pekerja, sementara Indonesia memiliki lebih dari 100 juta populasi usia produktif,” jelasnya dalam acara BizzComm Podcast. Siniar ini adalah kerjasama SWA dengan LSPR Faculty of Business.
Melalui Gapai.id, ia berusaha menjembatani kebutuhan tersebut dengan memberikan peluang kerja bagi tenaga kerja Indonesia yang berpotensi untuk berkembang di pasar global.
Satu hal yang membedakan Gapai.id adalah fokusnya pada penempatan tenaga kerja di sektor formal, bukan TKW. Radityo menekankan bahwa Gapai.id lebih memprioritaskan pekerja yang memiliki jenjang karir di perusahaan, bukan sebagai asisten rumah tangga. Jenjang karir yang ditawarkan dimulai dari level entry hingga profesional dan expert.
“Kami mengirim tenaga kerja yang siap bekerja di perusahaan dengan peluang karir, bukan pekerja informal,” jelas Radityo.
Sejak berdiri, Gapai.id telah menerima ribuan aplikasi setiap bulannya. "Kami mendapatkan sekitar 4.000 pelamar per bulan dari seluruh Indonesia, dengan mayoritas berasal dari Jawa Timur, Jawa Barat, dan DKI Jakarta," ungkap Radityo.
Banyak dari pelamar ini adalah lulusan SMA/SMK yang tertarik untuk bekerja di luar negeri. Meskipun peluang terbuka lebar, salah satu tantangan yang sering dihadapi adalah gap keterampilan dan bahasa. “Masalah yang sering kami temui adalah kemampuan bahasa Inggris yang masih perlu ditingkatkan,” jelas Radityo.
Meskipun demikian, pekerja Indonesia memiliki keunggulan dalam aspek hospitality dan empati, yang sangat dihargai oleh pemberi kerja di luar negeri. Radityo membagikan salah satu cerita sukses ketika menempatkan tenaga kerja di Bandara Budapest, di mana majikan mereka menyebut pekerja Indonesia sebagai "importing smile". Ini menunjukkan bahwa keramahan dan sikap melayani yang baik dari pekerja Indonesia menjadi nilai tambah tersendiri di pasar global.
Selain itu, Gapai.id telah berupaya memanfaatkan teknologi untuk mempercepat proses penempatan tenaga kerja. Algoritma match-making yang dikembangkan oleh Gapai.id mampu mencocokkan profil pelamar dengan kebutuhan perusahaan secara efisien, mengelola ribuan aplikasi per bulan dan menyeleksi yang paling sesuai. “Dengan teknologi ini, kami dapat menyeleksi mana pekerja yang qualified dan mana yang masih perlu upskilling,” kata Radityo.
Keberhasilan Gapai.id dalam memberdayakan pekerja migran sudah mulai terlihat. Pada tahun 2024, mereka berhasil menempatkan 300 pekerja ke berbagai negara. Gapai.id menargetkan untuk menempatkan 500 pekerja pada akhir tahun ini, dan 1.000 pada tahun depan.
Dalam menghadapi isu eksploitasi dan diskriminasi, Gapai.id menempatkan transparansi sebagai prioritas utama. Semua informasi terkait pekerjaan, seperti gaji, kondisi hidup, dan persyaratan, diungkapkan dengan jelas kepada para pekerja sebelum mereka berangkat. Selain itu, Gapai.id bekerja sama erat dengan KBRI untuk memastikan bahwa semua penempatan sesuai dengan regulasi dan pekerja mendapatkan perlindungan yang layak.
Ke depannya, visi Radityo untuk Gapai.id adalah terus meningkatkan jumlah tenaga kerja yang diberdayakan dan memperluas jangkauan ke negara-negara lain yang membutuhkan. "Kami ingin terus berinovasi, baik dari segi teknologi maupun kemitraan, untuk membuka lebih banyak peluang bagi pekerja migran," kata Radityo.
Dengan inovasi dan visi jangka panjang yang jelas, Gapai.id telah memantapkan dirinya sebagai jembatan penting bagi pekerja migran Indonesia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik melalui kesempatan kerja di luar negeri.
Radityo menutup wawancara dengan pesan inspiratif, "Bekerja di luar negeri adalah perjalanan transformatif yang menuntut keberanian, tapi bagi mereka yang berani bermimpi besar, hasilnya akan sepadan.” (*)