Indosat Ooredoo Hutchison: Berinvestasi Masif demi Peningkatan Kualitas Jaringan dan Pemerataan Digital
Indosat Ooredoo Hutchison adalah salah satu operator telekomunikasi terkemuka di Indonesia. Karena berkapitalisasi pasar menengah, nama emiten dengan kode bursa ISAT ini tak ada dalam daftar peringkat SWA100, melainkan pada peringkat kelompok Mid Cap.
Pada peringkat Mid Cap 2024 ini, ISAT menduduki posisi kedua (setelah MD Pictures) dengan nilai WAI Rp 21,55 triliun.
Transformasi Menuju AI Native TechCo
Sebagai operator telekomunikasi, emiten yang berkapitalisasi pasar Rp 75,58 triliun (per 2023) ini sedang berada dalam fase transformasi untuk menjadi perusahaan teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI), yang diistilahkannya sebagai AI Native TechCo.
Untuk menuju ke sana, perusahaan ini harus mampu menghadapi tantangan eksternal, termasuk adanya perubahan cepat dalam model bisnis dan teknologi, khususnya terkait AI dan digitalisasi. Tantangan lainnya, perubahan perilaku konsumen, yang memaksa Indosat untuk beradaptasi dengan cepat demi mempertahankan relevansinya di tengah persaingan pasar yang ketat.
Selain tantangan eksternal, merger yang terjadi pada tahun 2022 sehingga membentuk entitas bisnis saat ini juga membawa tantangan internal yang signifikan. Proses integrasi dua perusahaan ─antara Indosat Ooredoo dan Hutchison 3─ yang melibatkan budaya dan proses bisnis yang berbeda membutuhkan penyesuaian besar serta kolaborasi intensif di antara tim. Perbedaan ini tidak hanya memengaruhi aktivitas operasional, tetapi juga dinamika internal perusahaan.
Namun, tampaknya berkat penanganan yang baik, ISAT berhasil mencatatkan kinerja keuangan yang masih ciamik. Sepanjang 2023, perusahaan ini berhasil membukukan total pendapatan Rp 51,2 triliun, naik 10% dibandingkan tahun sebelumnya (year on year). Adapun laba bersihnya Rp 4,50 triliun, turun 4,6% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 4,72 triliun.
Sementara itu, pada paruh pertama 2024, pendapatan total ISAT naik 13,4% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi Rp 27,97 triliun. Adapun laba bersih pada semester pertama ini sebesar Rp 2,73 triliun, atau tumbuh 43,3%.
Peningkatan ini menunjukkan keberhasilan Indosat dalam mengelola transformasi dan mempertahankan pertumbuhan di tengah perubahan yang cepat.
Keseimbangan Risiko dan Pengembalian
Steve Saerang, SVP Head of Corporate Communications ISAT, menjelaskan bahwa sebagai bagian dari upaya transformasinya, pihaknya menerapkan kebijakan investasi yang berfokus pada keseimbangan antara risiko dan pengembalian (return). “Setiap rupiah yang kami keluarkan harus memberikan nilai secara signifikan,” katanya.
Dalam 2,5 tahun terakhir, perusahaan ini telah menginvestasikan US$ 2 miliar (sekitar Rp 32,6 triliun) untuk memperkuat infrastruktur jaringan telekomunikasi. Investasi ini tidak hanya bertujuan meningkatkan kualitas jaringan, tetapi juga mengatasi tantangan pemerataan digital di Indonesia. “Terutama dalam rangka memperluas akses hingga ke daerah-daerah pelosok,” ujar Steve.
Dalam lima tahun terakhir, Indosat telah melakukan sejumlah investasi strategis yang berdampak besar pada peningkatan kinerja perusahaan dan kualitas layanan. Di antaranya, integrasi teknologi Multi Operator Core Network (MOCN) yang meningkatkan kecepatan unduh hingga dua kali lipat dan menurunkan latensi hingga 20%, serta meningkatkan kualitas layanan video streaming dan game online.
Investasi lainnya berupa peluncuran jaringan 5G di Solo pada 2021 saat pandemi Covid-19, yang kemudian diperluas ke beberapa kota besar, seperti Jabotabek, Surabaya, Makassar, Balikpapan, Karawang, Bandar Lampung, dan Bali. Tujuannya, memperkuat daya saing dan adopsi teknologi terbaru. Ada juga ekspansi jaringan ke wilayah timur Indonesia yang memperluas akses digital ke daerah yang sebelumnya kurang terjangkau, seperti Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Selain itu, ISAT melakukan peluncuran Indosat HiFi (FTTH) berbasis 100% fiber optic untuk menjawab kebutuhan internet berkecepatan tinggi untuk rumah tangga, terutama di kota-kota sekunder.
Langkah investasi yang mengundang perhatian publik dilakukan pada 2023 dengan mengakuisisi MNC Play. Dengan langkah ini, ISAT berhasil melejitkan jumlah pelanggan internet rumahan dari 20.000 menjadi hampir 350.000. Menurut Steve, akuisisi ini secara signifikan memperluas basis pelanggan internet rumahan dan meningkatkan kontribusi pendapatan dari segmen broadband.
Tidak kalah pentingnya, ISAT telah berinvestasi dalam teknologi AI, termasuk peluncuran AI Experience Center di Solo bekerjasama dengan Huawei. Selain itu, bersama Lintasarta dan NVIDIA, ISAT menghadirkan platform AI canggih berbasis teknologi GPU Merdeka, yang menyediakan layanan AI Cloud dan GPU-as-a-Service untuk kebutuhan komputasi berat.
ISAT juga sedang mengembangkan Sahabat AI, sebuah model bahasa besar (Large Language Model/LLM) berbasis bahasa Indonesia pertama. Ini untuk memperkuat posisinya sebagai penyedia solusi digital inovatif di Indonesia.
Selain berbagai inisiatif investasi teknologi seperti dijabarkan di atas, dalam periode 2019-2023, ISAT juga melakukan sejumlah corporate action penting lainnya. Pada 2021, membagikan dividen tunai hingga sebesar Rp 7 triliun, yang menunjukkan komitmennya membuat investornya senang. Pada 2022, perusahaan ini (Indosat Ooredoo) merger dengan Hutchison 3 Indonesia untuk menciptakan entitas baru yang lebih dan berdaya saing.
Optimalkan Pengelolaan Modal Kerja
Steve mengungkapkan pula, perusahaannya terus mengoptimalkan pengelolaan modal kerja guna mendukung pencapaian kinerja perusahaan yang lebih baik. Dengan meningkatkan penetrasi jaringan 4G di wilayah timur Indonesia, ISAT tidak hanya bermaksud memperluas jangkauan pasar, tetapi juga mengalokasikan modal secara strategis untuk wilayah yang berpotensi tinggi, sehingga mendorong pertumbuhan pendapatan yang berkelanjutan.
“Fokus kami pada penciptaan nilai bagi para pemangku kepentingan melalui inovasi berkelanjutan dan keunggulan operasional,” kata Steve.
“Dengan mengelola sumber daya secara lebih efisien, modal kerja dapat dimanfaatkan secara optimal, sehingga dapat meningkatkan margin keuntungan,” tambahnya.
Steve menyampaikan bahwa penerapan teknologi seperti machine learning dan artificial intelligence tidak hanya mendukung peningkatan kualitas layanan, tetapi juga membantu perusahaan dalam mempercepat proses pengambilan keputusan berbasis data. Ini memungkinkan pengelolaan modal kerja yang lebih cermat, dengan alokasi investasi yang tepat pada area yang memberikan return terbaik, sehingga mendukung efisiensi operasional secara keseluruhan.
Ekspansi layanan dan investasi dalam infrastruktur digital juga dirancang untuk memenuhi permintaan pasar yang terus berkembang. Langkah ini, kata Steve, pada akhirnya akan meningkatkan arus kas dan memperkuat posisi keuangan perusahaan. (*)