Jatiluwih Memadukan Keindahan Alam dan Budaya Bali di Hari Raya Galungan
Desa Wisata Jatiluwih, yang terkenal dengan keindahan sawah teraseringnya, sekali lagi menjadi pusat perhatian pada perayaan Hari Raya Galungan. Tidak hanya menawarkan panorama alam, kali ini Jatiluwih menyajikan peragaan budaya yang menampilkan sosok-sosok ikonik dari sejarah dan mitologi Bali, yakni Ratu Mahendradatta dan Naga Basuki. Keduanya hadir dalam balutan kostum megah, mengajak wisatawan untuk menyelami lebih dalam kekayaan budaya dan spiritualitas di Pulau Dewata.
Ratu Mahendradatta, permaisuri Raja Udayana yang berwibawa dan kuat, menggambarkan sosok wanita Bali yang berani melawan norma-norma masyarakat di zamannya. Dengan kostum yang menawan, Ratu Mahendradatta digambarkan sebagai simbol kekuatan dan keberanian wanita yang mampu mengubah dunia. Pesan yang kuat ini juga diperkuat dengan konsep keseimbangan spiritual Bali yang mengacu pada Rwa Bhineda—harmoni antara kekuatan baik dan buruk yang membentuk keseimbangan alam semesta.
Adapula Naga Basuki, sang penjaga keseimbangan alam semesta dalam mitologi Hindu dan Jawa. Sosok ini ditampilkan melalui kostum yang pernah meraih penghargaan Best National Costume di Miss Cosmopolitan World 2017, menghidupkan kembali mitos naga sebagai pelindung alam dan penjaga harmoni antara manusia dan alam.
Pesan dari Naga Basuki semakin relevan pada isu perubahan iklim masa kini. Setiap wisatawan diajak untuk lebih peduli dan berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan. Wisatawan diajak untuk memahami lebih dalam kisah dan simbolisme yang ada di balik setiap sosok. Jhon Purna, Manajer Operasional Desa Wisata Jatiluwih, mengatakan acara ini merupakan bagian dari komitmen desa untuk terus menampilkan kekayaan budaya Bali kepada dunia.
Jhon, pada keterangan tertulisnya itu, menyampaikan pihaknya i ingin memberikan pengalaman yang mendalam kepada para wisatawan. "Di Jatiluwih, mereka tidak hanya menikmati keindahan alam, tetapi juga merasakan spiritualitas dan kebudayaan Bali yang telah bertahan selama berabad-abad. Ini adalah upaya kami untuk melestarikan budaya Bali sekaligus mempromosikannya kepada dunia,” jelas Jhon di Desa Jatiluwih, Tabanan di Bali, Kamis (26/9/2024).
Peragaan budaya di Desa Jatiluwih ini mengukuhkan komitmen dan peran desa ini adalah lebih dari sekadar destinasi wisata alam. Desa ini menjadi tempat yang memadukan keindahan alam dan budaya, menciptakan pengalaman yang mendalam dan penuh makna bagi setiap pengunjung.
Filosofi Tri Hita Karana, yang menekankan harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan, terasa begitu hidup di setiap sudut desa ini, menjadikannya destinasi wajib bagi para pencari pengalaman spiritual dan budaya. "Jatiluwih mengundang wisatawan untuk datang dan merasakan sendiri keajaiban yang ditawarkan. Setiap kunjungan ke desa ini bukan hanya tentang melihat keindahan alam, tetapi juga merasakan kekayaan budaya Bali yang penuh dengan mitos, sejarah, dan spiritualitas," tutur Jhon. (*)