Cuan dari Langit: Bagaimana Investasi di Bandara Akan Menguatkan Perekonomian Indonesia
Nama Indonesia semakin mengukuhkan posisinya sebagai salah satu kekuatan utama di sektor penerbangan Asia. Dengan proyeksi menjadi pasar penerbangan terbesar keempat dalam dekade mendatang, negara ini menunjukkan perkembangan signifikan setelah sukses menggelar Bali International Airshow 2024.
Ajang bergengsi ini menarik lebih dari 5.300 pengunjung bisnis dan diikuti oleh 100 perusahaan dari 51 negara, mempertegas peran strategis Indonesia di kancah global.
"The Sleeping Giant"
Selain itu, berbagai perjanjian kerja sama, mulai dari MoU hingga Cooperation Agreement, berhasil ditandatangani. Hal ini memperkuat kolaborasi internasional di sektor penerbangan dan mempertegas kapabilitas Indonesia sebagai pemain global.
Perkembangan pesat ini tidak berhenti di sini. Bali International Airshow akan menjadi acara rutin dua tahunan, berdasarkan Letter of Intent yang ditandatangani oleh berbagai kementerian dan pemangku kepentingan terkait.
Pertumbuhan lalu lintas udara di Indonesia diperkirakan mencapai 6% per tahun selama satu dekade ke depan, menjadikan negara ini layaknya "The Sleeping Giant" yang siap bangkit di industri penerbangan global.
Lebih jauh lagi, armada pesawat Indonesia juga diproyeksikan akan tumbuh sebesar 5% per tahun dalam lima tahun mendatang. Hal ini menandakan potensi besar yang dimiliki Indonesia untuk menjadi pusat kedirgantaraan yang penting di Asia.
Bali International Airshow 2024 itu sendiri tidak hanya sekadar perayaan industri, tetapi juga diharapkan menjadi katalisator percepatan pertumbuhan industri penerbangan nasional. Dengan potensi menarik investasi besar, ajang ini membuka peluang ekonomi yang signifikan.
Sebagai perbandingan, Dubai Airshow 2023 berhasil mencatat transaksi penjualan hingga US$101 miliar (Rp1.611 triliun), menunjukkan betapa besarnya dampak ekonomi dari acara-acara semacam ini terhadap industri penerbangan dan perekonomian secara keseluruhan.
Dengan keadaan seperti itu, Indonesia kini berada di ambang kebangkitan di sektor penerbangan global, dan Bali International Airshow menjadi momentum kunci dalam mewujudkan ambisi besar tersebut. Lantas, apa yang mesti dilakukan agar potensi "The Sleeping Giant" itu bisa termanifestasi?
Investasi di Bandara
Pertumbuhan sektor penerbangan yang pesat ini menghadirkan peluang signifikan untuk pembangunan ekonomi Indonesia. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, dalam pidatonya di Bali International Airshow 2024, mengakui hal itu. Dia menegaskan bahwa investasi di sektor ini tidak hanya akan menghubungkan ribuan pulau, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja di seluruh nusantara.
Tak hanya Pemerintah yang melihat tersebut. Daniel Chow, Principal dari perusahaan manajemen konsultansi global Arthur D. Little, menyoroti potensi besar yang ditawarkan oleh sektor penerbangan Indonesia.
"Sektor penerbangan menawarkan manfaat yang besar bagi Indonesia. Ia memainkan peran penting dalam mendorong inklusi sosial dengan menghubungkan berbagai pulau dan memfasilitasi pengangkutan barang-barang kebutuhan pokok," ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa letak geografis Indonesia yang strategis menempatkan negara ini sebagai pemain kunci di pasar penerbangan global.
Salah satu strategi kunci untuk memaksimalkan potensi ekonomi sektor penerbangan adalah dengan meningkatkan investasi di infrastruktur, termasuk pengembangan bandara dan sistem kontrol lalu lintas udara.
Daniel menyoroti bahwa investasi ini dapat secara signifikan memperkuat konektivitas antarpulau, sekaligus mendorong perdagangan, pariwisata, dan perjalanan bisnis — semua elemen penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Lebih dari sekadar meningkatkan jumlah wisatawan, sektor penerbangan yang tumbuh pesat juga berpotensi menciptakan pendapatan devisa yang signifikan dan membuka peluang lapangan kerja baru. Tidak hanya itu, industri penerbangan yang padat teknologi ini juga membawa dampak positif berupa transfer teknologi dan keterampilan kepada tenaga kerja lokal, yang akan mendorong produktivitas dan inovasi di dalam negeri.
"Industri penerbangan adalah industri yang padat teknologi. Investasi di sektor ini dapat mengarah pada transfer teknologi dan keterampilan kepada tenaga kerja lokal, meningkatkan produktivitas dan inovasi," jelas Daniel.
Selain itu, sektor ini juga membuka jalan bagi Indonesia untuk mendiversifikasi ekonominya dan menarik lebih banyak investasi asing langsung (FDI) ke berbagai sektor lain, seperti industri, ekonomi, hingga pertanian dan sumber daya alam. "Sektor penerbangan yang kuat akan meningkatkan daya saing global Indonesia dan menarik investasi asing," tambahnya. Peningkatan daya saing ini, disertai manfaat-manfaat lainnya, bisa menempatkan Indonesia sebagai pemain kunci dalam ekonomi global, terutama di kawasan ASEAN.
Meningkatkan Pendapatan Non-Aeronautika
Untuk memaksimalkan potensi ekonomi dari investasi di sektor penerbangan, Daniel Chow menekankan perlunya fokus pada peningkatan pendapatan non-aeronautika di bandara. Pendapatan ini dapat diperoleh melalui berbagai cara, mulai dari memperluas pilihan ritel bebas pajak hingga menawarkan pengalaman kuliner yang lebih bervariasi dan sesuai dengan selera pengunjung.
Pengalaman belanja yang lebih personal dan menarik juga menjadi daya tarik tambahan. Selain itu, adopsi tren e-commerce terbaru memungkinkan bandara menjangkau pelanggan yang lebih luas.
"Peningkatan pendapatan ini tidak hanya memperbesar potensi konsesi, tetapi juga mendorong aliran pendapatan lain seperti iklan, yang pada akhirnya menciptakan efek multiplikasi positif," ujar Daniel.
Agar strategi ini berjalan optimal, Daniel menekankan bahwa operator bandara perlu secara teratur memperbarui tata letak terminal, mempertimbangkan variasi bauran penumpang, dan mengatur strategi alokasi pintu keberangkatan yang mendukung kegiatan non-aeronautika dengan lebih efisien.
Selain manajemen internal, kolaborasi erat dengan pengembang dan instansi pemerintah menjadi faktor penting untuk memastikan proyek yang dibangun di sekitar bandara sesuai dengan kebutuhan ekonomi dan profil penumpang di wilayah tersebut.
Namun, untuk menarik minat investor, dukungan pemerintah juga sangat dibutuhkan. Daniel menggarisbawahi pentingnya pemerintah memiliki rencana pengembangan yang jelas dan menunjukkan potensi komersial yang kuat.
"Pemerintah perlu mengartikulasikan rencana pengembangan yang jelas dan menunjukkan potensi komersial yang kuat," tegasnya.
Ia juga menyarankan penerapan konsep Aerotropolis—pengembangan kawasan di sekitar bandara yang mencakup fasilitas komersial, hiburan, industri, dan perumahan. Proyek ini tidak hanya memperkuat daya tarik investasi, tetapi juga membuka peluang ekonomi yang lebih luas bagi Indonesia.
Tak hanya fokus pada aspek ekonomi, Daniel juga menyoroti pentingnya membangun identitas merek yang kuat dan menciptakan persepsi positif terhadap kualitas layanan bandara. Kepercayaan terhadap strategi komersial dan positioning merek bandara sangat penting untuk meyakinkan calon investor.
Di samping itu, Daniel menekankan bahwa kerangka regulasi yang transparan, kebijakan yang konsisten, serta alokasi tanggung jawab yang jelas terkait desain, operasi, dan pemeliharaan akan mendorong partisipasi dan komitmen jangka panjang dari para investor.
Dalam konteks global yang semakin peduli lingkungan, inisiatif hijau juga tidak dapat diabaikan. Upaya untuk meminimalkan dampak lingkungan, serta mendukung maskapai dalam program dekarbonisasi, dapat membuat investasi di sektor penerbangan lebih menarik, terutama bagi investor yang berfokus pada keberlanjutan sosial dan lingkungan.
"Dengan menerapkan strategi-strategi ini, Indonesia bisa membuka aliran potensi penuh dari sektor penerbangannya," kata Chow.
"Pada akhirnya, hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, menciptakan lapangan kerja, dan memposisikan Indonesia sebagai pemain kunci di pasar penerbangan global. Dampaknya tidak hanya akan dirasakan oleh bandara, tetapi juga oleh seluruh perekonomian dan masyarakat Indonesia," pungkasnya.
Intinya, keberhasilan Indonesia dalam memanfaatkan potensi sektor penerbangannya akan berdampak jauh melampaui industri itu sendiri. Dengan pertumbuhan armada yang pesat, peningkatan pendapatan non-aeronautika, dan dukungan pemerintah yang kuat, Indonesia dapat mengukuhkan posisinya sebagai kekuatan baru dalam industri aviasi global. Bukan hanya sekadar menghubungkan ribuan pulau di Nusantara, tetapi juga memfasilitasi pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Dan jika semua potensi ini dapat diwujudkan, Indonesia bukan lagi sekadar "The Sleeping Giant", tetapi akan bangkit sebagai pemain utama dalam ekonomi global, dengan sektor penerbangan yang menjadi pilar utama pertumbuhan dan kesejahteraan. (*)