Capital Market & Investment

Penurunan Suku Bunga The Fed Diprediksi Buat Prospek Kripto Positif

Penurunan suku bunga The Fed sebesar 50 basis point (bps) menjadi 4,75% dapat dikatakan sebagai salah satu momentum yang cukup dinantikan investor di tahun ini. Peristiwa tersebut menjadi awal dari tren kebijakan ekonomi yang lebih longgar untuk menunjang pertumbuhan setelah inflasi relatif berhasil ditekan pasca pelonggaran akibat pandemi Covid-19.

Analis menilai perubahan arah kebijakan The Fed sejauh ini telah terlihat mampu memberikan angin segar bagi instrumen investasi high risk seperti saham dan aset kripto. Pasca penurunan suku bunga The Fed, korelasi pergerakan harga aset kripto dan saham perusahaan-perusahaan AS bahkan sempat berada pada salah satu level tertingginya, menurut data Bloomberg. Perkembangan tersebut menunjukkan tren positif yang sama-sama terjadi pada dua kelas aset tersebut saat ini.

Suku bunga AS yang lebih rendah dapat turut menjadi pemicu meningkatnya likuiditas baik di pasar saham AS maupun pasar kripto. Selain karena akses terhadap dollar kemudian menjadi lebih murah untuk para investor di AS, tidak sedikit bank sentral di negara-negara lain yang akan turut memanfaatkan momentum tersebut untuk turut menurunkan suku bunga acuan mereka guna menunjang pertumbuhan ekonomi.

“Langkah yang mungkin terlalu berisiko bagi stabilitas nilai mata uang negara tersebut jika dilakukan sebelum The Fed menurunkan suku bunganya,” kata Analis Reku, Fahmi Al Muttaqin dalam keterangannya yang dikutip swa.co.id di Jakarta, Sabtu (28/9/2024).

Mengenai bunga simpanan yang lebih rendah di berbagai negara, selain dapat memicu investor untuk mencari instrumen yang menawarkan potensi return lebih tinggi, juga dapat memicu investor untuk menyampingkan uang fiat dan menggantinya dengan instrumen yang dapat menjadi inflation hedge. Hal ini dikarenakan suku bunga yang lebih rendah dapat meningkatkan jumlah uang yang bersirkulasi di ekonomi sehingga menurunkan nilai dari uang yang beredar.

“Dengan demikian, aset kripto seperti Bitcoin misalnya, dengan segala kelebihannya, kemudian menjadi instrumen yang semakin banyak diperhatikan di tengah situasi yang ada. Saham dengan potensi pertumbuhan yang lebih tinggi dari inflasi juga tidak kalah menarik untuk beberapa tipe investor,” jelasnya.

Saat ini, optimisme terkait berlanjutnya kebijakan penurunan suku bunga AS ke depan juga relatif tinggi. Bank Indonesia misalnya, turut diproyeksikan untuk kembali melakukan penurunan suku bunga sebanyak dua kali di sisa tahun ini setelah penurunan yang dilakukan 18 September 2024.

“Outlook kebijakan moneter yang ada sejalan dengan tren yang terjadi di pasar kripto pasca Bitcoin halving di mana fase bullish yang cukup kuat biasanya tercipta dan tidak jarang membawa kenaikan nilai yang signifikan pada aset-aset kripto populer dengan naratif yang solid,” ujar Fahmi menutup keterangannya.(*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved