Studi Akamai Paparkan Perubahan Prioritas Digital Native Business di Asia
Akamai Technologies, Inc., perusahaan cloud yang mendukung dan melindungi kehidupan online, mengumumkan hasil studi terbarunya bahwa Digital Native Business (DNB) di Asia menghadapi tantangan keamanan dan kompleksitas teknologi, dalam mempercepat adopsi cloud yang berisiko terhadap pertumbuhan bisnis.
Dalam studi berjudul “Asia’s Digital Native Businesses Prioritize Security for Sustainable Growth”, DNB didefinisikan sebagai perusahaan yang melakukan adopsi teknologi secara agresif. Perusahaan-perusahaan ini bergerak sangat cepat dalam memenuhi kebutuhan pelanggan untuk bekerja, beraktivitas, dan bermain secara online.
Berdasarkan studi Akamai, 9 dari 10 DNB memprioritaskan efisiensi dan produktivitas dalam 12 bulan ke depan, serta melakukan investasi dalam berbagai teknologi, misalnya komputasi cloud atau layanan mikro dengan dukungan antarmuka pemrograman aplikasi (API). Menurut IDC, tahun 2026 DNB akan menggelontorkan dana teknologi dengan besaran hingga US$128,9 miliar, dengan tingkat kenaikan pengeluaran tertinggi untuk teknologi berbasis cloud sebesar 37,3%.
“Teknologi canggih merupakan DNA bagi Digital Native Business. Hal ini memang membuka peluang, tapi juga tantangan. Percepatan adopsi teknologi adalah peluang yang menjanjikan untuk DNB. Namun, dunia TI yang semakin rumit turut meningkatkan risiko ancaman siber terhadap penerapan cloud dan kinerja bisnis potensial,” ujar Jay Jenkins, Chief Technology Officer di Akamai Cloud Computing, Akamai (28/9/2024).
Agar DNB yang ‘terlahir di cloud’ dapat mengoptimalkan potensinya, mereka harus mencari cara untuk memaksimalkan kinerja cloud dan menerapkan pendekatan multi-cloud untuk terhindar dari vendor lock-in, meningkatkan fleksibilitas, sekaligus memaksimalkan penggunaan dan biaya layanan cloud.
DNB menganut prinsip desain cloud-native dan menerapkan teknologi sebagai pembeda utama untuk unggul dalam persaingan. Dengan infrastruktur di sekitar layanan mikro yang beroperasi secara independen dan berkomunikasi melalui API, DNB mampu menskalakan serta mempercepat pemasaran. Berdasarkan studi terbaru Akamai, 74% dari DNB sudah bermigrasi sepenuhnya ke cloud atau sedang mengadopsi berbagai teknologi cloud.
Meski umumnya “terlahir di cloud”, DNB selalu kesulitan dalam menjaga keamanan aktivitas online karena mereka kesulitan memaksimalkan potensi teknologi cloud, data, dan AI yang kian berkembang. DNB juga menggunakan banyak API dan infrastruktur berbasis cloud, sehingga menjadi target utama bagi serangan siber serta berisiko tinggi menjadi korban phishing, penyusupan akun, dan ransomware jika dibandingkan dengan perusahaan konvensional.
Berdasarkan riset Akamai, DNB memprioritaskan keamanan API untuk mengatasi masalah keamanan cloud, di mana 9 dari 10 responden menganggap keamanan API sebagai fitur produk yang krusial atau penting ketika mengevaluasi penyedia cloud atau layanan keamanan tertentu. Sebanyak 87 persen DNB menyatakan bahwa fitur keamanan lebih penting ketimbang kinerja, reputasi, skalabilitas, dan biaya dalam pemilihan penyedia cloud. Demi menghindari ancaman siber yang kian marak, DNB memerlukan dukungan dari mitra teknologi untuk mengetahui potensi kelemahan rantai yang dapat dieksploitasi oleh pelaku serangan siber.
Sektor yang paling berisiko di antaranya: gaming, teknologi canggih, media video, dan e-commerce. Demi mempercepat inovasi dan pemasaran, DNB mungkin meluncurkan aplikasi atau proses yang menggunakan API sebelum tim keamanan dapat melakukan evaluasi sebagaimana mestinya, sehingga DNB jadi lebih berisiko terpapar ancaman siber.
Di ASEAN, phishing merupakan masalah utama bagi DNB. Hal ini memaksa mereka untuk memprioritaskan investasi dalam teknologi anti-phishing ketimbang wilayah lainnya di Asia Pasifik - Jepang. Taktik phishing juga berevolusi. Dulunya taktik phishing hanya berbentuk serangan berbasis email, tapi sekarang sudah menyebar ke perangkat seluler dan platform media sosial. Oleh sebab itu, nilai investasi teknologi anti-phishing di wilayah ASEAN jauh lebih tinggi ketimbang wilayah lainnya di Asia Pasifik – Jepang.
Dalam mengatasi masalah kerumitan dan keamanan dalam perjalanan adopsi cloud, DNB di Asia akan mendapatkan wawasan untuk melihat masa depan bisnis mereka, apapun latar belakang dan tingkat kemapanan cloud mereka. Kini, teknologi cloud serta layanan berbasis API menjadi penopang bisnis digital modern sehingga memerlukan berbagai alat, keterampilan, dan mitra baru untuk menjamin kesuksesan adopsi juga implementasinya. (*)