Sentimen Stimulus dari China Berpotensi Dongkrak Saham PTBA, ADRO, dan LPPF
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan 30 September-4 Oktober 2024 diproyeksikan terpapar sejumlah sentimen. Investor dihimbau mencermati 2 sentimen utama pada pekan ini, yakni inflasi dan PMI (Purchasing Manufactur Index_ Indonesia serta pergerakan investor asing. Terkait sentimen inflasi dan PMI Indonesia, inflasi Indonesia diprediksi meningkat tipis ke 2,3% dan PMI diharapkan dapat kembali ke atas level 50 yaitu level ekspansif.
Community Lead PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Angga Septianus, menjelaskan pergerakan market dalam sepekan lalu (23-27 September 2024) terdampak 3 sentimen utama, yakni stimulus jumbo China, outflow investor asing di pasar saham dan rotasi ke China serta cukai rokok yang tidak naik pada 2025.
Bank sentral China atau People's Bank of China (PBoC) pada 24 September 2024 menerbitkan stimulus kebijakan moneter untuk menopang target pertumbuhan ekonomi. Stimulus tersebut mencakup penurunan suku bunga 7DRR menjadi 1,5% atau lebih rendah dari sebelumnya pada level 1,7%, penurunan giro wajib minimum perbankan sebesar 50 basis poin untuk meningkatkan likuiditas sebesar US$142 miliar dengan potensi penurunan lanjutan sebesar 25-50bp, US$114 miliar stimulus likuiditas untuk pasar saham dan relaksasi KPR senilai total US$5,2 triliun dan mempermudah aturan pembelian rumah kedua dengan penurunan uang muka atau DP menjadi 15% yang lebih rendah dari sebelumnya 25%.
"Bursa saham China dan Hong Kong mengalami lonjakan kenaikan setelah stimulus ini. Dampaknya ke Indonesia, jika ekonomi China membaik karena stimulus ini maka demand perdagangan akan kembali naik terutama untuk permintaan mineral logam. Alasannya jelas, China merupakan konsumen utama untuk komoditas dunia. China merupakan pangsa pasar ekspor terbesar dari Indonesia," tutur Angga pada risetnya di Jakarta, Senin (30/9/2024).
Dengan stimulus ini maka rotasi sektor mulai terjadi dari sektor perbankan ke sektor komoditas dan mineral logam seperti saham-saham MDKA, TINS, INCO, MBMA, ADRO, PTBA dan lain-lainnya.
Selanjutnya terkait sentimen outflow asing di IHSG dan rotasi ke China, investor asing mencatatkan aksi jual masif dan melakukan rotasi ke indeks di China dan Hong Kong. Asing mencatatkan penjualan sebesar Rp4,3 triliun selama pekan lalu dan mengurangi posisi di Indonesia, lalu berpotensi pindah ke China yang menerapkan stimulus jumbo tersebut. Tercatat asing melakukan penjualan terbesar di saham BBRI, BREN, BMRI dan BBCA.
Sementara itu, terkait sentimen cukai rokok yang tidak naik pada 2025, Direktur Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan, Askolani, menyatakan arah kebijakan cukai hasil tembakau (CHT) pada 2025 tidak akan melingkupi penyesuaian tarif cukai rokok, tetapi pemerintah akan mempertimbangkan kenaikan harga jual eceran (HJE) rokok di level industri.
Salah satu pertimbangan untuk tidak mengubah kebijakan CHT pada 2025 ialah terus munculnya fenomena down trading rokok, yakni fenomena yang terjadi ketika konsumen beralih pada produk rokok lebih murah.
"Emiten-emiten rokok HMSP GGRM dapat diuntungkan karena potensi beban COGS pita cukai rokok tidak mengalami kenaikan. Bukan rahasia lagi, beban pita cukai menjadi beban utama emiten rokok," jelas Angga.
Sementara itu terkait sentimen investor Asing, pergerakannya patut dipantau pada Senin, terutama 30 September merupakan penutupan kuartal ketiga dan biasanya akan terjadi rebalancing. "Kondisi market akan bagus apabila investor asing kembali mencatatkan aksi beli di saham-saham blue chip di Bursa Efek Indonesia pada Oktober pasca rebalancing di minggu terakhir September," ucap Angga..
Berpijak dari data tersebut, IPOT merekomendasikan 3 saham dan 1 Power Fund Series untuk trading di sepanjang pekan ini, yakni pada 30 September hingga 4 Oktober 2024;
1. Buy on breakout saham PTBA (support Rp3.040, resist Rp3.400). Sentimen stimulus jumbo China pada emiten PTBA masih sangat kuat. Harga batu bara terus membara pada akhir pekan lalu tertopang stimulus besar dari China untuk menghidupkan kembali pertumbuhan ekonomi negaranya. IPOT merekomendasikan entry buy on breakout di saham PTBA pada harga Rp3.040.
2. Buy saham ADRO (support Rp3.780, resist Rp4.160). Gebrakan China dengan meluncurkan paket stimulus untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi berdampak pada emiten di Indonesia, termasuk pergerakan saham ADRO. IPOT merekomendasikan entry buy ADRO di Rp3.910.
3. Buy saham LPPF (support Rp1.570, resist Rp1.750). Kembalinya aktivitas ekonomi dan biaya konsumsi yang akan lebih rendah karena suku bunga diturunkan menjadi sentimen positif untuk emiten ritel yang akan kembali boost konsumsi masyarakat secara overall.
4. Reksa Dana Premier ETF IDX High Dividend 20 (XIHD). Reksa dana Power Fund Series (PFS) yang merupakan inovasi reksa dana saham indeks, khususnya XIHD, layak dikoleksi di tengah koreksi saham big banks. BBRI memiliki porsi terbesar di sini dengan dividend yield yang atraktif ke depannya karena kinerja yang solid. Selain itu, saham-saham yang berdampak positif stimulus China seperti ADRO dan PTBA merupakan portofolio XIHD. (*)