Gadaikan Emas dan Aset di Pegadaian, Pengusaha dan UMKM Ini Tersokong Modal Usaha
Abdul Wahab mengggadaikan emas sebanyak 40 gram di 2015. Dia menjual asetnya untuk memperoleh dana tunai. “Saya gadai emas di Pegadaian Kebon Bawang, sekitar 40 gram, trus saya dapat dana cash untuk kebutuhan mendesak,” ujar Abdul ketika dihubungi melalui sambungan telepon oleh swa.co.id di Jakarta, Selasa (1/10./2024). Oh ya, Pegadaian di Kebon Bawang itu merupakan unit/cabang Pegadaian yang berlokasi di Kecamatan Tanjung Priok di Jakarta Utara.
Dul, demikian sapaan akrabnya, menggadaikan emas di Pegadaian Kebon Bawang lantaran direkomendasikan oleh sahabatnya. Waktu itu, Dul belum mengetahui gadai emas merupakan layanan yang tersedia di Pegadaian. Dia hanya mengetahui Pegadaian menyediakan layanan gadai barang-barang elektronik atau kendaraan bermotor.
Setelah menggadaikan emasnya itu, Dul melunasi cicilan yang dibayarnya ke Pegadaian selama 6 bulan. Setelah melunasi cicilan ini, dia kembali menggadaikan emasnya ketika membutuhkan dana tunai di tahun 2018. Jumlah emas yang digadaikan seperti gadai perdananya itu. Kali ini, Dul menggadaikan emas di Pegadaian, Mal Ambasador di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.
Lokasi unit Pegadaian ini hanya selemparan batu dari tempat kerja Dul. Waktu itu, Dul bekerja di salah satu bank swasta nasional. “Saya gadai emas 40 gram ke Pegadaian di Mal Ambasador. Saya dapat dana tunai dan digunakan untuk membangun rumah dan modal usaha. Proses pencairan dana sangat cepat dan mudah,” tutur lelaki yang berdomisili di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.
Dul, yang kini pengusaha dan pendiri PT Indotarma Jaya Perkasa (perusahaan jasa dan konsultan), melunasi cicilan ke Pegadaian Mal Ambasador selama 6 bulan. Setelah cicilan lunas, Dul kerapkali menggadaikan logam mulia miliknya ini. Pada 2023, misalnya, dia kembali menyambangi Pegadaian. Lagi-lagi, emasnya digadaikan agar memperoleh dana segar untuk modal usahanya itu.
Taktik sejenis dipraktikkan oleh Gumilar Rachdityo Mumpuni. Dia pada Februari 2024 menjaring modal usaha senilai Rp2 juta lantaran menggadaikan asetnya di Pegadaian Pondok Labu, Jakarta Selatan. Dana segar ini diperoleh Gumilar setelah menggadaikan kamera mirrorless bermerek Nikon. “Uang Rp2 juta untuk menambah modal usaha kuliner,” ujarnya. Usaha kuliner Gumilar berjenama Pawon Sidji. Bisnis kuliner ini dirintisnya pada masa pandemi Covid-19.
Gumilar menggadaikan asetnya di Pegadaian untuk memperoleh modal usaha dan menata arus kas (cash flow). Kebetulan, Gumilar pada Februari 2024 itu mendapatkan pemesanan batagor beku atau frozen food. Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) ini menghabiskan sebagian besar dari Rp2 juta itu untuk memproduksi batagor beku. Batagor ini menggunakan bahan berkualitas, yakni ikan tenggiri, udang dan bahan-bahan segar lainnya. Batagornya laris manis dibeli konsumen. Gumilar pada Maret 2024 membayar lunas cicilan di Pegadaian Pondok Labu itu.
Perempuan berhijab ini juga menggadaikan aset-asetnya untuk kegiatan produktif atau dana darurat untuk biaya kesehatan kelurga. Pada Januari tahun ini, misalnya, Gumilar menggadaikan cincin emas berlapis berlian ke Pegadaian di Pondok Labu. Dia memperoleh dana Rp1 juta. “Untuk dana darurat karena anak sedang sakit,” ujarnya mengisahkan. Anaknya pada 16 Januari 2024 dirawat inap di RS Brawijaya, Jakarta. Saat ini, anaknya sudah kembali bugar dan sehat.
Dia sejak 2020 menggadaikan perhiasan emas di Pegadaian. “Perhiasan emas, barang-barang elektronik dan kamera pernah saya gadaikan untuk mendapat dana tunai untuk modal usaha di masa pandemi Covid-19 di tahun 2020. Saya menggunakan uang dari gadai ini sebagai modal usaha berbisnis jilbab dan kuliner,” tutur Gumilar yang memperoleh pemutusan hubungan kerja (PHK) di salah satu perusahaan swasta pada Agustus 2020. Walau dia mendapat pesangon dari kantornya ini, Gumilar masih rajin menggadaikan asetnya di Pegadaian.
Dana dari hasil menggadaikan aset dan uang pesangon dikombinasikan sebagai modal usaha. Dia bersama suaminya berbisnis jilbab di platform digital yang berjenama unik.and.i (@unik.and.i) serta kuliner, Pawon Sidji dan Sidji Ramen. Cincin emas ada yang digadaikan di Pegadaian cabang Karang Tengah, Jakarta Selatan dan Cinere di Depok, Jawa barat.
”Saya mendapat pinjaman dari produk Gadai Syariah di Pegadaian Karang Tengah dan Cinere. Saya juga pernah gadai perhiasan dengan skema konvesional di Pegadaian cabang Cilandak dan Pondok Labu,” ucap Gumilar yang berdomisili di Cinere, Depok, Jawa Barat.
Dia mengatakan rutin menggadaikan asetnya di Pegadaian lantaran mudah mengakses jasa dan layanan di kantor cabang Pegadaian tersebut. Seringnya, Gumilar menggadaikan di Pegadaian Cinere. “Proses gadai mudah dan cepat,” imbuhnya
Komunikasi yang intensif antara Gumilar dengan staf Pegadaian di kantor itu merekatkan hubungan kedua belah pihak. “Hubungannya sangat kekeluargaan, khususnya yang di Cinere karena saya sering gadai perhiasan emas di sini. Petugasnya seringkali menawarkan pinjaman, misalnya KUR,” tuturnya seraya menyebutkan dirinya dijuluki Sobat Gadai lantaran sering menggadaikan asetnya di Pegadaian. Julukan Sobat Gadai juga dijabarkan oleh Dul. “Saya mendapat pesan di Whatsapp yang menyapa saya sebagai Sobat Gadai,” ujar Dul seraya berderai tawa.
Pelayanan Konsumen dan Diversifikasi Layanan
PT Pegadaian, anggota holding ultra mikro (UMi) dan anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), senantiasa memberikan layanan konsumen yang andal dan mengadopsi praktik bisnis termutakhir, diantaranya, menyodorkan melakukan digitalisasi, mengubah budaya kerja pegawai, mendiversifikasi produk, mengintegrasikan produk dan gerai dengan BUMN di holding UMi, menambah omnichannel , mengintegrasikan dan mengoptimalisasi aset, memperluas jangkauan layanan, hingga menambah produk untuk seluruh segmen.
BUMN gadai ini mengakselerasi transformasi yang dipicu sejumlah faktor, antara lain kompetisi bisnis gadai yang kian ketat lantaran semakin banyaknya perusahaan pegadaian swasta yang menggarap segmen gadai, adanya perusahaan teknologi finansial peer to peer lending , multifinance, dan bank syariah yang memberikan layanan sejenis Pegadaian.
Perusahaan yang berdiri sejak 1 April 1901 itu memperluas jangkauan layanan bersama anggota holding UMi, yakni PT Permodalan Nasional Madani (PNM). Pegadaian dan PNM membuka lokasi bersama (co -location ) untuk memberikan akses pelayanan terpadu sehingga masyarakat dapat menggunakan produk dan layanan ketiga perusahaan ini di satu tempat. Ini bagian dari sinergi holding UMi yang dinakhodai BRI.
Holding UMi ini mendorong Pegadaian untuk tancap gas di bisnis pembiayaan mikro lewat produk gadai maupun investasi di produk non gadai. Hal ini menyokong kinerja finansial perusahaan. Pegadaian pada 2023 mencetak laba bersih sebesar Rp4,38 triliun, tumbuh sebesar 32,7% jika dibandingkan tahun 2022 sebesar Rp3,30 triliun.
Performa yang positif ini didukung oleh peningkatan outstanding loan (OSL) tertinggi dalam 3 tahun terakhir yang pernah dihasilkan oleh Pegadaian, yaitu sebesar 14,4% atau menjadi Rp67,6 triliun dari Rp59,1 triliun di 2022.
Aset perusahaan turut melonjak sebesar 12,6%, atau menjadi Rp82,6 triliun dari Rp73,33 triliun. Tidak hanya itu, kualitas pembiayaan Pegadaian pun dinilai semakin sehat dengan adanya penurunan non performing loan/NPL yang signifikan atau turun menjadi 0,85% dari 1,2% di 2022.
Raihan ini menyokong ROA (return on asset) Pegadaian yang naik sebesar 5,6% dan ROE (return on equity) sebesar 14,33% serta rasio BOPO (beban operasional pendapatan operasional) terendah dalam beberapa tahun belakang, yaitu sebesar 66,10% pada 2023. "Jumlah nasabah Pegadaian sampai 31 Desember 2023 tercatat naik 9,7% dari 21,9 juta orang menjadi 24 juta orang,” ucap Damar Latri Setiawan, Direktur Utama Pegadaian, pada keterangan tertulisnya.
Lebih lanjut, Damar menjelaskan jumlah pengguna aplikasi Pegadaian Digital per 31 Desember 2023 sebanyak 6,5 juta user dengan volume transaksi sebesar Rp14,5 triliun, naik 72% dari tahun sebelumnya.
Kinerja apik Pegadaian itu berlanjut di tahun ini. Pegadaian pada semester I/2024 membukukan laba bersih senilai Rp2,9 triliun atau melonjak sebesar 37,9% jika dibandingkan periode yang sama tahun 2023 yang mencapai Rp2,11 triliun.
Laju bisnis Pegadaian semakin menunjukkan masa keemasannya setelah 123 tahun melayani masyarakat indonesia melalui berbagai produk dan program. Sebagai contoh, aset Pegadaian per Agustus tahun ini senilai Rp98,935 triliun. Pegadaian, yang dulunya bernama bernama Bank Van Leening ini, diprediksi mampu menorehkan aset senilai Rp100 triliun pada akhir tahun 2024.
Damar mengatakan pertumbuhan aset ini diharapkan dapat terus bertumbuh seiring dengan peningkatan kinerja Pegadaian di masa yang akan datang. “Pertumbuhan aset Pegadaian didorong oleh peningkatan penyaluran pinjaman, outstanding loan per 31 Agustus 2024 tercatat sebesar Rp81,846 triliun tumbuh 25,8% secara tahunan. Kami berharap aset ini dapat terus bertumbuh dan berkembang sejalan dengan peningkatan kinerja Pegadaian, apalagi sekarang kami sudah tergabung dalam holding ultra mikro. Ke depannya, semoga kinerja perusahaan terus meningkat dan semakin banyak masyarakat yang menerima manfaat dari Pegadaian, khususnya UMKM,” ujar Damar.
Gulirkan Transformasi
Pegadaian akan terus melakukan optimalisasi aset dan service excellence guna meningkatkan kinerja positif perusahaan yang berkelanjutan. "Termasuk penurunan NPL yang berhasil ditekan menjadi 0,93% per 31 Agustus 2024 dari 1,71% pada Agustus 2023 lalu, yang turut mendukung catatan kinerja positif perusahaan,” ucap Damar menjelaskan.
Pegadaian di tahun ini berkomitmen untuk selalu memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat dan menghasilkan kinerja terbaik dengan melebarkan sayapnya dalam mengembangkan ekosistem emas. Hal ini sejalan dengan semakin meningkatnya minat masyarakat untuk berinvestasi emas.
Ke depannya, Pegadaian memacu perannya sebagai agen inklusi keuangan yang mudah diakses masyarakat. BUMN ini juga menggencarkan peremajaan produk dan layanannya agar tetap relevan di bisnis gadai. Misalnya, Pegadaian Syariah yang produknya beragam, antara lain Gadai Emas Syariah, Pembiayaan Prosi Haji, Cicil Kendaraan, Cicil Emas, dan Pegadaian Remittance.
Pegadaian tetap ada di inti bisnis gadai, tetapi mendiversifikasi produk sesuai dengan kemajuan zaman saat ini. Kemudian, Pegadaian menyelaraskan dengan model bisnis BRI agar jangkauan semakin luas. Lalu, merambah bisnis lain yang sesuai dengan kemampuan. mencetak talenta terbaik dan menggulirkan belanja modal untuk pengembangan teknologi serta tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance/GCG).
Demi menyokong hal itu, Pegadaian menggelar program transformasi bertajuk G-5tar+ (G Star Plus) yang mencakup aspek Grow Core, Go Further, Grab New, Gen-Z Tech, Groom Talent, dan Good Governance & Culture.
Strategi transformasi ini diimplementasikan berkesinambungan untuk mencapai visi Pegadaian menjadi The Most Valuable Financial Company di Indonesia dan Agen Inklusi Keuangan Pilihan Utama Masyarakat di 2024.
”Ini adalah transformasi untuk long term sustainability. Ada dua hal dasar yang kami ubah, yakni culture dan digital. Digital melingkupi bisnis dan supporting,” ujar Damar kepada Majalah SWA, beberapa waktu lalu.
Pelan tapi pasti, transformasi itu menuai hasil. Dulu, insan Pegadaian cenderung pasif menangkap peluang bisnis. Kini, karyawan menjemput bola. Kemudian, tata ruang gerai dan kantor Pegadaian diremajakan. Yang tak kalah penting, kantor atau gerai itu memiliki kepala penjual, eksekutif pemasaran, dan tenaga penjual yang mahir mengolah data dan mengimplementasikan digitalisasi yang berdampak terhadap kinerja bisnis dan kualitas pelayanan konsumen.
Dari segi transformasi jaringan, kanal (channel) pelayanan dan penjualan telah berkembang menjadi omnichannel dari sebelumnya satu kanal saja. Dari segi transformasi produk, Pegadaian pada era sebelumnya hanya bisa menawarkan layanan gadai.
Sekarang, produk dan layanannya bermacam-macam. Misalnya saja Gadai Tabungan Emas, Gadai Efek, Gadai Harian, dan Gadai Express yang dijemput barangnya ke rumah. Ada juga produk non-gadai, seperti gold card, digital lending, cicil perhiasan, cicil kendaraan, dan KUR syariah.
Selanjutnya, terkait transformasi supporting, mayoritas karyawan Pegadaian, yakni 75-80% dari total jumlah pegawai adalah generasi milenial. Budaya hierarki telah sirna sehingga pergerakan karyawan lebih lincah untuk menyokong inovasi bisnis. Pegadaian menggunakan sistem Squad yang di dalamnya ada jabatan dan divisi.
Sebelum transformasi, nasabah Pegadaian adalah ibu-ibu rumah tangga dan nilai pinjamannya kecil. Setelah transformasi, produk dan layanan kami masuk ke semua kalangan dan masuk ke pembiayaan besar dengan rate bersaing, produknya beragam, sudah ada beragam fitur non-gadai dengan portofolio yang besar, melayani transaksi dan layanan secara digital, bunga pinjaman sangat fleksibel, dan pengunaan teknologi terkini.
Untuk mempermulus program transformasi di era selanjutnya, Pegadaian mencanangkan Sukseskan Transformasi di 2024. Jajaran direksi dan insan Pegadaian bertekad menggaungkan transformasi, mengasah budaya inovasi dan mengeksekusi program, serta mengintegrasikan sistem agar tujuan transformasi tercapai sesuai target. Komitmen ini terefleksikan dari penghargaan Indonesia Customer Service Quality Award 2023 dengan kategori Excellent yang diperoleh Pegadaian dari Majalah SWA. (*)