Tenun Manumean: Generasi Kedua Penerus Impian Sang Perintis
Berkunjung ke The Jakarta International Handicarft Trade Fair (Inacraft) 2024, belum lengkap rasanya jika tidak membungkus belanjaan kain tenun khas Nusantara. Ajang pameran terbesar se-Asia Tenggara ini, menyediakan area khusus bagi pencinta kain tenun yang berada di Zona Cendrawasih Hall, Jakarta Convention Center (JCC).
Pengunjung akan dibuat terpesona dengan berbagai booth UMKM berbagai daerah. Sebab tiap daerah memiliki balutan kecantikan tersendiri di setiap benang kain tenun. Salah satunya UMKM kain tenun asal Nusa Tenggara Timur, Manumean. Pengunjung dapat melihat langsung kain-kain tenun dari sejumlah kota di NTT, mulai dari Sumba, Flores, Ende, Alor hingga Belu.
CEO Manumean, Charles Mutanto, mengatakan mayoritas kain tenun yang paling banyak dibawa olehnya ke pameran INACRAFT adalah kain tenun khas Belu dari suku Mandeu, suku Marae, dan suku Kemat. Hal ini dilakukannya lantaran Charles berasal dari darah keturunan Belu, Atambua, NTT.
Adapun produk kain tenun paling laris diborong pembeli yakni kain Mandeu. Kain tersebut memiliki motif mirip seperti bendera berbentuk persegi dengan berbagai pola, lalu ditambah deretan motif bak gambar matahari. Kedua motif tersebut disusun selang-seling, berderetan menjuntai ke bawah.
Sementara itu, sisi kanan-kiri kain Mandeu berupa garis vertikal dengan berbagai macam warna. Kain Mandeu yang ditunjukkan oleh Charles, berwarna soft pale sehingga memberikan kesan lembut dan tenang.
“Filosofinya sebenarnya gambar-gambar ini berasal dari kehidupan sehari-hari. Apa yang mereka lihat, apa yang mereka rasakan, itu yang mereka tuangkan dalam gambar ini,” ujarnya, Rabu (2/10/2024).
Dalam proses produksi, Manumean menerima semua pengrajin dari mana saja yang bersedia menjual kain tenun buatannya. Mayoritas para pengrajin di NTT sudah memiliki keterampilan menenun kain secara turun-menurun dari nenek moyang. Mereka mengambil pewarna kain dari alam: dedaunan, kulit pohon hingga rumput laut. Dalam pencarian bahan pewarna alam, para pengrajin biasanya mencarinya ke hutan.
Sebagai generasi kedua, Charles meneruskan cita-cita almarhum sang ayah: terbang ke Jakarta, mengikuti pameran INACRAFT dan mengenalkan kain tenun khas Belu. UMKM Manumean, didirikan oleh sang ayah sejak tahun 80-an. Selain meneruskan cita-cita ayahnya, Charles memang menyukai karya seni sedari anak-anak.
Charles baru pertama kali mengikuti pameran INACRAFT pada tahun ini. Dia sangat senang bisa mengikuti pameran sebab bisa menjadi batu loncatan untuk bisa berekspansi ke Jakarta. Saat ini, Mandemeu hanya memiliki satu ritel kain tenun yang bercampur dengan toko kelontong di NTT—kampung halaman Charles.
“Ini salah satu media promosi juga. Mungkin orang-orang di Jakarta banyak wisatawan atau duta-duta besar dari luar negeri, mereka orang-orang yang menyukai seni itu banyak di Jakarta. Mereka datang ke sini (booth) walaupun tidak langsung membeli, setidaknya mereka sudah pernah mengunjungi tempat kami,” pungkasnya. (*)