Management

Sang Jagoan Industri Medical Tourism

Mount Elizabeth, salah satu brand papan atas milik IHH (www.medisata.com)

Dalam beberapa dekade terakhir, hospital tourism atau medical tourism telah menjadi fenomena global yang terus berkembang, terutama di kawasan Asia. Seperti derasnya arus sungai yang tidak terbendung, wisata medis ini menarik minat banyak orang, bukan hanya karena kualitas layanan kesehatan yang ditawarkan, tetapi juga karena harganya yang lebih terjangkau dibandingkan di negara asal pasien.

Apa sebenarnya hospital tourism atau medical tourism itu?

Istilah ini merujuk pada perjalanan seseorang ke luar negeri demi mendapatkan perawatan kesehatan berkualitas dengan biaya yang lebih bersahabat. Fenomena ini mencerminkan realita di mana kesehatan bukan hanya kebutuhan, tetapi juga bagian dari gaya hidup yang mendunia.

Peluang Wisata Medis

Bagi Pemerintah Indonesia, medical tourism menjadi isu krusial yang memancing reaksi kuat. Pada Rakernas Kesehatan di ICE BSD, Tangerang, 24 April 2024, Presiden Joko Widodo tak segan mengutarakan kegeramannya terhadap tren ini. "Ada 1 juta lebih warga negara kita berobat ke luar negeri, ke Singapura, Malaysia, Jepang, Amerika, Eropa," ujar beliau. "Dan kita kehilangan US$11,5 miliar, kalau dirupiahkan itu Rp180 triliun karena warga kita tidak mau berobat di dalam negeri.” Sebuah ironi di tengah usaha keras untuk meningkatkan layanan kesehatan domestik.

Pak Jokowi tidak keliru. Malaysia, Singapura, India, bahkan Turki kini menjadi destinasi favorit wisata medis. Mereka menawarkan layanan kesehatan berkualitas tinggi dengan harga yang kompetitif—bagaikan surga penyembuhan di negeri orang.

Ambil contoh Malaysia, khususnya Penang, yang menjadi salah satu pusat wisata medis terkemuka di Asia Tenggara. Penang, dengan jarak geografis yang dekat dan kesamaan budaya dengan Indonesia, telah menjadi pilihan utama pasien asal Indonesia. Kepala Penang Medical Tourism Centre (PMED) mencatat bahwa Penang menyumbang 54% dari total wisatawan medis internasional yang datang ke negara bagian itu, angka yang terus bertambah seiring pulihnya dunia pascapandemi COVID-19.

Pemain Besar dari Jiran

Dalam percakapan mengenai hospital tourism, ada satu nama yang bergaung kuat: IHH Healthcare. Grup rumah sakit swasta terbesar di Asia ini bergerak diam namun pasti, menempatkan dirinya di puncak industri hospital tourism dunia. IHH Healthcare bukan hanya menyediakan perawatan medis, tetapi juga pengalaman yang menenangkan—memberikan rasa aman layaknya berada di rumah, meski berada jauh di negeri orang.

IHH Healthcare Berhad berdiri tegak sebagai salah satu jaringan rumah sakit terbesar, tersebar di lebih dari sepuluh negara termasuk Malaysia, Singapura, India, dan Turki. Didirikan pada tahun 2012 di negeri jiran melalui inisiatif Khazanah Nasional, dana kekayaan negara Malaysia, IHH memulai langkahnya sebagai salah satu operator rumah sakit swasta terbesar di Asia. Selama lebih dari satu dekade, grup ini berkembang dengan cepat, menjadikan dirinya pemain utama dalam lanskap kesehatan global.

Kini, IHH Healthcare memiliki lebih dari 80 rumah sakit di 10 negara, dengan jaringan yang mencakup brand-brand kenamaan seperti Gleneagles, Pantai, Mount Elizabeth, dan Acibadem. Dalam kebisuan yang menenangkan, IHH berhasil menjadi rumah bagi mereka yang mencari harapan, menyeberangi batas negara demi kesehatan yang lebih baik. Sebuah pengingat bagi kita bahwa terkadang, jarak ribuan kilometer terasa begitu dekat ketika ada kesempatan untuk sembuh dan hidup lebih baik.

Jalan Akuisisi

Akuisisi adalah jalan yang ditempuh IHH untuk tumbuh, layaknya raksasa yang menjejakkan kakinya satu per satu, menguasai peta. Satu demi satu rumah sakit mereka caplok, membawa bendera IHH ke berbagai penjuru dunia. Langkah besar pertama terjadi pada tahun 2012, ketika IHH mengakuisisi rumah sakit Fortis di India — salah satu jaringan rumah sakit swasta terbesar di negara itu. Ini bukan sekadar transaksi; ini adalah pernyataan bahwa IHH tidak main-main dalam meraih posisi terdepan.

Perhatian dunia semakin tertuju pada IHH ketika mereka mengakuisisi Acibadem, jaringan rumah sakit terkemuka di Turki. Langkah ini memperkuat pijakan IHH di Eropa Timur dan Asia Barat, menegaskan ambisi mereka untuk menjadi pemain global dalam industri kesehatan. Bagai menebar sayap, IHH ingin menjangkau lebih jauh, merambah pasar yang sebelumnya belum banyak disentuh.

Langkah terbaru IHH dalam ekspansi adalah mengambil alih Island Hospital di Penang dengan nilai mencapai US$900 juta. Island Hospital, dengan kapasitas 600 tempat tidur dan lebih dari 80 spesialis, menjadi salah satu pusat medis terbesar di Penang. Akuisisi ini bukan sekadar investasi; ini adalah bukti nyata dari visi IHH untuk memperkuat eksistensi di jantung wisata medis Asia Tenggara.

"Island Hospital memungkinkan kami memperkuat posisi kepemimpinan kami di Penang dan meningkatkan partisipasi dalam sektor wisata medis Malaysia," ujar Ashok Pandit, Chief Corporate Officer IHH. Dengan langkah ini, IHH semakin mempertegas posisinya sebagai salah satu pemimpin industri hospital tourism di Asia, dengan Penang sebagai magnet bagi pasien dari berbagai negara, termasuk Indonesia.

Indonesia memang menjadi target yang utama, tapi bukan satu-satunya. Di balik ambisi besar itu, IHH juga menaruh perhatian pada negara-negara dengan pasar potensial seperti Vietnam. Kedua negara ini memiliki populasi besar dengan kebutuhan mendesak akan layanan kesehatan berkualitas. Pertumbuhan kelas menengah serta reformasi regulasi di Indonesia membuat pasar ini semakin menarik bagi IHH.

"Kami melihat Indonesia sebagai pasar yang sangat potensial, terutama karena reformasi regulasi yang memudahkan kepemilikan asing penuh di sektor kesehatan," kata CEO IHH, Prem Kumar Nair.

Namun, tidak cukup bagi IHH hanya untuk menjejak pasar baru. Mereka juga terus memperkuat keberadaan di pasar yang sudah ada. Seperti petani yang menyuburkan ladangnya, IHH terus menambah kapasitas tempat tidur di rumah sakit-rumah sakit yang sudah beroperasi, memanfaatkan infrastruktur yang sudah ada untuk mempercepat pengembalian investasi.

Penambahan kapasitas ini terutama dilakukan di pasar seperti India, di mana kebutuhan akan layanan kesehatan berkualitas sangat tinggi. "India adalah salah satu pasar yang sangat menarik bagi kami karena memiliki salah satu pasar kesehatan dengan pertumbuhan tercepat di dunia saat ini," jelas Nair. Di pasar ini, IHH tak hanya membangun, tetapi juga berinvestasi dalam harapan—memenuhi permintaan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan kelas menengah dan cakupan asuransi kesehatan yang semakin luas.

"Kami melihat banyak peluang di pasar yang ada, tetapi kami juga harus bersiap untuk memasuki pasar baru yang berkembang," Nair menambahkan. Dengan semangat seperti angin yang tak henti bertiup, IHH menegaskan bahwa pertumbuhan mereka bukan hanya soal jumlah, tetapi juga soal keberanian untuk merambah cakrawala baru dan melayani dengan sepenuh hati.

Kelincahan IHH dalam menghadapi dinamika industri adalah kisah tentang adaptasi, tentang memahami bagaimana angin bertiup dan menyesuaikan arah layar. Sektor wisata medis di Asia mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan setelah hantaman pandemi COVID-19 yang meluluhlantakkan berbagai industri.

Permintaan layanan medis internasional, yang sempat terjun bebas, kembali merangkak naik dan diperkirakan akan melampaui level sebelum pandemi. Manajemen IHH percaya bahwa permintaan ini akan terus tumbuh seiring dengan pemulihan ekonomi dan kemampuan pasien untuk kembali mencari layanan kesehatan di luar negeri.

Di tengah situasi pasca-COVID-19 yang kian membaik, IHH bergerak lincah, seperti penari yang gesit di panggung penuh kompetisi. Tapi ini bukan hanya karena situasi yang mulai pulih, melainkan lantaran persaingan di sektor wisata medis juga semakin sengit. Banyak pemain besar berlomba menarik pasien internasional, terutama dari negara-negara tetangga. KPJ Healthcare di Malaysia, Raffles Medical Group di Singapura, dan Ramsay Health Care di Australia, semua terjun dengan ambisi yang sama: memperluas basis pasien internasional dan menjadi rujukan dalam wisata medis.

Persaingan yang ketat ini menjadi pemantik bagi IHH untuk terus berinovasi dan memberikan layanan terbaik. Seperti bunga yang terus mekar di tengah musim yang tak menentu, IHH berusaha berada di garis depan. "Kami berusaha untuk terus berada di garis terdepan dalam memberikan layanan medis berkualitas tinggi dengan harga yang kompetitif," jelas Nair. Kata-kata ini adalah janji yang tak hanya diucapkan, tetapi diwujudkan dalam berbagai langkah konkret.

Investasi Teknologi

Dalam menghadapi persaingan yang ketat, IHH pun menempuh cara-cara strategis untuk memastikan jaringan rumah sakit mereka berada dalam kondisi terbaik. Salah satunya adalah berinvestasi dalam teknologi kesehatan, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari strategi mereka. Bersama Mitsui & Co., pemegang saham terbesar mereka, IHH berkolaborasi dalam menerapkan solusi teknologi untuk meningkatkan efisiensi pelayanan mulai dari diagnosis hingga perawatan pasca-operasi. Teknologi ini diharapkan mampu memberikan pengalaman pasien yang lebih baik dan menjadikan IHH tetap unggul di tengah persaingan.

"Kami berfokus pada bagaimana teknologi dapat membantu kami memberikan layanan yang lebih cepat dan tepat kepada pasien," ujar Nair. Teknologi ini bukan hanya tentang mesin dan perangkat keras, melainkan tentang memberikan harapan yang lebih cepat dan pasti bagi pasien. Inisiatif ini meningkatkan efisiensi operasional dan memastikan hasil perawatan yang lebih baik—sebuah langkah untuk merangkul masa depan.

Namun, di balik peluang besar, ada tantangan yang harus dihadapi. Negara-negara seperti Indonesia mulai membangun kemandirian di sektor kesehatan, dengan fokus untuk mengurangi ketergantungan terhadap layanan medis luar negeri. Presiden Jokowi bahkan telah mengumumkan pembangunan Rumah Sakit Internasional di Bali untuk mengurangi arus pasien yang lebih memilih berobat ke luar negeri. Tantangan ini ibarat gelombang besar yang harus dijinakkan oleh IHH.

"Indonesia memang harus mengurus populasi besar mereka, tetapi selalu ada sekelompok orang yang membutuhkan perawatan yang lebih canggih dan ingin memiliki pilihan untuk pergi ke luar negeri," kata Lim Kooi Ling, Chief of Staff Island Hospital dengan keyakinan yang teguh. Ini menunjukkan bahwa IHH harus terus berinovasi dan meningkatkan kualitas layanan agar tetap menjadi pilihan utama bagi pasien internasional.

Memandang ke depan, masa depan IHH di industri hospital tourism tampak sangat menjanjikan. Dengan strategi yang berfokus pada ekspansi melalui akuisisi, peningkatan kapasitas layanan, serta investasi dalam teknologi kesehatan, IHH siap untuk terus memimpin industri ini. Pemulihan ekonomi pascapandemi dan peningkatan permintaan layanan medis berkualitas adalah peluang besar yang menanti untuk dijemput.

"Kami optimistis dengan masa depan hospital tourism di Asia dan berkomitmen untuk memberikan layanan kesehatan terbaik bagi pasien kami," tutup Nair dengan penuh keyakinan. (*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved