Profile

Social Entrepreneur Asal Kebumen Ini Mendunia Berkat Aksi Filantropi

Muhamad Erfan Apriyanto, Pendiri dan Pemilik Indonesia Maju Foundation (IMF) sebagai holding yang menanungi PT Visi Indonesia Maju, PT Akselerasi Indonesia Maju, PT Tujuan Pembangunan Indonesia. (Foto: Istimewa)

Nama Muhamad Erfan Apriyanto belakangan menjadi buah bibir masyarakat atas gagasannya yang cemerlang. Pertama, terkait Keputusan Pemerintah Indonesia yang memulai riset, uji coba, dan produksi vaksin HPV pertama, hasil kolaborasi Konsorsium Universitas Pertahanan, Indonesia Maju Foundation (IMF), dan Nusantics. Proyek ini digagas karena keresahan akan meningkatnya prevalensi kematian wanita akibat kanker serviks selama satu dekade terakhir. Ya, Erfan adalah inisiator dari kerja sama multipihak tersebut.

Kedua, tahun 2025, Indonesia akan mulai menerapkan cukai minuman berpemanis atau MBDK, yang ditujukan sebagai upaya menekan pertumbuhan baru penderita diabetes di kalangan muda. Kebijakan ini menyusul langkah negara-negara seperti Malaysia, Thailand, Filipina, hingga Singapura yang lebih dahulu menerapkannya.

Lagi-lagi Erfan adalah sosok penggagas penerapan cukai minuman berpemanis tersebut dengan beberapa pihak terkait. Isu kesehatan tersebut merupakan hasil dari pemikiran Indonesia Maju Foundation (IMF), yang secara internasional juga terdaftar di NATO.

Indonesia Maju Foundation adalah Yayasan yang didirikan dan dimiliki oleh Erfan. Dia mengibarkan bendera Indonesia Maju Foundation (IMF) sebagai badan hukum induk yang menanungi PT Visi Indonesia Maju, PT Akselerasi Indonesia Maju, PT Tujuan Pembangunan Indonesia serta Yayasan Pusat Strategi dan Akselerasi Pembangunan Indonesia Maju.

Setelah cukup lama berkecimpung di dunia bisnis, Erfan ingin memberikan sumbangsih dan perhatian khusus bagi kegiatan sosial atau filantropi. Untuk itu, dia banyak memberi kontribusi bagi bangsa Indonesia dengan membangun kawasan Indonesia Timur agar dapat #MerdekaAir dalam arti sesungguhnya.

Dia kerap menyematkan tagar #MembangunTanpaAPBN sebagai bentuk sindiran atas ketidakmampuan pemerintah menyelesaikan masalah vital di tengah masyarakat yang amat membutuhkan.

Langkah filantropi itu ditunjukkan Erfan dengan melakukan beberapa kerja sama strategis bersama sejumlah mitra baik di bidang kesehatan, pertanian, hingga energi terbarukan.

Pengusaha muda kelahiran Kebumen, Jawa Tengah tahun 1995 ini menekuni banyak bidang industri. Ini sejalan dengan latarbelakang pendidikanya bidang teknik industri. Dia juga sering diundang sebagai seorang juri dan mentor dalam beberapa program nasional yang diselenggarakan oleh Kementerian seperti Kemenparekraf, Kemenperin dan Kemendag.

Dalam bidang digital, dia meraih gelar Master Big Data dari salah satu kampus di Amerika Serikat dan mengantongi Sertifikat Master Black Belt untuk Six Sigma di industri manufaktur.

Namun, di balik ketajaman insting bisnisnya, Erfan juga seorang filantropi yang kerap satu panggung dengan lembaga filantropi asing, seperti Rockefeller Foundation hingga Rothschild Foundation sebagaimana ketika dia menghadiri COP 28 di Dubai tahun 2023 yang membahas isu perubahan iklim. Melalui Indonesia Maju Foundation, dia telah membuktikan dirinya bahwa memiliki kepedulian terhadap isu lingkungan, perubahan iklim dan kepemudaan.

Erfan lahir dan dibesarkan seorang diri oleh ibunya. “Saya lahir kembar, tapi tak lama kemudian ayah meninggal karena komplikasi gagal ginjal dan jantung. Setelah itu, ibu mengajak kami pindah ke Jakarta. Masa kecil kami penuh keprihatinan,” ujar Erfan sebagaimana dikutip dari halaman media sosialnya.

Meski demikian, dia merasa beruntung karena sejak SD hingga jenjang universitas, selalu mendapatkan beasiswa karena prestasinya. Dia pernah menjuarai MTQ dan beberapa olimpiade, seperti bidang Kimia, Astronomi, Matematika dan Komputer saat SMP dan SMA.

Wajar, jika sejak SMA dia sudah bisa mandiri dan membiayai dirinya sendiri hingga sarjana. Erfan memulai bisnis pertamanya dengan mendirikan usaha saat umur 18 tahun bersama sejumlah teman. Meski akhirnya usaha itu bubar, hal itu menjadikan dia belajar lebih untuk mengelola badan usaha secara akuntabel. Ini terbukti ketika tahun 2015 lalu, dia dipercaya menjadi pembicara dalam Asia Pacific Business Forum (APBF) di United Nations ESCAP.

Pria yang memiliki prinsip hidup “Buy the futures, with the present value” ini bercerita, sejatinya ketika kecil, dia diadopsi oleh seorang Direktur Utama Bank BUMN sejak 1998 karena keterbatasan ekonomi sang ibu dan kala itu Indonesia didera krisis ekonomi, sehingga memaksa keadaan tersebut.

Ketika beranjak dewasa dan mulai sanggup mandiri, di usia 16 tahun Erfan memutuskan hijrah ke Bandung untuk menempuh pendidikan. Awalnya dia kuliah di ITB, karena tidak sanggup melanjutkan, dia pindah ke Telkom University Bandung jurusan Teknik Industri, dan justru membuatnya makin mengasah kemampuan diri hingga piawai di lintas industri.

Saat kuliah, selain berkongsi bisnis dengan kawannya, dia juga mendirikan yayasan pertamanya di mana sejak saat itu dia mulai membantu anak-anak terlantar di pinggirian Kabupaten Bandung hingga akhirnya dia membuat asrama dan sekolah PAUD. Sikap sosial itulah yang mengantarkannya diundang oleh Perserikatan Bangsa Bangsa untuk menceritakan kisahnya di podium internasional. (*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved