Satu Dekade Gerai Maritim, Seberapa Besar Pengaruhnya Ke Logistik Nasional?
Program Gerai Maritim adalah salah satu gagasan dari Kementerian Perdagangan untuk memperkuat koneksi antar logistik nasional baik itu ke daerah terpencil, terluar maupun perbatasan. Tujuannya untuk menjaga ketersediaan barang, mengurangi fluktuasi harga antarwaktu, memperkecil disparitas harga antarwilayah, serta meningkatkan kelancaran arus barang.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Moga Simatupang, dalam satu dekade terakhir (2015-2024), Gerai Maritim mampu menurunkan harga barang di luar Pulau Jawa secara nilai koefisien variasi harga bapok antarwaktu dan antarwilayah. Terbukti pada koefisien variabel antarwaktu menunjukkan stabilitas harga bapok semakin baik, terindikasi dari angka koefisien variabel antarwaktu yang terus menurun dari 6,3 pada 2015 menjadi 3,23 pada Triwulan II 2024. Di periode yang sama pula, koefisien variasi antarwilayah yang terus turun dari 14,02 pada 2015 menjadi 10,15.
Moga mengungkapkan bila prestasi kinerja Gerai Maritim berkat pertumbuhan jumlah trayek tol laut dan jembatan udara. Pada 2015, tol laut diluncurkan dengan enam trayek. Kini, pada 2024, tol laut tercatat memiliki 39 trayek yang tersebar ke Indonesia Barat, Tengah, dan Timur. Sementara itu, sejak 2017, jembatan udara memiliki 13 rute dan pada 2024 sudah mencapai 45 rute.
Dalam penggunaan tol laut, Moga menjelaskan terjadi penurunan harga tertinggi pada jenis bapok cabai rawit (21,43%), bawang merah (18,21%), dan ikan segar bandeng (15,37%). “Harga barang bapok yang dilalui jembatan udara, tren penurunannya konsisten seperti beras medium 30,32%, minyak goreng 28,35%, dan gula 28,26%,” tuturnya dalam siaran pers, Selasa (8/10/2024). (*)