Kata Analis Mirae Asset Soal Kabar Akuisisi Bukalapak oleh Temu: Ideal!

Marketplace asal China Temu dikabarkan akan masuk pasar Indonesia dengan strategi akuisisi e-commerce Bukalapak (BUKA). Meski manajemen Bukalapak sudah membantah kabar ini, namun analis menilai bahwa ini merupakan langkah yang ideal bagi Temu masuk Indonesia.

Kabar akuisisi tersebut juga direspons positif oleh pasar, di mana pada perdagangan sesi I hari Senin (7/10/2024) saham BUKA melambung 25,22 persen ke Rp144 per saham. Nilai transaksi tercatat mencapai Rp205,38 miliar dan volume perdagangan 1,52 miliar saham.

“Kenaikan harga saham BUKA yang terjadi baru-baru ini mencerminkan sentimen pasar yang positif seputar potensi akuisisi. Dari segi penilaian, kapitalisasi pasar (Rp14.9 triliun) diperdagangkan di bawah total uang tunai yang dimiliki (Rp18.6 triliun). Kami yakin BUKA kemungkinan akan meminta lebih dari nilai tunainya jika kesepakatan ingin dicapai oleh SELURUH entitas Bukalapak,” kata Senior Equity Research Analyst Mirae Asset, Christopher Rusli, Rabu (9/10/2024).

Dia menilai BUKA merupakan target akuisisi yang ideal bagi Temu karena kehadirannya yang kuat di wilayah tier 2 Indonesia, keselarasan dengan rangkaian produk Temu, dan potensi untuk merevitalisasi segmen pasarnya akan memberikan insentif bagi BUKA untuk melakukan hal tersebut.

“Namun, kami yakin Temu kemungkinan besar hanya tertarik pada segmen marketplace Bukalapak, karena aset mereka yang lain tidak relevan. Mendivestasi pasar saja akan menguntungkan kedua belah pihak, membuat penilaian berdasarkan pasar saja dan bukan keseluruhan ekosistem,” ucapnya.

Penilaian Mirae Asset terhadap bisnis marketplace dan O2O Bukalapak, dengan menggunakan model DCF 10 tahun, menghasilkan nilai perusahaan sebesar Rp1,68 triliun dan nilai ekuitas sebesar Rp14,4 triliun.

Setelah disesuaikan dengan kas dan utang, penilaian tersebut menyiratkan EV/Pendapatan sebesar 0,34x untuk full year 2024, jauh lebih rendah dibandingkan perusahaan sejenis di dunia yang sebesar 0,92x setelah diskon.

“Karena potensi akuisisi masih bersifat spekulatif, maka realisasinya diperlukan untuk menilai nilai sebenarnya. Jika berhasil, hal ini dapat merevitalisasi Bukalapak, menawarkan stabilitas dan sentimen positif yang sangat dibutuhkan setelah perubahan manajemen dan hasil kinerja kuartal II/2024 yang mengecewakan,” ujar Rusli. (*)

# Tag