Tips dari Pertamina Agar Gen Z Mematahkan Stigma dan Menerima Realita

Generasi Z, alias Gen Z, perlahan mulai mendominasi dunia kerja. Mereka, yang lahir di medio 1997-2012, tumbuh dalam era digital. Banyak ide segar, perspektif baru, serta keterampilan unik yang mengisi ruang-ruang kerja. Kendati demikian, banyak stigma yang melekat pada Gen Z. Generasi yang melek teknologi ini punya sejumlah karakter khas. Mereka dikenal sebagai generasi stroberi (buah merah yang cantik tapi rapuh), yang sangat sensitif dengan tekanan dunia luar.

Anak-anak Gen Z menganggap kesehatan mental dan keseimbangan kerja-hidup sehari-hari sebagai prioritas utama. ‘’Mereka bahkan terbiasa melakukan self diagnosed yang tidak pernah dilakukan oleh generasi sebelumnya,” tutur Dr. Mira Tripuspita S. Psi., M. Comm (HRM), praktisi psikolog klinis dan VP Business Support di Pertamina Subholding Upstream Regional Jawa pada keterangan tertulis yang diterima swa.co.id di Jakarta, Rabu (9/10/2024).

‘’Ini mitos atau fakta?” tanya Mira kepada mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) pada sesi diskusi bertajuk 'Gen Z: Ambisi vs Kesehatan Mental', yang diselenggarakan Pertamina Subholding Upstream Regional Jawa dan ITS di Auditorium Research Center, Kampus ITS, Surabaya, Jawa Timur. ‘’Seringkali Gen Z berpikir kurang jauh,” lanjut Mira.

Punya ambisi untuk memiliki rumah, misalnya, tapi enggan melakukan investasi. Mayoritas Gen Z berperilaku konsumtif, rutin menyambangi warung kopi untuk nongkrong. Ada pula wishlist negara yang wajib dikunjungi. Bahkan menurut penelitian, 75% Gen Z sudah memiliki setidaknya 1 tiket konser untuk 6 bulan ke depan. Semua dengan alasan demi healing, merilis stres.

Konsep FOMO (Fear of Missing Out/ketakutan akan ketertinggalan), YOLO (You Only Live Once/ hidup hanya sekali), dan FOPO (Fear of People Opinion/ketakutan terhadap pendapat orang lain) mendukung seluruh ambisi itu. Belum lagi desakan media sosial yang dikonsumsi setiap waktu. Pesan dari influencer menjadi kiblat dalam mengambil keputusan, termasuk ajakan menjadi diri sendiri dan apa adanya dalam proses melamar pekerjaan. ‘’Oke banget punya ambisi, tapi perlu check in dengan realita untuk menghindari stres. Fokus pada apa yang bisa kita kendalikan,” pesan Mira.

Deretan karakter itu diungkap Mira dalam diskusi interaktif dengan mahasiswa. Kesempatan ini menjadi momen berharga bagi mahasiswa ITS lintas jurusan. Pasalnya, Mira sekaligus membuka tips untuk bisa bekerja di Pertamina. ‘’IPK minimal 3. Nggak usah berlebihan atau sampai stres. Pahami betul terkait perusahaan yang dilamar, mampu berkomunikasi baik, memiliki adab, keinginan kuat atau ketertarikan tinggi untuk bekerja di perusahaan, dan punya kompetensi yang menunjang posisi,” paparnya.

Pada 2023, jumlah pendaftar sebanyak 36 ribu orang di Pertamina Hulu Energi, anak perusahaan Pertamina yang mengelola sektor hulu migas. Hanya 100 pelamar dari jumlah total pendaftar itu yang berhasil lolos seleksi (*).

# Tag