Management

Kutus Kutus ke Sanga Sanga: Evolusi Minyak Herbal Legendaris

Setelah menutup cerita Kutus Kutus, Babe dan istrinya, Rifa, kini mengembangkan merek baru: Sanga Sanga (Foto: Bayu/SWA)

Bambang Pranoto, yang lebih dikenal dengan sapaan Babe, adalah sosok yang dikenal luas sebagai pendiri Kutus Kutus, sebuah merek minyak herbal yang telah meraih sukses besar. Akan tetapi, perjalanan panjangnya menuju keberhasilan dipenuhi dengan lika-liku, termasuk berbagai pengkhianatan dan tantangan internal yang hampir membuatnya menyerah.

Namun, semangat pantang menyerah yang terus dipeliharanya, bersama dengan dukungan istrinya, Rifa, membantunya mengatasi semua rintangan dan membangun ulang bisnis yang kini telah berevolusi menjadi merek baru, Sanga Sanga.

Semua berawal pada tahun 2011, ketika Bambang menderita kelumpuhan dan mencari cara untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Ia terinspirasi oleh ajaran Timur yang menekankan kemampuan tubuh untuk sembuh secara alami. Dengan keyakinan bahwa manusia memiliki potensi besar dalam dirinya, Bambang mulai meracik minyak herbal dari bahan-bahan alami.

Pada saat itu, ia tidak memiliki niat untuk menjual minyak tersebut. Minyak yang ia buat awalnya hanya untuk konsumsi pribadi, dengan tujuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri dari kelumpuhan. Setelah tiga bulan penggunaan, ia merasakan hasil yang luar biasa, dan tubuhnya mulai pulih.

Meski pada awalnya tidak ada niat untuk mengkomersialkan minyak herbal tersebut, teman-teman Bambang yang mendengar kesembuhannya mulai tertarik mencoba. Mereka yang datang berkunjung ke Bali diberikan minyak tersebut sebagai oleh-oleh, dan tak lama kemudian, mereka kembali dengan cerita kesembuhan serupa.

Minyak ini mulai menarik perhatian lebih banyak orang, dan permintaan pun meningkat. Bambang pun mulai melihat peluang bisnis dari minyak racikannya, meski pasar untuk minyak herbal saat itu belum sebesar sekarang. Keyakinan bahwa produk ini memiliki potensi besar tumbuh seiring dengan banyaknya testimoni positif dari orang-orang di sekelilingnya.

Tantangan pertama yang dihadapi Bambang adalah ketika ia memproduksi 500 botol minyak, namun penjualannya berjalan sangat lambat. Meski demikian, ia tidak menyerah. Justru saat itulah ia menyadari pentingnya kemasan dan presentasi produk.

Bambang melakukan terobosan dengan memperbaiki kemasan minyak Kutus Kutus, yang akhirnya menarik minat lebih banyak konsumen. Ia belajar bahwa kemasan yang menarik dapat memberi kesan yang baik pada produk, meningkatkan daya jual, dan memperluas pasar.

Perjalanan bisnis Bambang tidak lepas dari cobaan. Salah satu tantangan terbesar adalah pengkhianatan dari orang-orang terdekatnya. Beberapa mitra bisnis dan bahkan karyawan yang telah dipercaya, terlibat dalam penyelewengan keuangan dan tindakan tidak etis lainnya. Situasi ini semakin memburuk ketika pada tahun 2021, Bambang kehilangan istrinya yang telah mendampingi sejak awal berdirinya bisnis. Kehilangan ini sangat memukulnya, dan ia sempat merasa putus asa.

Namun, di tengah keputusasaan tersebut, Bambang memilih untuk bangkit. Ia percaya bahwa setiap masalah adalah peluang yang tertunda. Salah satu titik balik dalam hidupnya adalah pertemuannya dengan Rifa Efranti, seorang pengguna setia Kutus Kutus.

Rifa tidak hanya menjadi istri keduanya, tetapi juga mengambil alih peran penting dalam manajemen perusahaan. Dengan latar belakang sebagai manajer operasional di Bank BRI, Rifa membawa pendekatan manajerial yang lebih terstruktur, yang membantu Bambang dalam memulihkan kepercayaan dan membangun kembali bisnis yang sempat goyah.

Pada tahun 2022, setelah berhasil mengatasi berbagai masalah internal dan eksternal, termasuk pemalsuan produk di pasar, Bambang memutuskan untuk mentransformasi Kutus Kutus menjadi Kutus Kutus Aksara Bali. Transformasi ini juga diikuti dengan peluncuran merek baru, Sanga Sanga, yang diposisikan sebagai produk premium. Transformasi ini bukan hanya langkah untuk melindungi merek dari pemalsuan, tetapi juga untuk menghadirkan inovasi baru di pasar minyak herbal.

Bambang memandang transformasi ini sebagai pencapaian besar dalam perjalanan bisnisnya. Setelah 10 tahun berjuang, ia berhasil menjual lebih dari 50 juta botol Kutus Kutus. Namun, pencapaian terbesar yang dirasakannya bukan sekadar angka penjualan, melainkan kemampuannya untuk bangkit dari keterpurukan, mempertahankan integritas bisnis, dan terus melangkah maju meski dihadapkan pada berbagai cobaan.

Nasihat yang selalu diberikan Bambang kepada para calon pengusaha adalah untuk tetap teguh menghadapi tantangan. "Masalah adalah peluang yang tertunda," katanya dalam acara BizzComm Podcast.

Dalam siniar kerjasama SWA dengan LSPR Faculty of Business itu ia meyakini bahwa setiap masalah yang dihadapi dalam bisnis adalah kesempatan untuk naik kelas, dan tanpa masalah, tidak ada pertumbuhan atau kesuksesan yang dapat diraih.

Dengan bantuan Rifa, Bambang mulai memperbaiki banyak aspek dalam manajemen perusahaannya. Rifa melakukan audit besar-besaran dan menemukan berbagai kejanggalan dalam pengelolaan keuangan perusahaan.

Dari sinilah, berbagai pembenahan dilakukan, termasuk efisiensi biaya dan pengelolaan sumber daya yang lebih baik. Dalam waktu yang relatif singkat, Rifa berhasil mengembalikan stabilitas finansial perusahaan dan membuka jalan bagi inovasi produk baru.

Tak hanya fokus pada rebranding, di bawah bendera Sanga Sanga, Bambang dan Rifa meluncurkan 20 produk baru yang terdiri dari sabun, kosmetik, hingga skincare berbasis herbal. Inovasi ini menunjukkan bahwa Bambang tidak hanya beradaptasi dengan perubahan, tetapi juga terus mengembangkan bisnisnya agar tetap relevan di pasar yang semakin kompetitif.

Kisah Bambang Pranoto dalam membangun Kutus Kutus dan kemudian mentransformasinya menjadi Sanga Sanga adalah contoh nyata bagaimana semangat pantang menyerah dan kemauan untuk terus belajar dari kesalahan dapat membawa kesuksesan besar.

Meski sempat mengalami pengkhianatan dan kehilangan, Bambang tidak membiarkan hal tersebut menghalangi visinya. Bersama Rifa, ia membuktikan bahwa kesuksesan tidak hanya soal bertahan di tengah masalah, tetapi juga soal bagaimana memanfaatkan setiap tantangan sebagai kesempatan untuk tumbuh lebih baik.

Di akhir perjalanannya, Bambang menekankan pentingnya sikap eling lan waspodo, selalu waspada dan siap menghadapi segala kemungkinan. Baginya, dunia bisnis penuh dengan ketidakpastian, namun dengan kesiapan mental dan strategi yang tepat, setiap masalah dapat menjadi pijakan menuju kesuksesan yang lebih besar. (*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved