Kenalkan: ZUS Coffee, Jagoan Kopi dari Malaysia

Kedai Kopi ZUS Coffee di Binjai 8. Di sinilah semua bermula. (thestar.com.my)

Akhir tahun 2019. Di sudut sebuah kedai kopi kecil di Binjai 8, kawasan KLCC (Kuala Lumpur City Center), secangkir kopi yang dituang, bukan lagi sekadar minuman hangat nan nikmat. Di balik uapnya, ada percikan semangat yang membara dari delapan anak muda yang berbagi mimpi besar. Dari percikan inilah, ZUS Coffee lahir — sebuah gagasan yang ingin melampaui sekadar menyajikan kopi kepada konsumennya.

Ya, di penghujung tahun itu, ZUS Coffee dihadirkan dengan satu keyakinan sederhana namun kuat: kopi tidak seharusnya menjadi barang mewah. Seperti impian-impian besar yang bisa dimiliki oleh siapa pun, kopi seharusnya dapat dinikmati oleh semua kalangan.

Dengan semangat tersebut, kedelapan anak muda itu ingin mengubah cara pandang masyarakat terhadap kopi berkualitas — bahwa secangkir kopi premium seharusnya dapat diakses siapa saja, mulai dari mahasiswa yang butuh dorongan semangat larut malam hingga para profesional yang mencari momen istirahat di tengah kesibukan. Mereka terinspirasi oleh pertumbuhan pesat Luckin Coffee di Cina.

Luckin Coffee adalah perusahaan kedai kopi asal Cina yang berdiri pada 2017. Perusahaan ini tumbuh dengan cepat dan menjadi salah satu pesaing utama Starbucks di pasar kopi Tiongkok.

Slogan "kopi bukan kemewahan, tapi kebutuhan" menjadi misi anak-anak muda di Binjai 8. ZUS Coffee muncul untuk menantang norma yang telah lama melekat, di mana kopi premium sering kali diasosiasikan dengan kemewahan dan status sosial. Mereka ingin meruntuhkan tembok tersebut dengan menawarkan kopi berkualitas tinggi yang terjangkau semua orang.

"Kopi telah menjadi simbol status dan gaya hidup," kata Venon Tian, salah seorang pendiri, yang juga menjadi COO ZUS Coffee. Ia menjelaskan bagaimana mereka ingin menangkap tren ini, menargetkan segmen pasar yang belum tersentuh oleh pemain besar seperti Starbucks. Mereka menawarkan produk yang sama berkualitasnya, namun dengan harga yang lebih bersahabat. Ini adalah strategi yang tidak hanya membedakan ZUS Coffee, tetapi juga diharapkan bisa menarik konsumen Malaysia.

Seperti banyak perusahaan ritel di Asia Tenggara, ZUS melihat kelas menengah bisa menghabiskan antara US$20 hingga US$120 per hari, dan kemungkinan besar adalah milenial atau Gen Z. Generasi ini memiliki potensi pengeluaran yang besar di negara dengan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita sekitar US$13.000 per tahun, menurut IMF.

Menurut World Data Lab, sebuah lembaga riset konsumen, kedua generasi ini akan menyumbang US$131 miliar, atau 52 persen, dari perkiraan total pengeluaran konsumen Malaysia yang sebesar US$252 miliar tahun ini. Pada tahun 2030, diperkirakan mereka akan menghabiskan $184 miliar per tahun. Ini nilai yang tidak kecil.

Maka dari sebuah kiosk kecil di Binjai 8 (luas 18 meter persegi) dan modal awal sebesar 300.000 ringgit (sekitar Rp1,09 milair), depalan anak muda ini pun memulai perjalanan yang tiada disangka, di kemudian hari menorehkan jejak besar dalam industri kopi Malaysia.

Game Changer di Tengah COVID-19

Ian Chua dan Venon Tian, dua sosok di balik berdirinya ZUS Coffee, membawa pandangan yang berbeda namun saling melengkapi dalam membangun bisnis. Ian Chua, seorang visioner yang sebelumnya sukses dengan Hermo, platform e-commerce kecantikan, membawa semangat inovasi digital dan efisiensi teknologi ke dalam ZUS Coffee. Di sisi lain, Venon Tian, yang berlatar belakang hukum dengan jiwa bisnis yang kuat, memahami pentingnya struktur dan ketekunan dalam menjalankan setiap langkah strategis.

Venon Tian (kiri) dan Ian Chua (ey.com)

Bersama enam pendiri lainnya, mereka merumuskan filosofi ZUS Coffee yang sederhana namun ambisius: menghadirkan kopi berkualitas tinggi yang dapat dijangkau oleh semua kalangan, tanpa mengorbankan rasa maupun pengalaman. Namun, mengubah konsep ini menjadi kenyataan bukanlah hal yang mudah. Mengapa?

Mereka mendirikan ZUS Coffee di tengah dunia yang dilanda ketidakpastian, terutama saat pandemi COVID-19 melanda tak lama setelah kedai kopi diluncurkan. Namun yang menarik, di saat pandemi memukul keras berbagai industri, termasuk bisnis kopi, ZUS Coffee justru memanfaatkan momen krisis ini untuk beradaptasi dan memperkuat posisinya. Saat banyak bisnis terpuruk, ZUS Coffee mengambil langkah strategis dengan mengintegrasikan teknologi sebagai inti dari operasional mereka. Caranya?

Mereka segera meluncurkan aplikasi seluler yang memungkinkan pelanggan memesan kopi dari rumah. Aplikasi ini bukan sekadar alat pemesanan, tetapi sebuah platform yang memberikan pengalaman yang dipersonalisasi, sesuai dengan kebutuhan dan preferensi pelanggan.

Siapa sangka, langkah ini menjadi game-changer. Aplikasi ZUS Coffee tidak hanya memudahkan pemesanan, tetapi juga menjadi alat cerdas untuk mengumpulkan data tentang kebiasaan pelanggan. Data tersebut digunakan untuk terus menyempurnakan produk dan menghadirkan variasi minuman baru yang lebih relevan dengan pasar. Seperti yang diungkapkan Venon Tian, "Setiap keputusan kami didasarkan pada data."

Namun, perjalanan ini tidak tanpa tantangan. Di masa-masa awal, ZUS Coffee menghadapi kesulitan dalam mengubah kebiasaan masyarakat Malaysia yang lebih terbiasa memesan kopi langsung di kedai. Adaptasi ke pemesanan online bukanlah hal yang mudah diterima semua orang.

Akan tetapi, keyakinan Ian dan Venon bahwa masa depan bisnis adalah digital memberi mereka keberanian untuk terus maju. Mereka percaya bahwa dengan pendekatan yang tepat, masyarakat akan mulai mengutamakan kenyamanan yang ditawarkan teknologi.

Pandemi COVID-19, meskipun membawa dampak buruk secara global, menjadi katalis bagi perubahan perilaku konsumen. Pergeseran preferensi dari pengalaman fisik ke digital terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan, dan ZUS Coffee, yang telah siap secara digital, mampu menangkap peluang ini. Seperti yang diakui Ian Chua, yang menjadi CEO ZUS Coffee, "Pandemi adalah validasi bagi model bisnis kami."

Filosofi "kopi bukan kemewahan, tapi kebutuhan" yang dikombinasikan dengan pendekatan berbasis teknologi terbukti berhasil, terutama di kalangan milenial dan Gen Z. Bagi generasi ini, kopi bukan hanya minuman, tetapi juga bagian dari identitas mereka, dan ZUS Coffee mampu menghadirkan pengalaman yang sesuai dengan gaya hidup mereka yang serba cepat dan terhubung secara digital.

Maka hasilnya pun mengesankan. Dalam waktu singkat, ZUS Coffee bukan hanya bertahan, tetapi juga berkembang pesat di tengah krisis. Sementara banyak bisnis kopi terpuruk, ZUS Coffee justru tumbuh menjadi simbol adaptasi dan ketahanan, sebuah bukti bahwa inovasi sertateknologi dapat menjadi kunci sukses di masa yang penuh tantangan.

Produk-produk ZUS Coffee disukai konsumen (ZUS Coffee/Facebook)

Menggeber Ekspansi

Berangkat dari nol, saat ini, ZUS Coffee telah memiliki lebih dari 600 outlet yang tersebar di Malaysia dan Filipina. Dalam rentang waktu yang singkat, mereka telah melampaui Starbucks dan jaringan kopi lain di Malaysia seperti Richiamo​​.

Yang menarik, di tengah perluasan jaringan domestik, ZUS Coffee juga melakukan ekspansi internasional. Filipina menjadi pasar pertama di luar Malaysia, di mana mereka berhasil membuka 46 gerai sejak 2023, bekerja sama dengan Choi Garden Restaurant Group.

Tak berhenti di situ, mereka juga berencana untuk membuka gerai pertama mereka di Singapura pada 2024, yang berlokasi di Changi Airport, salah satu pusat transportasi tersibuk di dunia. Selain itu, Brunei juga akan menjadi tujuan ekspansi berikutnya sebelum akhir tahun ini​. Dan di masa depan, Indonesia, dengan pasar kopinya yang terus berkembang, menjadi tujuan utama berikutnya, siap bertarung dengan Kopi Kenangan, Fore Coffee dan Tomoro Coffee.

Pertanyaannya: bagaimana mereka bisa melaju cepat? Dari mana dananya?

Sumber: Nikkei, 8 Oktober 2024

Nah… Ekspansi yang pesat ini tidak hanya didukung oleh mimpi dan keinginan yang kuat, tetapi juga suntikan modal yang signifikan. Pada tahun 2024, ZUS Coffee berhasil mendapatkan pendanaan sebesar US$57,5 juta (sekitar Rp891,2 miliar) dari beberapa investor besar, termasuk KV Asia Capital, Kumpulan Wang Persaraan (KWAP), dan… Kapal Api Group dari Indonesia​.

Suntikan modal ini bukan hanya digunakan untuk memperluas jaringan outlet mereka, tetapi juga untuk memperkuat neraca keuangan perusahaan dan menjajaki pasar baru, termasuk rencana ekspansi ke Indonesia dan wilayah Asia Tenggara lainnya​​.

Branding dan Value

Dalam hal branding, ZUS Coffee mengadopsi pendekatan yang cerdas dan penuh strategi, menciptakan identitas visual yang kuat dan berkesan. Terinspirasi dari kisah Kaldi, sang penemu kopi dalam mitologi Ethiopia pada tahun 800 SM, mereka membangun narasi bahwa secangkir kopi bukan hanya sekadar minuman, melainkan sebuah pengalaman kaya rasa dan penuh makna. Lewat kisah ini, ZUS Coffee mengundang pelanggannya untuk terlibat dalam perjalanan yang sarat sejarah dan tradisi, namun tetap relevan bagi masyarakat modern yang dinamis.

Narasi yang kuat ini menjadi landasan bagi ZUS Coffee untuk menempatkan diri lebih dari sekadar penyedia kopi. Mereka menawarkan pengalaman yang dirancang khusus untuk memenuhi selera generasi urban, yang tidak hanya mencari rasa, tetapi juga cerita di balik setiap tegukan.

Bahkan, kontroversi yang sempat muncul terkait kesamaan elemen logo mereka dengan Starbucks— yang juga mengusung mitologi dalam branding — malah membantu ZUS Coffee mendapatkan perhatian publik lebih luas. Venon Tian mengakui, “Terkadang, kontroversi bisa menjadi alat pemasaran yang efektif, terutama jika dimanfaatkan dengan cermat untuk menciptakan percakapan di masyarakat.”

Logo ZUS Coffee

Namun, branding yang kuat tak cukup hanya dengan visual dan cerita. ZUS Coffee memperkuat strategi mereka dengan fokus pada keterlibatan pelanggan melalui teknologi. Belakangan, aplikasi mereka tidak hanya berfungsi sebagai alat pemesanan, tetapi juga platform interaktif yang meningkatkan loyalitas pelanggan.

Program penghargaan, fitur gamifikasi, dan promosi eksklusif di aplikasi tersebut berhasil membangun komunitas pecinta kopi yang aktif. Dengan lebih dari 30 juta cangkir kopi terjual dan 1,8 juta unduhan aplikasi, jelas bahwa teknologi menjadi kunci penting dalam menjaga hubungan antara ZUS Coffee dan pelanggannya.

Akan tetapi, keberhasilan ZUS Coffee bukan hanya soal skala bisnis yang terus berkembang, tetapi juga nilai-nilai inti yang ditanamkan para pendiri sejak awal. Semua gerai, kecuali satu, dimiliki langsung oleh perusahaan, memastikan kontrol kualitas dan pengalaman pelanggan yang konsisten.

Di saat banyak perusahaan lain memilih ekspansi agresif melalui model waralaba yang sering kali mengorbankan kualitas, ZUS Coffee tetap berpegang teguh pada prinsip bahwa setiap outlet harus menguntungkan tanpa mengorbankan standar pelayanan.

Dengan capaian lebih dari 30 juta cangkir kopi yang terjual, ZUS Coffee kini tidak hanya fokus pada pertumbuhan outlet, tetapi juga merambah ke pasar barang konsumsi cepat saji (FMCG). Peluncuran produk kopi instan dan berbagai merchandise adalah langkah strategis yang memperkuat posisi mereka sebagai merek yang lebih dari sekadar jaringan kedai kopi. Ini adalah diversifikasi yang cerdas, memungkinkan ZUS Coffee menjangkau pasar yang lebih luas tanpa melupakan inti bisnis mereka.

Namun, di balik semua kesuksesan ini, ZUS Coffee tetap sadar akan tantangan yang menghadang. “Tantangan terbesar kami mungkin adalah ekspansi yang terlalu cepat,” ungkap Venon Tian, menyoroti dilema antara pertumbuhan cepat dan kontrol kualitas. Pertumbuhan yang berlebihan dapat menjadi pedang bermata dua, tetapi dengan strategi yang matang dan komitmen pada kualitas, ZUS Coffee optimistis bisa mengatasi rintangan tersebut.

Dengan momentum yang terus menguat, ZUS Coffee kini menatap masa depan dengan penuh keyakinan. Mereka tidak hanya bercita-cita menjadi rantai kedai kopi terbesar di Malaysia, tetapi juga ingin menaklukkan industri kopi global. Melalui ekspansi yang strategis, inovasi teknologi, dan pendekatan branding yang cermat, ZUS Coffee siap menyeduh lebih banyak mimpi, satu cangkir demi satu cangkir.

Pada akhirnya, ZUS Coffee adalah bukti bahwa di balik setiap secangkir kopi, tersimpan kisah tentang mimpi besar, keberanian berinovasi, dan keteguhan untuk terus maju meskipun tantangan menghadang. Dari sudut kecil di Kuala Lumpur, ZUS Coffee kini telah menjadi kekuatan yang tidak bisa diabaikan di industri kopi, tidak hanya di Malaysia, tetapi juga di panggung internasional. Dengan inovasi yang tiada henti dan ekspansi yang terus berlanjut, ZUS Coffee siap menyeduh kisah sukses berikutnya. Termasuk ke Indonesia. (*)

*Diolah dari berbagai sumber

# Tag