Tekad Tiga Sekawan Jadikan Djoin sebagai Solusi Keuangan Mikro Holistik
Berawal dari kesulitan mendapatkan akses pembiayaan dalam membayar uang kuliah dan memberikan nafkah bagi keluarga, I Wayan Indra Adhi Suputra memberanikan diri terjun ke industri pembiayaan mikro. Dan, cara yang paling mudah ialah membuat aplikasi. Maka, tahun 2020 dia mengibarkan platform fintech (financial technology) bernama Djoin.
Faktor pendorong lain kehadiran Djoin, kondisi sektor pariwisata di Bali yang menjadi andalan perekonomian warga di sana lesu akibat dihantam pandemi Covid-19. Runtuhnya sektor pariwisata itu mendorong lahirnya generasi technopreneur lokal baru dan munculnya ekosistem inovasi yang dinamis.
“Dengan memberdayakan lembaga keuangan mikro melalui teknologi yang meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional, Djoin diharapkan dapat membangun komunitas yang lebih kuat dan tangguh di Indonesia,” kata Indra yang lulusan Program Studi Komputer & Informatika, Universitas Udayana, Bali.
Indra merangkul beberapa koleganya untuk membesarkan Djoin. Ada Farzikha Soerono dan I Putu Takumi Wijaya yang memiliki pengalaman di industri koperasi, keuangan, dan teknologi.
Misi tiga sekawan ini selaras dengan visi Mohammad Hatta tentang koperasi sebagai sosok guru perekonomian berbasis Pancasila di Indonesia, dengan komitmen untuk memberikan pinjaman berkualitas dan meningkatkan kelas koperasi.
Sejumlah tantangan dihadapi Indra dan tim dalam membangun Djoin. “Faktor internalnya dalam permodalan, saya meminjam dana dari kerabat terdekat. Faktor eksternalnya, pasti ada di market pembiayaan mikro, regulasi yang berubah-ubah di koperasi, serta mindset koperasi agar mau terdigitalisasi,” Indra menguraikan.
Misi Djoin ialah menghadirkan solusi keuangan mikro secara holistik, mulai dari aplikasi, pelatihan SDM, penguatan manajemen risiko, hingga peningkatan brand bagi lembaga keuangan mikro, khususnya koperasi simpan-pinjam. Adapun visinya ialah memberikan dampak sosial dengan mengembangkan lembaga keuangan mikro, khususnya koperasi modern, yang akan menjadi motor penggerak pertumbuhan UMKM di Indonesia.
Platform Djoin difokuskan pada akses keuangan mikro, seperti koperasi simpan-pinjam. Djoin menyediakan platform perbankan menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan lembaga keuangan mikro seperti koperasi, yang cocok digunakan oleh masyarakat yang kurang terlayani. Layanan mereka mencakup sistem perbankan SaaS, mesin keputusan kredit, dan produk penyaluran pinjaman.
Antarmuka berbasis data Djoin dinilai dapat meningkatkan efisiensi operasional, mengoptimalkan manajemen pinjaman, mengurangi kredit bermasalah, serta mendorong stabilitas keuangan. Inovasi ini memungkinkan lembaga keuangan mikro menawarkan pembiayaan kepada komunitas yang kurang terlayani dengan suku bunga lebih rendah, membantu menutup kesenjangan pembiayaan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.
Indra menjelaskan beberapa solusi yang ditawarkan Djoin. Pertama, Coopmax - Core Retail yang berfokus pada ekosistem koperasi simpan-pinjam digital. Djoin memberikan pelayanan dalam menyelesaikan solusi atau produk aplikasi core banking, mobile banking, dan e-collector.
Dengan demikian, koperasi bisa naik kelas, memiliki ekosistem digital. Anggotanya pun bisa punya mobile banking seperti pada layanan bank konvensional. “Solusi Coopmax - Core Retail merupakan sistem terintegrasi untuk mendukung digitalisasi lembaga keuangan, khususnya koperasi,” katanya.
Berikutnya, solusi Coopmax - POS Cashier, aplikasi kasir yang berbasis desktop dan terintegrasi. Aplikasi kasir ini untuk mendukung digitalisasi bagi koperasi-koperasi usaha yang ada di seluruh indonesia.
Selain itu, ada pula solusi Coopmax - E-commerce, website terintegrasi dengan core retail dan dirancang untuk meningkatkan penjualan unit ritel koperasi serta mampu bersaing di era digital.
Lalu, solusi Kocek, yang dimanfaatkan untuk melengkapi data yang konkret dari berbagai sumber. Kocek hadir sebagai mitra lembaga keuangan dengan platform untuk mendukung manajemen keputusan kredit yang dapat membantu meminimalkan risiko kredit macet.
Faktor keamanan merupakan aspek yang sangat krusial, selain fungsionalitas sistem yang dikembangkan Djoin. Penerapan keamanan ini dimulai pada tahap perancanaan dan pengembangan disertai pemantauan, pembaruan, serta evaluasi atau audit secara berkala.
Selain dari sisi teknis, Djoin rutin mengadakan security awareness kepada tim internal agar selalu menerapkan pola kerja yang berfokus pada keamanan. Dengan demikian, potensi ancaman keamanan seperti malware, phishing, dan bentuk serangan lainnya dapat diminimalkan secara signifikan.
Dengan berbagai solusi dan layanan yang diberikan, kinerja Djoin patut diacungi jempol. Hingga akhir 2023, Djoin berhasil memfasilitasi penyaluran pinjaman lebih dari Rp 700 miliar. Tim Djoin pun berhasil mengakuisisi lebih dari 80 klien lembaga keuangan mikro di Bali, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Timur, serta berhasil mengurangi rata-rata kredit bermasalah sebesar 52% dari tahun 2022 hingga 2023.
Sampai saat ini, Djoin mengklaim telah bermitra dengan puluhan koperasi dengan total aset mencapai kisaran Rp1 triliun di Bali, Nusa Tenggara, Balikpapan, Maluku, Ambon, hingga Papua. Hingga tahun 2025, Indra membidik target kerjasama dengan 1.000 lembaga keuangan mikro, terutama koperasi simpan-pinjam. Pihaknya juga bersinergi dengan pemerintah daerah setempat untuk mengedukasi lembaga keuangan mikro, khususnya koperasi. (*)
Riset: Fitriana Era Madani