Investor Cermati Kebijakan Suku Bunga, IPOT Jagokan SMGR, ISAT, BSDE dan XIIF

Ilustrasi foto : Vicky Rachman/SWA.

PT Indo Premier Sekuritas ( IPOT ) memproyeksikan indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan 14-18 Oktober 2024 cenderung melanjutkan konsolidasi. IHSG pada pekan lalu ditutup di level 7.520 atau menguat 0,33%. Saat ini, IHSG bergerak konsolidasi dengan range support di level 7.400-7.500 dan resistance 7.600 poin.

Equity Analyst di IPOT, Dimas Krisna Ramadhani, mengatakan selama IHSG tidak keluar dari area konsolidasinya saat ini maka IHSG pada pekan ini cenderung melanjutkan konsolidasinya hingga aliran dana asing mulai masuk kembali pasar modal domestik. "Jika melihat tren kenaikan yang terjadi pada indeks saham global seperti Dow Jones, S&P500, dan FTSE yang berhasil mencatatkan level tertinggi barunya pada minggu lalu maka IHSG juga berpotensi mengalami kenaikan dalam waktu dekat. Sebagai referensi pada Juli lalu, pergerakan indeks saham global mengalami kenaikan terlebih dahulu baru diikuti oleh kenaikan pada IHSG," terangnya di Jakarta, Senin, (14/10/2024).

Ia menambahkan sesuai poin yang ada pada Dow Theory menyebutkan bahwa Indices Must Confirm Each Other itu menggambarkan korelasi kinerja antar indeks satu dengan yang lainnya dan jika dihitung secara statistik korelasi pergerakan antara Indeks Dow Jones dengan IHSG sejak April 2020, hasilnya memiliki tingkat kesamaan kinerja bulanan sebesar 68% sepanjang 55 bulan terakhir.

"Artinya dalam 55 bulan terakhir hanya ada 18 bulan perbedaan kinerja bulanan antara Indeks Dow Jones dan IHSG, sedangkan 37 bulan sisanya kinerja bulanan IHSG dan Dow Jones memiliki korelasi yang positif," ucap Dimas

Penguatan IHSG pada pekan lalu 7-11 Oktober 2024 tertopang 2 top gainers yakni indeks properti dan teknologi. Indeks properti naik 4,4% pada pekan lalu seiring dengan sentimen program pembangunan 3 juta rumah yang digagas presiden terpilih Prabowo Subianto dan siap digarap oleh Asosiasi Real Estate Indonesia.

Prabowo berencana untuk menghapus pajak properti atau perumahan yang saat ini sebesar 16%. Pajak yang akan dihapus adalah PPN 11% dan BPHTB 5%. Ini menjadi katalis positif bagi sektor properti untuk meningkatkan permintaan terhadap produk perumahan, namun pemerintah juga harus memerhatikan dari sisi daya beli masyarakat yang terus turun sepanjang tahun ini. Salah satu caranya dengan membuka lapangan pekerjaan tambahan dan pengurangan jumlah potongan pada penghasilan kelas menengah sehingga daya beli masyarakat dapat bertambah dan berimbas positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Sedangkan, indeks teknologi pada pekan lalu naik sebesar 2,42% yang disebabkan penguatan saham Bukalapak (BUKA) setelah rumor akuisisi platform e-commerce China (Temu) terhadap saham BUKA. Pada 8 Oktober lalu terjadi transaksi jumbo di pasar negoisasi pada saham BUKA. Usai transaksi ini salah satu pemegang saham Bukalapak sebelumnya yakni Ant Financial sudah tidak tercatat lagi sebagai pemegang saham BUKA.

"Perlu diketahui bahwa pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika memblokir aplikasi Temu karena dianggap dapat merugikan UMKM di Indonesia dan akan terus berupaya agar aplikasi e-commerce yang menghubungkan Business dengan Customer (B2C) tersebut tidak dapat masuk ke Indonesia. Sebuah langkah yang positif terhadap perlindungan UMKM di Indonesia yang ujungnya juga akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi dalam negeri," tutur Dimas.

Berbicara tentang potensi market pada 14-18 Oktober 2024, Dimas mengimbau para trader memantau 3 sentimen, yakni Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia, penjualan ritel bulanan AS (September) dana aliran dana asing ke IHSG. Pertama, sentimen RDG Bank Indonesia pada Rabu pekan ini akan mengumumkan tingkat suku bunga acuannya dan berdasarkan konsensusnya BI Rate diperkirakan akan kembali turun sebesar 25 basis poin ke level 5,75%.

Keputusan ini sejalan dengan kebijakan yang dijalankan bank sentral global lainnya yang mulai menurunkan suku bunga acuannya seiring dengan tren penurunan inflasi yang terjadi. Sebagai referensi, Indonesia konsisten mengalami disinflasi sejak Maret tahun ini. Hal ini menggambarkan kemampuan daya beli masyarakat yang terus turun. Sebagai langkah antisipatif, BI menjalankan kebijakan moneter ekspansif dengan menurunkan suku bunga acuannya demi memompa roda ekonomi.

Kedua, sentimen penjualan ritel bulanan AS (September), dimana data ini menggambarkan daya beli masyarakat di AS dan menjadi perhatian bagi pelaku pasar seiring dengan kekhawatiran terhadap perlambatan kondisi ekonomi disana.

"Pada Kamis nanti, Penjualan Ritel AS untuk bulan September diprediksi akan mencatatkan pertumbuhan sebesar 0,3% dibandingkan bulan sebelumnya. Selain data inflasi, Penjualan Ritel juga sering menjadi acuan bagi pemangku kebijakan di AS dalam merumuskan kebijakan untuk menjaga stabilitas perekonomian di sana," tutur Dimas

Ketiga, sentimen aliran dana asing ke IHSG, dimana sepanjang pekan lalu investor asing mencatatkan outflow dari IHSG sebesar Rp2,3 triliun di pasar reguler. Angka ini menurun dibandingkan periode yang sama pada pekan sebelumnya yang mencatatkan outflow sebesar Rp4,5 triliun di pasar reguler.

Dimas menjelaskan fokus investor asing selama 2 minggu terakhir adalah keluar atau melakukan penjualan di BBRI. Selama 2 minggu terakhir outflow di BBRI berkontribusi sekitar 60% dari total outflow yang terjadi di IHSG pada pasar reguler. Diikuti oleh BBCA dan BMRI yang hanya berjumlah 30% dari total outflow yang terjadi di IHSG.

Dimas menjabarkan capital outflow yang terjadi di BBRI menjadi suatu hal yang diperhatikan pada saham bank pelat merah tersebut, mengingat jika kita tarik data outflow sejak 27 Maret silam lantaran BBRI mulai mengalami penurunan dari level tertingginya, investor asing sudah mencatatkan outflow sebesar Rp26 triliun, berbanding terbalik dengan saham BBCA yang sama-sama di sektor keuangan. BBCA justru mencatatkan inflow sebesar Rp1,7 triliun di pasar reguler sepanjang periode yang sama itu.

Berkaca pada sentimen-sentimen tersebut, IPOT merekomendasikan 3 saham dan 1 reksa dana saham power fund series untuk trading pada sepanjang pekan ini;

1. Buy on breakout saham SMGR (support Rp4.210, resist Rp4.570). Emiten ini breakout resistance disertai dengan lonjakan volume dow theory, volume mengonfirmasi tren atau harga sahamnya serta sentimen potensi penurunan suku bunga di Rabu nanti mendorong permintaan semen. Apabila berhasil bertahan di atas Rp4.200 maka SMGR mengalami perubahan tren jangka pendek dari sideways menjadi uptrend.

2. Buy on pullback saham ISAT (support Rp2.400, resist Rp2.700). Sentimen aksi korporasi stock split ISAT berpotensi membuat emiten ini mengalami kenaikan setelah ex date-nya. Selain itu, emiten ini berada di area support sehingga memiliki risk to reward yang menarik.

3. Buy on breakout saham BSDE (support Rp1.215, resist Rp1.430). Emiten ini tertopang sentimen rencana penghapusan pajak properti dan penurunan suku bunga acuan BI pada Rabu nanti. Rebound dari area support disertai dengan lonjakan volume, BSDE berpotensi untuk melanjutkan penguatan.

4. Buy Reksa Dana Premier ETF IDX30 (XIIF). Produk Reksa Dana Saham Power Fund Series (PFS) ini underlying-nya saham-saham rekomendasi di atas (SMGR, ISAT dan BSDE). Menariknya lagi, Reksa Dana Saham Power Fund Series ini memiliki kinerja yang memuaskan dengan menghasilkan imbal hasil sebesar 11,52% pada periode year to date atau jauh melebihi return IHSG yang hanya sebesar 3,41% pada periode yang sama ini. (*)

# Tag