Kilang Pertamina Internasional, Transformasi Bisnis Mengubah Cost Center Jadi Profit Center
Transformasi bisnis di PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) adalah salah satu langkah strategis yang dirancang untuk menjawab tantangan industri energi di Indonesia, terutama di tengah volatilitas pasar minyak global dan perubahan kebutuhan energi nasional.
Sebelum transformasi ini dijalankan, KPI berfungsi sebagai unit yang berperan sebagai cost center, dengan fokus utama pada pengolahan minyak mentah menjadi produk-produk yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan domestik, seperti bahan bakar minyak dan petrokimia. Namun, kondisi industri yang dihadapi semakin menantang, khususnya saat triple shock melanda pada saat pandemi global, yaitu fluktuasi harga minyak, penurunan demand pasar dan cadangan supply minyak mentah, serta depresiasi nilai tukar rupiah, yang memaksa seluruh sektor untuk beradaptasi dengan cepat.
Jadi, urgensi transformasi di KPI dipicu oleh dampak yang dirasakan oleh seluruh industri energi, tidak hanya di Indonesia, tetapi secara global. Krisis ini membuka mata para pemimpin perusahaan untuk menyadari pentingnya perubahan struktural yang mampu meningkatkan efisiensi, profitabilitas, dan daya saing perusahaan di tingkat nasional serta global.
“Transformasi bisnis di PT Kilang Pertamina Internasional intinya adalah mengubah peran kilang dari sekadar cost center menjadi profit center yang berkontribusi langsung pada laba grup,” Taufik Aditiyawarman, Direktur Utama KPI, menjelaskan.
Fokus utama transformasi ini adalah menciptakan kilang yang efisien, tangguh, dan mampu menghasilkan produk-produk bernilai tinggi, tidak hanya untuk pasar domestik tetapi juga internasional.
KPI membentuk subholding yang memisahkan antara pengelolaan kilang dan kegiatan bisnis lainnya di dalam Grup Pertamina, dengan tujuan agar setiap unit dapat lebih fokus pada core business masing-masing. “Kami ingin organisasi ini menjadi lebih lean, agile, dan efisien, dengan daya saing operasional yang ditingkatkan,” ungkap Taufik.
Desain transformasi bisnis ini melibatkan pengembangan kapabilitas kilang melalui berbagai proyek strategis, seperti Refinery Development Master Plan (RDMP) yang tengah berlangsung di beberapa lokasi penting, seperti Balikpapan-Kalimantan Timur dan Balongan-Jawa Barat. Proyek-proyek ini tidak hanya bertujuan meningkatkan kapasitas pengolahan minyak mentah, tetapi juga untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan memiliki kualitas terbaik dan sesuai dengan kebutuhan pasar.
Di bawah transformasi ini, KPI juga membangun kemitraan dengan pihak internasional, seperti Pertamina Rosneft. Ini untuk mempercepat pengembangan kilang baru di Tuban, Jawa Timur, yang akan berperan vital dalam menjaga ketahanan energi nasional.
Dalam strategi eksekusi transformasi, KPI mengedepankan integrasi bisnis dari hulu ke hilir yang lebih solid. Setiap tahap, mulai dari pengadaan bahan baku, pengolahan, hingga distribusi produk, dikelola dengan sinergi yang kuat antara unit-unit bisnis di dalam subholding.
Taufik menjelaskan, salah satu prioritas utama ialah meningkatkan keandalan operasi kilang dan memastikan bahwa setiap produk yang dihasilkan sesuai dengan standar global. “Kami melakukan benchmark dengan kilang-kilang regional dan global untuk memastikan bahwa operasi kami adalah yang terbaik di kelasnya,” katanya.
Transformasi ini juga ditopang oleh pemanfaatan sumber daya secara maksimal, baik dari segi keuangan maupun teknologi. KPI telah mengadopsi digitalisasi dalam berbagai aspek operasionalnya untuk meningkatkan efisiensi dan ketepatan dalam pengambilan keputusan. Digitalisasi ini diterapkan mulai dari manajemen proyek hingga analisis pasar yang lebih akurat untuk memproyeksikan kebutuhan di masa depan.
Selain itu, kemitraan strategis dengan berbagai pemangku kepentingan pun menjadi faktor penting dalam mendukung pendanaan proyek-proyek besar seperti RDMP. Salah satunya, pendanaan dari Export Credit Agency (ECA) sebesar US$ 31 miliar yang digunakan untuk mendukung pengembangan proyek kilang dan petrokimia.
Namun, perjalanan transformasi ini bukannya tanpa tantangan. Salah satu risiko terbesar yang dihadapi ialah fluktuasi harga minyak global yang memengaruhi margin keuntungan kilang. Taufik menyebut, crack spread yang rendah pada 2023 merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi perusahaan.
Untuk mengatasinya, KPI menerapkan berbagai inisiatif strategis untuk meningkatkan profitabilitas, termasuk manajemen inventaris yang lebih efisien dan pengoptimalan penggunaan energi di kilang. “Kami mulai mengembangkan biofuel di Cilacap, dan proyek HVO yang merupakan bagian dari upaya kami mendukung transisi energi dan mencapai target net zero emission,” katanya.
Hasil dari transformasi ini terlihat sejak 2021: KPI berhasil membalikkan posisi keuangan dari yang sebelumnya negatif menjadi positif. Volume pengolahan minyak mentah meningkat signifikan, mencapai 341 juta barel per tahun, dengan yield produk bernilai tinggi yang mencapai 83%.
Selain itu, inisiatif efisiensi energi juga berhasil menurunkan Energy Intensity Index di kilang. Sementara reliability plan availability factor mencapai angka stabil di 99,5%, sebuah pencapaian yang diukur dengan standar global Solomon Index.
Kesuksesan transformasi ini juga berdampak pada peningkatan kapasitas produksi BBM dan petrokimia nasional. “Proyek-proyek seperti RDMP di Balikpapan dan Balongan telah meningkatkan kapasitas kilang kami hingga 125 ribu barel per hari, dengan produksi BBM yang meningkat sebesar 35 juta kiloliter per tahun,” ungkap Taufik. Selain itu, transformasi ini juga menciptakan lapangan kerja baru bagi 24 ribu pekerja, dengan kontribusi terhadap PDB nasional mencapai Rp 514 triliun.
Di balik semua pencapaian ini, Taufik menekankan pentingnya perubahan mindset dalam organisasi. Transformasi tidak hanya tentang peningkatan kapabilitas teknis atau efisiensi operasional, tetapi juga tentang bagaimana seluruh tim di KPI memahami bahwa mereka kini berada di unit bisnis yang berorientasi pada profitabilitas.
“Yang berbeda ialah orang mulai berpikir, tim saya mulai berpikir. Mereka mulai memahami bahwa kami harus nego untuk mendapatkan crude yang lebih kompetitif dan lebih murah, supaya tetap menghasilkan profit,” katanya.
Dengan berbagai pencapaian dan tantangan yang dihadapi, transformasi bisnis di KPI menjadi bukti bahwa inovasi, efisiensi, dan fokus pada profitabilitas adalah kunci untuk tetap relevan dan kompetitif di industri energi yang terus berkembang. (*)