Cerita Menteri PPN Rachmat Pambudy Pucat, usai Prabowo Sebut Nama Widjojo Nitisastro
Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN) atau Kepala Bappenas, Rachmat Pambudy, menceritakan pengalamannya bertemu Prabowo Subianto ketika diminta menjadi Menteri PPN di 10 Oktober 2024. Kala itu, Rachmat mengaku langsung pucat saat Presiden Prabowo Subianto menyebut nama Profesor Widjojo Nitisastro. “Saya terus terang benar-benar terkejut ketika Pak Prabowo bilang ‘Pak Rachmat jangan lupa Anda di Bappenas, beliau (Prabowo) langsung menyebut Profesor Widjojo Nitisastro’. Saya langsung pucat. Ketika kami masih anak-anak, Pak Widjojo itu sudah seperti dewa. Beliaulah (Widjojo) arsitek perjuangan Indonesia,” kata Rachmat Pambudy dalam sambutannya di acara Serah Terima Jabatan Menteri PPN di Jakarta, Senin (21/10/2024).
Rachmat menyampaikan perjuangan Widjojo Nitisastro itu menorehkan tinta emas bagi Indonesia. Pengentasan kemiskinan dan pendidikan sebagai bagian dari human capital juga memberikan catatan yang panjang kepada Indonesia dan ini dicetuskan oleh Widjojo Nitisastro.
Widjojo dikenal sebagai arsitek perekonomian Indonesia di era Orde Baru. Widjojo pernah menjabat sebagai Menteri PPN periode 1971 hingga 1973 di Kabinet Ampera I pemerintahan Presiden Soeharto. Pemikiran ekonomi yang dianut Widjojo berdasar dari pemikiran Keynes yang menyarankan kombinasi antara mekanisme pasar dan intervensi pemerintah. Konsep ekonomi Widjojo menekankan prinsip kehati-hatian yang tinggi. Pemikiran Widjojo diuraikan dalam buku Pengalaman pembangunan Indonesia: Kumpulan tulisan dan uraian Widjojo Nitisastro yang diterbitkan pada 2010.
Rachmat mengaku Bappenas merupakan lembaga yang memiliki kemampuan yang luar biasa dan tempat berkumpulnya para pemikir dan intelectual power dari Indonesia. Para Menteri Bappenas yang dulu dan para penerusnya telah memelihara intelectual power tersebut.
“Jadi, kalau ada persoalan di budgeting power (anggaran Kementerian PPN salah satu yang dipotong beberapa waktu lalu) dan dengan kemampuan intelectual power yang dimiliki Bappenas, persoalan budgeting power itu hanya urusan waktu saja (untuk diselesaikan),” ujarnya.
Mengutip laman Alumni IPB Pedia, Rachmat Pambudy merupakan pendiri Unit for Socio and Economic Study and Evaluation (USESE) Foundation pada tahun 1988. Di tahun yang sama, ia juga menjadi pendiri dan komisaris beberapa perusahaan dan koperasi yang bergerak di bidang agribisnis.
Pada tahun 2000, ia pernah menjadi Tenaga Ahli Menteri Pertanian Bidang Pengembangan Agribisnis lalu diangkat sebagai Staf Ahli Menteri Pertanian Republik Indonesia Bidang Hubungan Antar Lembaga hingga 2004. Ia juga pernah menjadi anggota Dewan Pengawas Perum Bulog dari 2003 hingga 2007.
Pria kelahiran Yogyakarta pada Desember 1956 ini memang matang di IPB University. Ia mengenyam pendidikan sarjana di Fakultas Peternakan IPB University pada tahun 1983. Rachmat lalu melanjutkan studinya di bidang Komunikasi Pembangunan IPB University untuk meraih gelar master pada tahun 1988 dan meraih gelar doktor di bidang Penyuluhan Pembangunan di tahun 1999 di IPB University.
Selain sebagai praktisi agribisnis, juga sebagai Staf Pengajar IPB, juga pernah aktif sebagai peneliti pada Pusat Studi Pembangunan-Lembaga Penelitian IPB, Jonggol Animal Science Teaching and Research Unit (JASTRU). Bahkan pada tahun 2007 namanya masuk ke bursa pemilihan rektor IPB University. (*)