Sri Rezeki Isman (SRIL) Pailit, BEI Mengungkapkan Perlindungan Investor Ritel
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak 18 Mei 2021 hingga saat ini menetapkan penghentian sementara perdagangan efek PT Sri Rezeki Isman Tbk (SRIL). I Gede Nyoman Yetnya, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, menyampaikan BEI melakukan hal ini lantaran SRIL melakukan penundaan pembayaran pokok dan bunga medium term note (MTN) Sritex Tahap III Tahun 2018 ke-6. Dengan demikian SRIL telah memenuhi kriteria untuk dilakukan delisting karena supensi terhadap efek SRIL telah mencapai 42 bulan.
Sehubungan dengan pemberitaan mengenai putusan pailit SRIL, BEI menyampaikan permintaan penjelasan dan reminder kepada manajemen SRIL untuk menyampaikan Keterbukaan Informasi kepada publik mengenai tindaklanjut dan rencana perseroan terhadap putusan pailit termasuk upaya SRIL untuk mempertahankan going concern-nya. “BEI melakukan pemantauan terhadap perusahaan tercatat dan melakukan beberapa upaya perlindungan investor ritel," tutur Nyoman pada keterangan tertulis kepada awak media seperti ditulis swa.co.id di Jakarta, Sabtu (26/10/2024).
Perlindungan investor itu antara lain pengenaan notasi khusus dan penempatan pada Papan Pemantauan Khusus apabila Perusahaan Tercatat memenuhi kriteria-kriteria tertentu sebagaimana diatur dalam Peraturan Bursa I-X tentang Penempatan Pencatatan Efek bersifat Ekuitas pada Papan Pemantauan Khusus. Hal ini diharapkan bisa menjadi awareness awal kepada investor mengenai potensi adanya permasalahan pada perusahaan tercatat.
Perdagangan efek suatu emiten yang disuspensi karena sanksi maupun suspensi karena penyebab lainnya, maka upaya perlindungan investor ritel dilakukan melalui beberapa hal. “Antara lain dengan menyampaikan reminder delisting kepada perusahaan tercatat yang telah dilakukan suspensi atas efeknya selama 6 bulan, menyampaikan undangan hearing, permintaan penjelasan mengenai upaya perbaikan penyebab suspensi serta rencana bisnis ke depan. Selanjutnya, perusahaan tercatat wajib menyampaikan update progress rencana perbaikan tersebut setiap bulan Juni dan Desember,” ujar Nyoman menjabarkan.
BEI akan melakukan pengumuman potensial delisting setiap 6 bulan, yang di dalamnya mencantumkan informasi mengenai masa suspensi, susunan manajemen dan pemegang saham terakhir, serta kontak yang bisa dihubungi. Berdasarkan POJK 3/2021 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal dan SE OJK No. 13/SEOJK.04/2023 menyebutkan delisting dilakukan atas perusahaan terbuka karena kondisi yang berpengaruh pada kelangsungan usaha.
Nyoman menyampaikan perusahaan terbuka wajib mengubah status menjadi perusahaan tertutup dan diwajibkan melakukan buyback atas saham publik dengan ketentuan dan harga sebagaimana diatur dalam POJK 3/2021 dan SE OJK tersebut.
Pada kesempatan terpisah, Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Kementerian Tenaga Kerja (Kemnaker), Indah Anggoro Putri, mengatakan Kemnaker meminta agar pelaksanaan layoff karyawan Sri Rezeki Isman tersebut ditunda hingga adanya putusan yang inkrah atau dari Mahkamah Agung. “Kemnaker meminta kepada Sritex dan anak-anak perusahaannya untuk tetap membayarkan hak-hak pekerja terutama gaji atau upah,” tegas Indah dalam keterangan resmi yang diterima swa.co.id pada Kamis (24/10/2024).
Adapun anak perusahaan Sritex yaitu PT Rayon Utama Makmur (RUM), PT Sinar Pantja Djaja (SPD), PT Bitratex Industries (BI), PT Primayudha Mandirijaya (PM), dan PT Senang Kharisma Textil (SKT). Pengadilan Negeri Semarang juga menyatakan anak usaha SRIL, yakni PT PM, PT BI, dan PT SPD itu pailit dengan segala akibat hukumnya. Kemnaker juga meminta agar manajemen dan serikat pekerja (SP) di Sritex untuk tetap tenang dan kondusif, serta segera menentukan langkah strategis dan solutif untuk kedua belah pihak.
Sebelumnya, SRIL mencatatkan rugi bersih sebesar US$25,73 juta pada semester I/2024. Adapun pendapatan bersihnya tercatat US$131,72 juta, yang disumbang dari aktivitas ekspor dan domestik benang, pakaian jadi, kain jadi, dan kain mentah.
Sementara itu, beban pokok penjualan perusahaan menurun dari periode sebelumnya menjadi US$150,24 juta. Adapun beban penjualan perusahaan juga menurun menjadi US$7,14 juta. Namun, beban pajak perusahaan mengalami kenaikan sebesar US$2,18 juta dibanding periode sebelumnya sebesar US$1,58 juta.
SRIL juga melakukan perubahan susunan anggota dewan komisaris pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 18 September 2024 lalu di Solo, Jawa Tengah. Putusannya, para anggota rapat menyetujui pengunduran diri Liem Konstantinus sebagai Komisaris Independen SRIL. Sehingga, Reynard M. Poernawan diangkat menjadi Komisaris Independen perseroan.
Kejayaan Sritex Pasok Seragam Militer
Sritex sempat menjadi pabrik tekstil terbesar se-Asia Tenggara. Emiten tekstil ini pernah memasok seragam militer di 30 negara dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Namun, kemegahan masa lalu itu bakal pudar atau sirna. Sebab, SRIL ditetapkan pailit. Hal ini berdasarkan keputusan sidang di Pengadilan Negeri Niaga Semarang pada Perkara dengan nomor 2/Pdt.Sus- Homologasi/2024/PN Niaga Smg.
Cikal bakal Sritex bermula dari lapak di Pasar Klewer di Solo, Jawa Tengah. Pendirinya HM Lukminto sukses mengembangkan bisnis ala UMKM menjadi produsen tekstil dan garmen terbesar di Asia Tenggara. Saat jayanya, Sritex adalah pemasok seragam militer ke lebih dari 30 negara di dunia, tak hanya TNI-Polri. Mereka bahkan dipercaya memproduksi seragam militer NATO. Tak hanya seragam, mereka juga memproduksi perlengkapan seragam militer seperti ransel, topi, tenda, rompi, decker, sarung tangan hingga jaket.
SRIL mulai memasok seragam militer ke sejumlah negara sejak tahun 1994. “Agar pertumbuhan bisnis bisa sustain, kami melakujkan ekspansi kapasitas produksi, meningkatkan efisiensi, memperluas diversifikasi produk, dan jaringan pelanggan. Saat ini, produk Sritex sudah ada di 55 negara di seluruh dunia,” kata Presiden Direktur Sritex, Iwan Setiawan Lukminto, kepada Majalah SWA pada Februari 2016.
Produk andalan Sritex meliputi benang, kain mentah, kain jadi, dan pakaian jadi yang meliputi seragam militer, seragam perusahaan, serta fesyen dari merek-merek ternama di dunia. Penetrasi produk mereka di pasar luar negeri lumayan aduhai.
Iwan mengatakan perseroan berkomitmen terus melakukan inovasi untuk pengembangan produk yang berkualitas dan punya nilai tambah tinggi dengan dukungan teknologi mutakhir. SRIL memproduksi seragam militer berteknologi canggih, semisal seragam anti peluru, anti api, anti radiasi, dan anti infra merah. Uni Emirat Arab dan Kuwait pernah memesan yang memesan seragam anti radiasi. Jerman memesan seragam anti infra merah.
Produk jenis itu punya margin keuntungan yang jauh lebih besar. Pemasaran juga aktif dilakukan lewat pameran-pameran serta melalui agen-agen pemasaran di luar negeri seperti di Australia, Jerman, UEA, Hong Kong, Singapura, dan Amerika. “Kami punya tim andal di bidang produksi, desain, dan marketing. Mereka adalah orang-orang yang berpengalaman di bidangnya selama puluhan tahun. Kami juga mempekerjakan tenaga kerja asing untuk memperkuat tim. Rekrutmen biasanya dari referensi karyawan serta rekan bisnis,” kata Iwan.
Perseroan mengusung strategi multiproduk sehingga mampu bertahan dari terjangan krisis ekonomi. Produknya, mulai dari benang, hingga kain mentah, kain jadi, hingga garmen. Garmen pun bervariasi mulai dari fashion ware, corporate ware, hingga military ware. Manajemen SRIL mengklaim sebagai manufaktur pertama dan satu-satunya di ASEAN yang memiliki lisensi pembuat seragam militer Jerman, salah satu seragam anggota NATO.
Tak hanya piawai di seragam militer di 30 negara, Sritex juga memproduksi berbagai merek fesyen terkenal. Kala itu SRIL memproduksi jenama global di pabriknya di Sukoharjo. Sebut saja, Zara, Guess, Uniqlo, JCPenney, New Yorker, Timberland, dan Sear, yang diproduksi oleh SRIL.
Oh ya, Iwan Setiawan Lukminto pada 2014 diinobatkan sebagai Entrepreneur of The Year oleh perusahaan terkemuka internasional EY, sekaligus memilihnya sebagai wakil Indonesia dalam pemilihan World Entrepreneur of The Year di Monaco.
Bos Sritex Berbagi Strategi Bisnis
Iwan berbagi strategi dan kiat berbisnis yang ia lakukan dalam menyukseskan Sritex ini di buku berjudul Inovasi Tanpa Henti untuk Indonesiaku. Buku yang ditulis oleh Dr. Nasir Tamara, MA, MSc. ini terdiri dari 14 bab dengan tebal 400 halaman. Buku ini menyajikan sekilas mengenai latar belakang Iwan dan menjalankan roda perusahaan hingga saat ini melalui strategi dan kiat-kiat berbisnis di dunia tekstil dan garmen.
“Sukses bukanlah suatu kerahasiaan. Melalui buku ini, saya ingin menyampaikan kita harus berbagi strategi kesuksesan. Saya percaya bahwa bangsa ini adalah bangsa yang baik, berideologi baik, dan taat pada Pancasila. Dengan berbagi kiat-kiat sukses akhirnya juga akan membawa perusaah kami agar lebih maju,” tutur Iwan seperti diwartakan oleh swa.co.id pada 30 Juni 2015
Buku yang proses pembuatanya memakan waktu 1,5 tahun ini, terbit dalam dua bahasa, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Buku Inovasi Tanpa Henti untuk Indonesiaku ini diharapkan dapat memberikan efek optimisme terhadap generasi muda melalui figur Iwan. (*)
BEI Memantau dan Mengumumkan Potensi delisting Saham SRIL
setiap 6 bulan. Rinciannya sebagai berikut;
1. Pengumuman Bursa nomor Peng-00050/BEI.PP3/11-2021 tanggal 18 November 2021;
2. Pengumuman Bursa nomor Peng-00022/BEI.PP3/05-2022 tanggal 18 Mei 2022;
3. Pengumuman Bursa nomor Peng-00060/BEI.PP3/11-2022 tanggal 18 November 2022;
4. Pengumuman Bursa nomor Peng-00027/BEI.PP3/05-2023 tanggal 17 Mei 2023;
5. Pengumuman Bursa nomor Peng-00093/BEI.PP3/11-2023 tanggal 20 November 2023; dan
6. Pengumuman Bursa nomor Peng-00020/BEI.PP3/06-2024 tanggal 28 Juni 2024.