Mengubah Limbah Jadi Harta: Kisah Kreativitas Anak Muda di Workshop LSPR
Di Jakarta yang hiruk-pikuk, langkah-langkah kecil menuju perubahan sering kali dimulai dari tempat-tempat sederhana. Seperti di SMP Negeri 40 Jakarta, di mana 90 siswa terpilih dari OSIS dan Majelis Perwakilan Kelas larut dalam kegiatan tak biasa selama tiga hari berturut-turut, belajar menyulap limbah menjadi sesuatu yang bernilai. Dipandu oleh Fakultas Bisnis LSPR, mereka mengenal EcoVerse — sebuah program yang mengajak anak muda memahami bisnis ramah lingkungan sekaligus seni daur ulang.
Kelompok pertama sibuk dengan limbah silikon yang disulap menjadi resin case. Bekas casing HP dan potongan-potongan kecil plastik berubah wujud menjadi benda yang berwarna-warni dan fungsional. “Kami ingin anak-anak bisa menciptakan sesuatu dari benda-benda tak terpakai di sekeliling mereka,” ujar Putra Pratama, ketua kelompok, yang penuh antusias berbagi visinya. Bagi mereka, ini lebih dari sekadar pelajaran mendaur ulang; ini adalah pengalaman pertama merasakan bagaimana ide kecil bisa punya makna besar.
Di sisi lain ruangan, aroma minyak jelantah bercampur harum minyak esensial menguar. Kelompok kedua, yang dipimpin Arsyanda Pradnya Kestiara, berkreasi membuat lilin aromaterapi yang diberi nama "Candleco". Sumbernya? Minyak jelantah yang disaring dan diolah, hingga siap dipoles menjadi lilin yang cantik, wangi, dan ramah lingkungan.
“Kami berharap bisa menginspirasi orang untuk melihat limbah dengan cara baru, bahwa limbah bisa memiliki nilai ekonomis dan manfaat lebih luas,” tutur Arsyanda sambil memperlihatkan lilin beraroma bunga yang disusun dalam gelas kecil.
Selama kegiatan berlangsung, siswa-siswa juga diperkenalkan pada konsep Business Model Canvas, membantu mereka memahami tahapan dasar dalam merancang sebuah bisnis—mulai dari ide, pengolahan, hingga akhirnya memiliki nilai jual. Dekan Fakultas Bisnis LSPR, Yuliana Riana Prasetyawati, dengan penuh semangat menyampaikan, “Workshop ini bukan sekadar mengajarkan keterampilan praktis, tetapi menanamkan semangat wirausaha muda yang peduli lingkungan.”
Antusiasme siswa mengisi ruangan. Dari bahan-bahan bekas yang semula terabaikan, lahirlah berbagai produk kreatif yang kemudian dipamerkan dalam sesi presentasi. Ada kegembiraan, ada rasa bangga, dan ada secercah visi tentang bagaimana limbah bisa menjadi peluang.
Di penghujung acara, Raden Adi Cahyadi, MMSI, dosen Fakultas Bisnis yang turut hadir dalam penutupan, menambahkan harapannya agar keterampilan yang didapat dari workshop ini bisa memberi dampak lebih luas di masa depan. “Semoga soft skill dan hard skill yang telah diajarkan dapat bermanfaat bagi siswa/i semua,” ujarnya, menekankan pentingnya pengetahuan yang diterapkan dalam keseharian.
Kepala Sekolah SMP Negeri 40 Jakarta, Drs. Bakri, turut mengapresiasi kegiatan ini. “Kegiatan ini membuat anak-anak kita lebih terampil, lebih kreatif, dan inovatif. Selain memberikan nilai ekonomis, kegiatan ini juga berdampak positif terhadap pengelolaan sampah yang mencemari lingkungan,” ungkapnya. Beliau berharap program ini menjadi awal dari kerja sama yang lebih panjang antara LSPR dan sekolah.
Saat sore mulai merangkak, para siswa pulang dengan lebih dari sekadar pengetahuan; mereka membawa pulang harapan, semangat, dan impian kecil untuk menjadikan bumi ini tempat yang lebih baik. EcoVerse bukan sekadar workshop, tetapi langkah pertama menuju perubahan yang nyata, dimulai dari tangan-tangan muda yang penuh kreativitas. (*)