Strategi DAYA Meningkatkan Daya Saing Watsons di Bisnis Ritel Kecantikan
Industri ritel kecantikan di Tanah Air semakin ketat dengan hadirnya merek-mereka baru. Untuk bisa terus bersaing, para pemain besar seperti Watsons lebih adaptif dengan menyiapkan sejumlah strategi. Pasalnya, konsep bisnis konvensional tidak akan maksimal dalam mendulang cuan dari pasar kecantikan ini.
Presiden Direktur PT Duta Intidaya Tbk (DAYA), Lilis Mulyawati, mengatakan Watsons selalu mengedepankan pengalaman pelanggan yang unggul melalui layanan terbaik di gerai fisik maupun online. Perusahaan memperluas portofolio produk terutama untuk menghadirkan deretan produk yang sedang trending, dan berkat hubungan baik dengan beberapa supplier besar. DAYA telah memiliki banyak produk-produk eksklusif yang tidak dimiliki oleh pesaing. Oh ya, DAYA merupakan emiten peritel yang memiliki merek Watsons di Indonesia.
Perusahaan juga sangat terbuka untuk berkolaborasi dengan merek lokal dan terus meningkatkan portofolio produk buatan lokal yang sesuai dengan preferensi konsumen Indonesia. Penjualan produk-produk lokal berkontribusi besar terhadap penjualan DAYA. Kinerja positif ini seiring dengan meningkatnya tren dan minat dari konsumen terhadap produk lokal yang memiliki harga dan kualitas yang semakin bersaing dengan produk mancanegara.
“Kami juga berfokus untuk peningkatan kualitas program loyalitas pelanggan untuk memperkuat hubungan dengan para pelanggan setia kami. Selain itu, seiring dengan maraknya minat konsumen terhadap beberapa event kecantikan, kami juga memiliki program unggulan yang kami namakan dengan Beauty My Way, yang telah menjadi salah satu iconic beauty event yang selalu ditunggu oleh para konsumen kami di Indonesia,” kata Lilis pada risalah paparan publik kepada Bursa Efek Indonesia yang dikutip swa.co.id di Jakarta, Selasa (29/10/2024).
Program loyalitas Watsons Club, telah menjadi salah satu pendorong utama retensi pelanggan dan angka partisipasinya terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2024, Perusahaan mengaku akan terus mereview dan memperkuat manfaat bagi anggota dengan lebih banyak penawaran eksklusif dan reward.
Menurutnya, tantangan terbesar bisnis saat ini adalah perubahan perilaku konsumen yang semakin dinamis dan perkembangan tren (terutama kecantikan) yang cukup cepat. Untuk itu, Perusahaan terus berinovasi dalam penentuan produk agar selalu dapat menyediakan beragam produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Selain itu, Perusahaan juga terus memperluas jangkauan channel agar dapat semakin mudah dijangkau oleh konsumen baik dari segi offline maupun online. Hingga saat ini, gerai offline Watsons Indonesia tersebar di total 38 kota dan 14 provinsi. Namun melalui platform online dan digital, saat ini service coverage sudah bisa mencakup total 96% area se-Indonesia.
“Tahun ini kita masih akan terus memperbanyak jumlah gerai dan akan berlanjut sampai tahun-tahun ke depannya, terutama untuk memperbanyak gerai-gerai yang berada di luar pulau Jawa. Untuk total capex per toko, sebenarnya tergantung pada luasan dan lokasi toko itu sendiri. Banyak faktor yang mempengaruhi, namun secara rata-rata 1 toko kurang lebih membutuhkan capex sekitar Rp1 miliar,” ucapnya.
Sama halnya dengan gerai fisik, pertumbuhan penjualan online/e-commerce juga menunjukkan tren yang sangat positif dari tahun ke tahun, bahkan pertumbuhannya bisa melebihi pertumbuhan penjualan perseroan. Hal ini terutama diperoleh dari peningkatan jumlah angka online visitor dan tingkat konversi penjualan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Untuk kinerja keuangan Watsons Indonesia, Lilis mengaku hingga saat ini menunjukkan tren yang positif, seiring dengan penguatan dari sisi penjualan yang terus menerus bertumbuh, baik dari bisnis offline maupun online.
“Sementara dari sisi biaya, perseroan terus memastikan efisiensi dan efektiftas agar meningkatkan performa keuangan DAYA di tahun ini,” ungkapnya. Harga saham DAYA naik menjadi Rp550 atau melonjak sebesar