Pembiayaan BFI Finance (BFIN) di Kuartal III Mencapai Rp14,2 Triliun
PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) pada Januari-September tahun ini membukukan total aset sebesar Rp24,1 triliun. Nilai aset ini terkontribusi dari total piutang pembiayaan dikelola (managed receivables) sebesar Rp23,0 triliun, atau naik sebesar 5% dibandingkan periode yang sama tahun 2023. Adapun realisasi pembiayaan baru hingga September 2024 dilaporkan mencapai Rp14,2 triliun, atau bertumbuh sebesar 19,1% secara kuartalan (qoq/quarter-on-quarter).
BFIN pada periode itu mencatat nilai piutang dikelola untuk sektor produktif dengan pembiayaan modal kerja dan investasi tercatat sebesar Rp17,9 triliun. Capaian angka ini mencatat kenaikan sebesar 4,1% secara tahunan dan mengambil porsi paling besar, yakni 77,8%, dibandingkan sektor konsumtif atau multiguna.
Peningkatan penyaluran pembiayaan ini diimbangi secara apik dengan kecakapan Perusahaan menjaga tingkat pembiayaan macet. Per 30 September 2024, rasio NPF (non performing financing/NPF) berada di level bruto 1,42% dan level neto 0,27%, dengan rerata industri pembiayaan berada di posisi 2,66% per 31 Agustus 2024. Hal ini menandakan Perusahaan melanjutkan tren dengan rasio NPF yang jauh lebih baik dibandingkan NPF rerata industri.
Sudjono, Direktur Keuangan BFI Finance, mengatakan manajemen BFIN berhasil menjaga tingkat NPF konsisten di bawah level 1,5% dan menyediakan cadangan yang mencapai 2,6 kali dari NPF [erusahaan, guna mengantisipasi potensi penurunan nilai di masa depan. "Selain itu, perseroan menjaga gearing ratio yang sangat sehat, yakni sebesar 1,1 kali, jauh di bawah rata-rata industri 2,3 kali. Hal ini menjaga stabilitas BFI Finance dalam berbagai kondisi pasar dan likuiditas yang sangat dinamis” ungkap Sudjono di Jakarta, Senin (28/10/2024) kemarin.
Dari sisi profitabilitas, BFI Finance meraup laba setelah pajak sebesar Rp1,1 triliun hingga triwulan ketiga tahun ini. Secara kuartalan nilai ini juga mengalami kenaikan sebesar 32,3% dibandingkan kuartal II-2024 (April–Juni). Sementara itu, pendapatan Perusahaan hingga September lalu tercatat Rp4,7 triliun.
Performa positif juga dapat dilihat pada imbal hasil rata-rata atas aset (RoAA) dan imbal hasil rata-rata atas ekuitas (RoAE) yang masing-masing menempati posisi 7,7% dan 15,1% per September 2024. Raihan posisi ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata peers lainnya, yang masing-masing berada di posisi 5,3% dan 14,5% menurut data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Agustus 2024.
Berdasarkan piutang dikelola, bisnis BFI Finance masih didominasi oleh pembiayaan berjaminan kendaraan roda empat dan roda dua (60,3%), diikuti dengan pembiayaan untuk pembelian unit kendaraan roda empat bekas dan baru (15,8%), pembiayaan alat berat dan mesin (15,1%), pembiayaan jaminan sertifikat properti (4,7%), serta pembiayaan berbasis syariah dan lainnya (4,1%).
Sudjono, pada keterangan tertulisnya itu, menyampaikan langkah positif yang dilakukan pemerintah pada kuartal tiga kemarin seperti penurunan suku bunga acuan serta inflasi yang terus dikelola agar terjaga stabil diharapkan mendorong stimulus pertumbuhan hingga akhir tahun. "Dengan berbagai langkah strategis dan kelolaan manajemen risiko yang apik, kami tetap dapat menyalurkan pembiayaan sembari menjaga kualitas kredit di tengah persaingan pasar dan dinamika perekonomian saat ini,” ujar Sudjono.
Dari sisi perluasan layanan, BFI Finance memberikan lebih banyak ragam pembiayaan untuk masyarakat. Salah satunya adalah saat ini tersedia kredit pembelian rumah seken di Jabodetabek, lewat kerja sama Perusahaan dengan salah satu situs penjualan rumah terkemuka.
Menutup kuartal tiga, BFIN menerbitkan Obligasi Berkelanjutan VI Tahap I Tahun 2024 dengan nilai sebesar Rp600 miliar dengan rating ‘AA-(idn)’. Penerbitan ini merupakan bagian dari Penawaran Umum Berkelanjutan Obligasi Berkelanjutan VI dengan target dana mencapai Rp6 triliun. Dana hasil penerbitan obligasi, setelah dikurangi biaya emisi, akan digunakan sepenuhnya untuk modal kerja dalam pembiayaan investasi, modal kerja, dan multiguna, kecuali untuk pembiayaan berbasis syariah. (*)