Kreasikan Talenta Unggul, SMKN 58 Jakarta Miliki Jurusan Kriya Batik dan Tekstil
Sebagai salah satu dari 1.700-an lebih Warisan Budaya Takbenda (WTB), kriya batik dan tenun Indonesia memiliki potensi besar terhadap perekonomian. Untuk itulah, diperlukan talenta-talenta bidang kriya batik dan tenun yang tidak hanya dapat menciptakan karya, tetapi juga melestarikan batik dan tenun. Talenta-talenta tersebut salah satunya disiapkan melalui pendidikan vokasi. SMKN 58 di ambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur, merupakan salah satu SMK dengan konsentrasi keahlian Kriya Kreatif Batik dan Tekstil.
Kurikulum Merdeka di sekolah ini memungkinkan setiap siswa dididik untuk mampu memahami dan bereksplorasi secara mendalam terkait dengan kriya batik dan tenun Indonesia. Dengan demikian, lulusan yang dihasilkan diharapkan tidak hanya bisa berkiprah di industri batik dan tenun saja, tetapi juga dapat melestarikan batik itu sendiri.
Program Merdeka Belaja memberikan kesempatan peserta didik untuk lebih memahami dan bisa menggali potensi daerah untuk diimplementasikan ke kriya kreatif batik. "Karena menurut kami (tenaga pendidik), sebagai penerus bangsa, mereka (peserta didik) dapat mengembangkan keterampilan dan juga karya kriya batik lebih lanjut. Sesuai dengan tren yang terus berkembang setiap waktunya,” ucap Lenty Silalahi, Kepala Konsentrasi Keahlian Kriya Kreatif Batik dan Tekstil, SMKN 58 Jakarta seperti dikutip Selasa (29/10/2024).
Tidak hanya pendalaman mengenai kriya batik, para peserta didik diajarkan materi terkait, seperti teknik sablon, jahit, dan tenun. Keterampilan tersebut diharapkan dapat menunjang relevansi lulusan dengan kebutuhan industri setelah mereka lulus. “Jadi peserta didik dapat benar-benar siap untuk berkompetisi di lapangan pekerjaan dan mendukung roda perekonomian Indonesia di masa depan,” tambah Lenty.
Muhamad Diki Muchadi, siswa SMKN 58 Jakarta di bidang Keahlian Kriya Batik dan Tekstil, mengatakan bahwa rasa ingin tahu terhadap batik dan juga tekstil menjadi salah satu alasannya memilih SMK dan bidang keahlian kriya batik dan tekstil. Sebagai salah satu warisan budaya, siswa yang akrab disapa Diki ini melihat industri kriya batik dan tekstil cukup menjanjikan di masa depan.
Selain itu, Diki yang sudah memiliki ketertarikan tinggi pada seni budaya sejak masih kecil ini melihat batik sangat unik. Utamanya adalah terkait dengan nilai-nilai tradisional yang tersimpan dalam setiap motif dan helaian kainnya. “Untuk menjadi sebuah kain batik, tidak hanya diperlukan kemampuan untuk menghasilkan motif yang indah saja, tetapi juga ketekunan yang tinggi. Oleh karena itulah, saya sangat ingin melanjutkan pendidikan ke SMK, khususnya di bidang Keahlian Kriya Batik dan Tekstil,” kata Diki.
Hal serupa juga dirasakan Firza Zahratussyita atau kerap disapa Ara yang merupakan siswi SMKN 58 Jakarta di bidang Keahlian Kriya Batik dan Tekstil. Zahra berkeinginan untuk memiliki usaha batik sendiri. Hal inilah yang kemudian membuatnya untuk memilih melanjutkan pendidikan di SMKN 58 Jakarta bidang Keahlian Kriya Batik dan Tekstil. “Sebelum melanjutkan pendidikan SMK, saya sudah memiliki rasa penasaran terhadap budaya batik di Indonesia. Proses penggambaran batik hingga produksi akhir dan dapat dibuat menjadi sebuah karya yang mengagumkan. Hal ini juga didorong dengan rasa suka saya terhadap budaya Indonesia, salah satunya adalah budaya batik,” ucap Ara.
Selain ingin menjadi wirausahawan di bidang kriya batik, motivasi lain bagi Ara adalah keinginannya untuk turut menjaga nilai dan budaya batik Indonesia agar tidak punah. “Makanya, saya melanjutkan pendidikan ke SMKN 58 Jakarta di bidang Keahlian Kriya Batik dan Tekstil. Selain ketertarikan saya terhadap dunia batik, SMKN 58 Jakarta juga merupakan satu-satunya SMK Negeri di Jakarta yang memiliki bidang keterampilan tersebut,” tambah Ara.
Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Tatang Muttaqin, mengatakan bahwa Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi berkomitmen untuk menghadirkan layanan pendidikan vokasi yang berkualitas dan relevan dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri. Ia menilai potensi batik sangat besar untuk mendukung perekonomian nasional.
Hal tersebut setidaknya dapat dilihat dari nilai ekspor dan produk batik serta tenun yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun ini, nilai ekspor batik dan produk batik telah memiliki kenaikan hingga 14%. Selain itu, nilai ekspor tenun ikat mengalami peningkatan sebesar 32%. "Dan, kami percaya bahwa industri ini akan semakin meningkat setiap tahunnya. Oleh karena itu, kami terus berupaya dalam meningkatkan keterampilan peserta didik, dan sumber daya manusia, khususnya di bidang membatik, agar industri ini dapat terus berkembang,” tutur Tatang. (*)