Rencana Bukalapak Bakal Tutup Sejumlah Lini Usaha, Biaya Operasional Meninggi Jadi Penyebabnya

Ilustrasi kantor pusat Bukalapak (BUKA). Foto Bukalapak

PT Bukalapak.com Tbk atau Bukalapak (BUKA) mengungkapkan rencana penghentian kegiatan dan penutupan sejumlah lini usaha dan/atau anak perusahaan. Sejak melantai di bursa pada 2021 lalu, perusahaan melakukan diversifikasi segmen usaha. Namun, BUKA mencatatkan biaya operasional lebih tinggi dibandingkan pendapatan berbagai lini usaha.

“Hal tersebut tidak konsisten dengan strategi jangka panjang perseroan untuk mencapai profitabilitas dan pertumbuhan yang berkelanjutan,” tegas Sekretaris Perusahaan Bukalapak, Cut Fika Lutfi dalam keterbukaan informasi di Jakarta, Rabu (30/10/2024).

Bukalapak kemudian mengumumkan rencana aksi korporasi yang akan dilaksanakan secara bertahap, dan prosesnya diharapkan dapat selesai pada kuartal II/2025. Usulan rencana aksi korporasi itu telah disampaikan oleh direksi pada rapat gabungan direksi dan dewan komisaris perseroan pada 30 Agustus 2024.

“Pelaksanaan rencana aksi korporasi tersebut akan berdampak kepada sejumlah karyawan di seluruh ekosistem usaha perseroan,” tambah Fika. Perusahaan mengeklaim, akan memenuhi hak dan kompensasi karyawan sesuai regulasi yang berlaku. Imbasnya, sejumlah karyawan di Bukalapak berpeluang akan mengalami pemutusan hubungan kerja atau layoff.

Selanjutnya, Bukalapak akan menjalankan dan mengembangkan segmen usaha inti dengan kondisi perusahaan yang lebih ramping dan efisien. Adapun sejumlah segmen usaha inti yang akan dijalankan Bukalapak antara lain Mitra Bukalapak, Gaming, Investment, dan sejumlah layanan di ritel.

“[Kondisi rugi dan tantangan industri yang dialami] telah mendorong manajemen BUKA untuk mempertajam kembali fokus kami kepada bisnis inti tertentu,” kata CEO Bukalapak, Willix Halim dalam keterangan resmi.

Mengacu pada kinerja Bukalapak pada kuartal III/2024, perusahaan mencetak rugi bersih sebesar Rp597,34 miliar, menurun 23,04% dari periode sebelumnya sebesar Rp776,22 miliar. Adapun pendapatan bersih Bukalapak sebesar Rp3,39 triliun, meningkat 1,82% dari periode sebelumnya sebesar Rp3,33 triliun. Pendapatan ini berasal dari marketplace yang menyumbang sebesar Rp1,73 triliun dan online to offline (O2O) Rp1,66 triliun.

Namun, beban pokok pendapatan perusahaan meningkat. Rinciannya terdiri dari O2O sebesar Rp1,53 triliun, meningkat 12,27% dari periode sebelumnya sebesar Rp1,49 triliun. Kemudian marketplace sebesar Rp1,26 triliun, meningkat dari sebelumnya Rp988,42 miliar (Rp989.424.880.000).

Adapun beban penjualan dan pemasaran perusahaan berhasil ditekan. Pada kuartal III/2024, Bukalapak berhasil menekan 41,94% menjadi Rp252,43 miliar, dari periode sebelumnya sebesar Rp434,79 miliar. Beban itu seperti saluran pembayaran, O2O, iklan daring, subsidi fitur, vouchers. Namun iklan luring dan beban lain-lain meningkat.(*)

# Tag