5 Tips Mengatur Keuangan Bisnis, Keluarga dan Pribadi dari Bank DBS

Ilustrasi perusahaan perbankan global Bank DBS

Mengelola keuangan bukanlah tugas yang mudah, baik untuk diri sendiri maupun keluarga. Apalagi di Indonesia saat ini marak dengan istilah “sandwich generation” atau “generasi sandwich”, kondisi ketika sebuah generasi harus menanggung hidup tiga generasi sekaligus, yakni orang tua, diri sendiri, dan anak (atau adik).

Zaman sekarang semakin banyak anak muda, yang juga bagian dari generasi sandwich, memiliki mimpi untuk membangun usahanya sendiri, baik dalam skala kecil hingga besar. Ini mereka lakukan untuk mengembangkan kondisi finansialnya, karena ingin berkarya secara independen, atau mempunyai passion yang ingin mereka kejar.

Bagaimana generasi sandwich dapat menyeimbangkan kebutuhan pribadi, keluarga, dan membangun bisnis secara bersamaan? Bertepatan dengan Bulan Inklusi Keuangan serta mendukung Gerakan Nasional Cerdas Keuangan (GENCARKAN) oleh OJK, Bank DBS Indonesia menghadirkan lima tips mengatur keuangan bisnis, keluarga dan pribadi:

1. Analisis kondisi keuangan diri sendiri dan keluarga saat ini

Dengan perencanaan keuangan yang konsisten dan detil, bukan tidak mungkin kita juga bisa mengembangkan bisnis kita. Namun, sebelum membuat rencana keuangan dan rencana bisnis, penting untuk memahami kondisi keuangan diri sendiri dan keluarga secara detail. Mulai dari mencatat semua pemasukan dan pengeluaran, mengidentifikasi sumber utang, hingga menghitung persentase utang terhadap pendapatan sehingga dapat membuat keputusan finansial yang lebih baik dan merencanakan bisnis dengan lebih realistis.

Dalam menilai kesehatan nilai utang kamu atau keluarga kamu, coba gunakan metode debt to income ratio, yaitu cicilan bulanan dibagi pendapatan kotor dikali 100 persen. Idealnya, debt to income ratio adalah di bawah 35 persen, menandakan kondisi keuangan yang sehat dan memudahkan kamu ketika mengajukan pinjaman/kredit/cicilan kepada bank.

Sedangkan rasio 36-49 persen masih termasuk nilai yang bisa ditoleransi, namun kamu perlu lebih ketat mengatur pengeluaran. Apabila rasio utang terhadap pendapatan sudah mencapai 50 persen bahkan lebih, sebaiknya mempertimbangkan cara-cara untuk meningkatkan pendapatan atau mengurangi utang sebelum membangun bisnis.

2. Buat dan monitor rencana keuangan

Setelah memahami kondisi keuangan kamu dan keluargamu, penting untuk membuat rencana keuangan serta memantau rencana tersebut untuk mencapai tujuan keuangan kamu. Metode SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, dan Time-Bound) merupakan salah satu cara sederhana untuk menetapkan tujuan keuangan secara matang dan terukur.

Selain itu, perlu juga mengatur skala prioritas dalam menabung. Setidaknya, ada empat jenis kategori tabungan yang perlu kamu siapkan berdasarkan prioritas, tabungan untuk kebutuhan dasar, dana darurat, asuransi, dan yang terakhir investasi. Pelajari seluruh kategori tersebut karena masing-masing memiliki likuiditas serta manfaat yang berbeda.

Selanjutnya, perlu rutin memantau kondisi keuangan serta pelaksanaan rencana keuangan untuk membantu mengetahui potensi masalah lebih dini dan mengambil tindakan perbaikan secara cepat dan efektif. Misalnya, jika sudah menetapkan persentase pendapatan yang akan dialokasikan untuk bisnis, pastikan dilakukan dengan konsisten. OJK merekomendasikan bahwa 10 persen dari penghasilan bulanan bisa digunakan untuk menabung atau berinvestasi.

Penting juga untuk memiliki fleksibilitas dalam melaksanakan rencana keuangan. Jika sewaktu-waktu kamu memiliki kebutuhan mendesak, tak perlu ragu untuk menyisihkan sebagian dari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

3. Pisahkan keuangan bisnis dan pribadi

Salah satu langkah krusial untuk diterapkan saat memulai bisnis adalah memisahkan keuangan untuk bisnis dan pribadi, termasuk menggunakan dua rekening yang berbeda. Dengan cara ini, kamu bisa menyusun laporan keuangan kamu dengan lebih rapi dari dua sisi, memudahkan evaluasi keuangan yang akan membantu kamu dalam mengambil keputusan, serta memudahkan perhitungan pajak.

4. Tetapkan batasan dengan keluarga

Ketika dihadapkan dengan keluarga dan orang-orang tersayang, mungkin insting pertama adalah untuk membantu mereka semaksimal mungkin. Gotong royong dan tolong menolong memang penting, namun menetapkan batasan juga tidak kalah penting.

Penting untuk membicarakan kondisi dan batasan keuangan dengan keluarga dan prioritas kita saat ini agar bisa saling memahami, terutama ketika ingin memiliki prioritas lain seperti bisnis.

5. Terus kembangkan skil manajemen keuangan

Seiring bertumbuhnya bisnis, tentu perlu semakin bijak dalam mengatur keuangan bisnis. Untuk terus melipatgandakan keuntungan, pemilik bisnis harus terus memperkaya diri dengan banyak ilmu seperti budgeting, manajemen utang dan aset, strategi berinvestasi, hingga menentukan prioritas.

Mengikuti kelas atau seminar merupakan salah satu cara terus mengasah growth mindset dan menyajikan cara-cara menarik untuk menyelaraskan tujuan keuangan pribadi, keluarga, dan bisnis. Anda juga akan belajar menyiapkan dana darurat untuk keluarga, pendidikan anak, hingga alokasi dana untuk self-reward untuk mengurangi stres dan konflik keuangan.

Head of Group Strategic Marketing & Communications PT Bank DBS Indonesia Mona Monika mengatakan, literasi dan inklusi keuangan merupakan aspek penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

Perusahaan juga percaya bahwa kecakapan dalam hal keuangan harus dimulai dari lingkungan terdekat, yakni diri sendiri dan keluarga, sebelum merambah ke lingkup yang lebih luas seperti bisnis yang kita bangun hingga masyarakat.

“Oleh karena itu, dengan semangat untuk mendukung ekosistem keuangan Indonesia yang lebih inklusif dan mendampingi masyarakat dalam merencanakan keuangan yang matang demi masa depan yang sejahtera, Bank DBS Indonesia turut mendukung upaya pemerintah sepanjang Bulan Inklusi Keuangan (BIK) 2024 melalui berbagai kegiatan,” ujarnya, Kamis (31/10/2024).

# Tag